1.2. Rumusan Masalah
Perkembangan industri jasa terutama dalam bidang komunikasi dan jasa pengiriman semakin pesat. Hal ini menyebabkan semakin tingginya
persaingan yang dihadapi oleh PT. Pos Indonesia Persero. Begitu juga halnya dengan Kantor Pos Bogor.
Kantor Pos Bogor terus berupaya untuk meningkatkan kinerja secara optimal. Namun, pada pelaksanaannya, berbagai masalah internal
perusahaan sering terjadi, terutama yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia SDM. Masalah komunikasi sering terjadi antara karyawan dengan
pihak manajemen. Karyawan sebagai bawahan sering merasa kesulitan dalam memahami pesan atau intruksi yang disampaikan oleh atasan
berkaitan dengan pekerjaan, sehingga hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam bekerja yang berakibat pada penurunan kinerja
karyawan. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: 1.
Bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan di Kantor Pos Bogor?
2. Bagaimana hambatan komunikasi yang dialami oleh atasan dan bawahan
di Kantor Pos Bogor? 3.
Bagaimana efektivitas komunikasi antara atasan dengan bawahan pada Kantor Pos Bogor?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pola komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan
pada Kantor Pos Bogor. 2.
Mengetahui hambatan komunikasi yang dialami oleh atasan dan bawahan di Kantor Pos Bogor.
3. Menganalisis efektivitas komunikasi antara atasan dengan bawahan pada
Kantor Pos Bogor.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Bagi peneliti Merupakan sarana untuk mengaplikasikan pemahaman penulis tentang
teori-teori sumber daya manusia yang didapat selama mengikuti perkuliahan.
2. Bagi perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi mengenai kondisi perusahaan dengan mengetahui keefektifan
komunikasi yang telah diterapkan sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi manajer dalam pengambilan
keputusan guna memperbaiki kinerja karyawan. 3. Kalangan akademisi
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang sumberdaya manusia khususnya mengenai komunikasi dan menjadi
literatur untuk penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada proses komunikasi internal perusahaan yaitu antara atasan dengan bawahan pada masing-masing divisibagian
dengan mengidentifikasi pola komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan, mengetahui hambatan komunikasi, serta efektivitas komunikasi
antara atasan dengan bawahan. Pola komunikasi dalam penelitian ini lebih difokuskan pada pola komunikasi ke atas dan pola komunikasi ke bawah yang
berkaitan dengan kinerja.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi pesan, ide, gagasan dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi
diantara keduanya. www.wikipedia.orgwikikomunikasi. Menurut Stoner 1996, Komunikasi didefinisikan sebagai proses yang digunakan oleh
manusia untuk mencari kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik. Menurut Muhammad 2004, komunikasi adalah pertukaran pesan verbal
maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.
2.1.1. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung
satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah Goldhaber dalam Muhammad, 2004.
Muhammad 2004, menyimpulkan pendapat dari para ahli mengenai persepsi tentang komunikasi organisasi, yaitu:
a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang
kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan
media. c.
Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaan, hubungan dan keterampilannya.
2.1.2. Proses komunikasi
Menurut Purwanto 2003, proses komunikasi terdiri dari enam tahap, yaitu:
1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan 2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
3. Pengirim menyampaikan pesan
4. Penerima menerima pesan 5. Penerima menafsirkan pesan
6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.
Keenam tahapan dalam proses komunikasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
MEDIA Tahap 1
Pengirim mempunyai gagasan
Sub Bag Puri R Sub Bag Puri PP
Sub Bag TrierKawai Sub Bag Sopir
Tahap 3 Pengirim mengirim
pesan Tahap 5
Penerima menafsirkan pesan
Tahap 6 Penerima menerima
ide pesan
Tahap 4 Penerima menerima
pesan SALURAN
Gambar 1. Tahapan dalam Proses Komunikasi Purwanto, 2003. Menurut Cangara 2006, unsur-unsur yang terdapat dalam
proses komunikasi diantaranya adalah: 1.
Sumber Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
inggrisnya disebut source, sender atau encoder. 2.
Pesan Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu
yang disampaikan pengirim kepada penerima. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
3. Media
Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima, misalnya panca
indera, saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram, email, faksimili, komputer dan lain-lain.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa
dalam bentuk kelompok, partai atau negara. 5.
Pengaruh Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap
dan tingkah laku seseorang. 6.
Tanggapan Balik Umpan balik adalah salah satu bentuk dari pengaruh yang berasal
dari penerima. Umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meskipun pesan belum sampai pada penerima.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan
atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu.
Lingkungan Sumber
Efek Pesan
Media Penerima
Umpan balik Gambar 2. Unsur-unsur Proses Komunikasi Cangara, 2006.
2.1.3. Fungsi Komunikasi
Concrad dalam Tubbs 2001, mengidentifikasi tiga fungsi komunikasi dalam organisasi. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1. Fungsi perintah
Komunikasi memperbolehkan anggota organisasi “membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah”. Dua jenis
komunikasi yang mendukung pelaksanaan fungsi ini adalah pengarahan dan umpan balik. Tujuannya untuk mempengaruhi
anggota lain dalam organisasi. Hasil fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yang saling bergantung dalam
organisasi tersebut. 2.
Fungsi relasional Komunikasi
memperbolehkan anggota organisasi “menciptakan dan
mempertahankan bisnis produktif dan hubungan personal dengan anggota organisasi lain”.
3. Fungsi manajemen ambigu
Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan yang melekat dalam organisasi.
William I. Gorden dalam Mulyana 2004 mengemukakan ada empat fungsi komunikasi yaitu:
1. Komunikasi sosial
Mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi, orang dapat bekerjasama dengan anggota masyarakat untuk mencapai tujuan
bersama. 2.
Komunikasi ekspresif Komunikai ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut
menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan emosi kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan
melalui pesan-pesan non verbal. 3.
Komunikasi ritual Komunikasi yang biasa dilakukan secara kolektif.
4. Komunikasi instrumental
Komunikasi yang bertujuan untuk menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku
atau menggerakan tindakan dan juga untuk menghibur.
Menurut Robbins 1996, komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam suatu kelompok atau organisasi, diantaranya:
1. Pengendali kontrol dan pengawasan
Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota dalam beberapa cara. Setiap organisasi mempunyai hirarki wewenang dan
garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh para karyawan. 2.
Motivasi Komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan
kepada para karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana mereka bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki
kinerja jika di bawah standar. 3.
Pengungkapan emosional Komunikasi dapat menunjukkan ungkapan emosional dari perasaan
dan pemenuhan kebutuhan sosial. Bagi karyawan, kelompok kerja merupakan sumber pertama untuk interaksi sosial. Komunikasi yang
terjadi di dalam kelompok tersebut merupakan mekanisme fundamental dimana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan
rasa puasnya. 4.
Informasi Komunikasi berhubungan dengan perannya dalam mempermudah
pengambilan keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan
dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-pilihan alternatif.
2.1.4. Pola Komunikasi
Secara umum pola komunikasi dapat dibedakan ke dalam saluran komunikasi formal dan saluran komunikasi nonformal Purwanto, 2003.
1. Saluran komunikasi formal Saluran komunikasi formal merupakan proses penyampaian
informasi dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari manajer ke karyawan. Pola transformasi informasinya dapat berbentuk
komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal.
a. Komunikasi dari atas ke bawah Aliran komunikasi dari atas ke bawah umumnya terkait
dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur
komunikasi dari atas ke bawah memiliki tujuan untuk mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin dan
mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto 2003,
komunikasi dari atas ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu:
1. Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu.
2. Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus
dilaksanakan. 3.
Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional.
4. Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para
karyawan. 5.
Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang
tujuan yang ingin dicapai. Salah satu kelemahan dari saluran komunikasi dari atas
ke bawah ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan informasi ataupun sensor informasi penting yang ditujukan ke
para bawahannya. b. Komunikasi dari bawah ke atas
Komunikasi dari bawah ke atas berarti alur informasi berasal dari bawahan menuju ke atasan. Untuk mencapai
keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para manajer harus benar-benar memiliki rasa percaya kepada para
bawahannya. Menurut Muhammad 2004, tujuan komunikasi
ke atas adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Sedangkan komunikasi ke atas
mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu. Menurut Pace dalam Muhammad 2004, fungsi komunikasi ke atas adalah :
1. Dengan adanya komunikasi ke atas, supervisor dapat
mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dan bagaimana baiknya menerima apa yang disampaikan
karyawan. 2.
Arus komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan.
3. Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas
karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan
ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi. 4.
Komunikasi ke atas membolehkan bahkan mendorong desas-desus muncul dan membiarkan supervisor
mengetahuinya. 5.
Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang
dimaksudkan dari arus informasi ke bawah. 6.
Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaannya dan memperkuat
keterlibatannya dalam tugas-tugasnya di organisasi. Salah satu kelemahan komunikasi dari bawah ke atas
adalah adanya kemungkinan bawahan hanya menyampaikan informasi yang baik-baik saja.
c. Komunikasi horizontal Komunikasi horizontal merupakan komunikasi yang
terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajarsederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi
horizontal antara lain untuk melakukan persuasi,
mempengaruhi dan memberikan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar.
d. Komunikasi diagonal
Komunikasi yang melibatkan dua tingkat organisasi yang berbeda. Komunikasi diagonal lebih banyak diterapkan dalam
suatu organisasi yang berskala besar, dimana terdapat saling ketergantungan di antara bagian atau departemen-departemen
yang ada dalam organisasi tersebut. Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa
keuntungan, diantaranya adalah: 1 Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat
2 Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam
organisasi. Salah satu kelemahan komunikasi diagonal adalah bahwa
komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Disamping itu, komunikasi
diagonal dalam suatu organisasi besar sulit untuk dikendalikan secara efektif.
2. Saluran komunikasi nonformal Saluran komunikasi yang tidak memperhatikan jenjang hierarki,
pangkat dan kedudukanjabatan.
2.1.5. Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
Menurut Purwanto 2003, faktor-faktor penghambat komunikasi dapat dikelompokkan ke dalam empat masalah utama, diantaranya
adalah: 1.
Masalah dalam mengembangkan pesan Masalah dalam mengembangkan pesan dapat mencakup antara lain
munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada, adanya pertentangan emosional atau sulit
dalam mengapresiasikan ide atau gagasan.
2. Masalah dalam menyampaikan pesan
Masalah yang paling jelas dalam penyampaian pesan adalah masalah yang terkait dengan sarana fisik untuk berkomunikasi.
3. Masalah dalam menerima pesan
Masalah yang muncul dalam menerima pesan antara lain adanya persaingan antara penglihatan dengan suara, kursi yang tidak
nyaman, lampu yang kurang terang dan kondisi lain yang mengganggu konsentrasi audiens.
4. Masalah dalam menafsirkan pesan
Masalah terbesar dalam proses komunikasi adalah saat pesan ditafsirkan oleh penerima pesan. Perbedaan latar belakang,
perbendaharaan bahasa dan pernyataan emosional dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman antara pengirim dan
penerima pesan. Menurut Cangara 2006, hambatan komunikasi pada dasarnya
dapat dibedakan atas tujuh macam, yaitu: 1.
Gangguan teknis Gangguan Teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang disampaikan melalui saluran mengalami kerusakan. Misalnya
gangguan jaringan telepon, suara bising dan sebagainya. 2.
Gangguan semantik Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan
karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering terjadi karena kata-kata yang digunakan terlalu banyak
memakai jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak, bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa
yang digunakan oleh penerima, struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya sehingga membingungkan penerima dan
karena adanya perbedaan latar belakang budaya.
3. Gangguan psikologis
Gangguan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya
rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian
informasi tidak sempurna. 4.
Hambatan fisik atau organik Hambatan fisik ialah gangguan yang disebabkan karena kondisi
geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana komunikasi dan transportasi. Gangguan fisik juga bisa
diartikan karena adanya gangguan organik, yaitu tidak berfungsinya salah satu pancaindera pada penerima.
5. Hambatan status
Hambatan status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior
dan yunior atau atasan dan bawahan. 6.
Hambatan kerangka berpikir Hambatan kerangka berpikir ialah rintangan yang disebabkan adanya
perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi.
7. Hambatan budaya
Hambatan budaya ialah rintangan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Menurut Robbins 1996, penghalang utama terhadap
komunikasi efektif adalah: 1.
Penyaringan Penyaringan mengacu pada pengirim yang memanipulasi informasi
sedemikian rupa sehingga akan tampak lebih menguntungkan di mata si penerima.
2. Persepsi selektif
Penerima dalam proses komunikasi secara selektif melihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar
belakang dan karakteristik pribadinya yang lain. 3.
Emosi Bagaimana perasaan si penerima ketika menerima suatu pesan
komunikasi akan mempengaruhi bagaimana ia menafsirkan pesan tersebut.
4. Bahasa
Adanya perbedaan latar belakang budaya dan penggunaan bahasa dengan istilah yang berbeda dapat menghalangi komunikasi efektif.
2.1.6. Efektivitas Komunikasi
Menurut Tubbs 2001, salah satu ukuran bagi efektivitas komunikasi adalah terciptanya komunikasi efektif. Secara sederhana,
komunikasi dikatakan efektif apabila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Secara umum, komunikasi dinilai efektif
bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang
ditangkap dan dipahami oleh penerima. Ada lima hal yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi
efektif, yaitu: 1.
Pemahaman Pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan
rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Dalam hal ini komunikator dikatakan efektif apabila penerima
memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan. Kegagalan utama dalam berkomunikasi adalah
ketidakberhasilan dalam menyampaikan isi pesan secara cermat. 2.
Kesenangan Tingkat kesenangan dalam berkomunikasi berkaitan erat dengan
perasaan terhadap orang yang berinteraksi dengan pihak lain.
3. Mempengaruhi sikap
Komunikasi dikatakan efektif jika komunikator pengirim dapat mempengaruhi sikap komunikan penerima, tindakan
mempengaruhi sikap bertujuan agar orang lain memahami ucapan kita dan melakukan tindakan sesuai dengan yang kita inginkan.
4. Hubungan yang makin baik
Secara keseluruhan, komunikasi efektif memerlukan suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan. Salah satu
kegagalan dalam berkomunikasi adalah adanya gangguan dalam hubungan insani yang berasal dari kesalahpahaman.
5. Tindakan
Komunikasi yang efektif dapat mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang kita inginkan.
Menurut Purwanto 2003, komunikasi efektif memerlukan beberapa hal antara lain:
1. Persepsi
Komunikator harus dapat memprediksi apakah pesan-pesan yang akan disampaikannya dapat diterima oleh penerima pesan.
2. Ketepatan Secara umum, audiens mempunyai suatu kerangka berpikir.
Seseorang perlu mengekspresikan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam kerangka berpikir agar komunikasi yang dilakukan
mencapai sasaran. 3. Kredibilitas
Komunikator perlu memiliki suatu keyakinan bahwa para audiensnya adalah orang-orang yang dapat dipercaya. Demikian
juga sebaliknya, komunikator harus mempunyai suatu keyakinan terhadap inti pesan dan maksud yang ingin mereka sampaikan.
4. Pengendalian Audiens akan memberikan suatu reaksi atau tanggapan terhadap
pesan yang disampaikan dalam berkomunikasi. Reaksi audiens
tergantung pada berhasil tidaknya komunikator mengendalikan audiensnya saat berkomunikasi.
5. Keharmonisan Komunikator yang baik tentu akan selalu dapat menjaga hubungan
persahabatan yang baik dengan audiens, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dan mencapai tujuannya.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan