Perilaku kukang jawa c. Bahaya kukang jawa
b. Melestarikan lingkungan
kukang jawa
adalah menjadikan
membiarkan tetap
tidak berubahseperti
keadaannya semulamempertahankan kelangsungan daerah kawasan kukang jawa
yang termasuk di dalamnya. c. Memanfaatkan kukang jawa adalah menjadikannya mempunyai
manfaatguna sebagai sumber ekonomi bagi responden. Perilaku individu terhadap kukang jawa dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu: Perilaku pasif terhadap kukang jawa skor 1
=
total skor 1-10 Perilaku aktif yang merugikan kukang jawa skor 2
=
total skor 11-20 Perilaku aktif yang menguntungkan kukang jawa skor 3
=
total skor 21-30
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang didukung juga oleh data kualitatif untuk memperjelas data kuantitatif yang diperoleh. Metode yang
digunakan adalah metode survey dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan pada responden yang merupakan seluruh warga desa yang
lokasinya dekat atau tidak jauh dari hutan dimana banyak terdapat kukang jawa.
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi ditetapkan secara
sengaja purposive karena di desa tersebut terdapat banyak kukang jawa Nycticebus javanicus di dalam hutan cagar alam Gunung Papandayan yang
dekat lokasinya dengan desa tersebut. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret- September 2013. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal penelitian,
kolokium, perbaikan proposal, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisa data, pembuatan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Penyebaran kuesioner oleh peneliti juga dikombinasi dengan wawancara untuk menambah informan
yang mempertajam analisa. Wawancara dilakukan dengan beberapa informan dan Dinas Kehutanan, Kementrian Lingkungan Hidup, dan LSM terkait yang
dianggap memiliki peran penting dalam pelestarian kukang jawa. Data juga diperoleh dari pengamatan langsung, serta data sekunder yang diperoleh dari
literatur pustaka dan data-data dari berbagai instansi yang terkait.
Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh masyarakat yang berada di Desa Cipaganti, sedangkan kerangka sampling dari populasi tersebut dalam
penelitian ini adalah masyarakat Desa Cipaganti yang berusia 18 tahun ke atas dan bertempat tinggal di sekitar hutan dan tidak jauh dari hutan kukang jawa.
Unit analisis dari penelitian ini yaitu individu. Pemilihan responden ini dilakukan dengan metode pengambilan sampel acak sederhana simple random
sampling. Responden yang dipilih sebanyak 35 orang responden dari Desa Cipaganti lampiran 3. Penelitian ini dilakukan karena di Desa Cipaganti
terdapat kukang dengan spesies kukang jawa Nycticebus javanicus dan masyarakat setempat telah mengetahui tentang keberadaan hewan tersebut.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh melalui berbagai metode pengumpulan data, baik itu data kuantitatif maupun kualitatif, selanjutnya akan diproses guna
mendapat jawaban atas tujuan dari penelitian ini. Tipe data yang digunakan yaitu data nominal dan ordinal. Sementara itu, untuk uji statistik dilakukan
dengan menggunakan Chi Square dan Rank Spearman. Analisis data ini selanjutnya akan memberikan gambaran umum mengenai hubungan antar
variabel.
Data diolah dengan software SPSS 11.5 for Windows. Data ini, selanjutnya akan dikuatkan dengan hasil wawancara mendalam dengan
beberapa informan.
PROFIL DESA CIPAGANTI, KECAMATAN CISURUPAN, KABUPATEN GARUT
Gambaran Umum Lokasi Letak dan Luas Wilayah
Secara administratif, Desa Cipaganti merupakan salah satu Desa pada Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dengan luas
wilayah sebesar ± 414.65 Ha. Adapun batas wilayah Desa Cipaganti menurut data sekunder dari dokumen Kantor Desa Cipaganti, sebagai berikut :
Tabel 1 Batas Wilayah Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Tahun 2011
Arah Batas Desa
Sebelah utara Berbatasan dengan Desa Pangauban
Sebelah selatan Berbatasan dengan Desa Sirnajaya
Sebelah barat Berbatasan dengan Desa Pamulihan
Sebelah timur Berbatasan dengan Kehutan Kabupaten Bandung
Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut
Desa Cipaganti memiliki jarak 7 km ke ibu kota kecamatan dengan waktu tempuh 34 menit menggunakan sepeda motor, 2 jam jarak tempuh ke ibu kota
kecamatan dengan berjalan kaki atau kendaraan non motor. Jarak ke ibu kota kabupatenkota sekitar 20 km, lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan
menggunakan kendaraan bermotor yaitu 1 jam, sedangkan lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor yaitu 3
jam. Jarak dari Desa Cipaganti ke ibu kota provinsi yaitu 80 km dengan lama jarak 3 jam bila menggunakan sepeda motor dan lama jarak dengan tidak
menggunakan motor atau berjalan kaki yaitu 13 jam.
Iklim
Keadaan iklim di lokasi penelitian menurut data sekunder dari Kantor Desa Cipaganti menyatakan bahwa Desa Cipaganti memiliki curah hujan 3540
milimeter per tahun. Temperatur udara rata-rata harian 18 derajat celcius. Desa Cipaganti memiliki jumlah bulan hujan yaitu 6 bulan pada bulan antara bulan
Agustus sampai bulan Januari. Luas Wilayah Menurut Pemanfaatannya
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian masyarakat menggunakan wilayah tegalladang yang ditanami ubi, jagung, dan sebagainya dengan tidak
diari. Sebagian responden juga menggunakan wilayah di Desa Cipaganti sebagai tempat pemukiman. Letak pemukiman yang dibangun oleh warga memiliki jarak
yang berdekatan bahkan tidak sedikit warga yang membangun rumahnya berdampingan dengan rumah warga yang lainnya. Pemukiman warga di desa ini
pada umumnya masih berupa pemukiman tradisional dengan menggunakan bilik bambu sebagai dinding rumahnya, lantai yang tidak keramik, dan genteng
berwarna merah yang masih tradisional, beberapa rumah juga terlihat masih
menggunakan wc tradisional yang berada di luar rumah tepatnya diatas kolam ikan serta masih menggunakan sumber mata air langsung dari gunung. Selain itu,
perkebunan yang berada disana digunakan oleh masyarakat sebagai sumber mata pencaharian mereka.
Tabel 2 Luas wilayah menurut pemanfaatan di Desa Cipaganti, Kecamatan
Cisurupan, Kabupaten Garut, Tahun 2011 Luas
Hektar Ha Kantor Desa Cipaganti
0.40 Bangunan sekolahperguruan tinggi
0.54 Pemukiman
100.54 Pekarangan
37.00 Perkebunan
70.08 Tegalladang
178.28 Hutan lindung
7.78 Persawahan
10.62 Tanah Desa
9.41 Total luas
414.65
Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut
Tabel 3 Luas pemanfaatan lahan menurut komoditi tanaman pangan di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Tahun 2011
Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa sebagian masyarakat menggunakan lahan perkebunan untuk menanami wortel dan kentang, hal ini
dapat dilihat juga dari suhu, tanah dan kelembaban di daerah Desa Cipaganti yang sesuai untuk ditanami wortel dan kentang yang dijadikan penghasilan bagi
masyarakat.
Tabel 4 menunjukkan bahwa luas perkebunan buah yang hasilnya digunakan sebagai usaha yaitu jeruk, pisang dan jambu. Jeruk yang ditanaman di
daerah ini diantaranya termasuk jeruk limau dan jeruk nipis sedangkan jambu yang ditanam di daerah ini diantaranya jambu air dan jambu klutuk.
Komoditi Tanaman pangan Hektar Ha
Kacang-kacangan 1.4
Padi ladang 1.6
Umbi-umbian 9.1
Jagung 0.5
Kentang 15.0
Wortel 20.0
Tumpang sari 7.0
Total 54.6
Tabel 4 Luas perkebunan buah-buahan di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Tahun 2011
Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut
Keadaan Masyarakat Desa Cipaganti Demografi dan Kependudukan
Menurut data Kantor Desa Cipaganti pada tahun 2011, tingkat kepadatan penduduk di desa tersebut secara geografis cukup tinggi dengan jumlah penduduk
sebanyak 4.336 orang. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah perempuan.
Tabel 5 Jumlah masyarakat berdasarkan jenis kelamin di Desa Cipaganti,
Kecamatan Cisurupan, Kabupaten 2011
Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut
Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Tahun 2011
Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat di Desa Cipaganti bekerja di bidang pertanian. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah masyarakat
Luas Hektar Ha
Jeruk 3.6
Alpukat 1.7
Mangga 0.1
Pepaya 0.7
Pisang 2.4
Jambu 2.4
Nangka 1.9
Nenas 0.1
Total 12.9
Jenis kelamin Jumlah orang
Laki-laki 2.188
Perempuan 2.148
Total 4.336
Jenis Pekerjaan Laki-laki orang
Perempuan orang Petani
421 75
Buruh tani 379
531 PNS
19 11
Swasta 25
16 Wiraswasta
63 54
Pensiunan PNSTNIPOLRI 4
1 Total
911 688
yang bekerja sebagai petani dan buruh tani. Hampir semua luas lahan disana merupakan lahan pesawahan kering, ladang, serta perkebunan yang digunakan
untuk bekerja menanam sayur dan buat.
Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk usia 18 sampai 56 tahun berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan,
Kabupaten Garut, Tahun 2011 Tingkat Pendidikan
Usia 18-56 tahun Jumlah penduduk
L P
Tidak tamat SD 293
340 633
Tamat SD 611
719 1330
Tidak tamat SLTP 15
-
15 Tamat SLTP
276 234
510 Tidak tamat SLTA
19 6
25 Tamat SLTA
221 126
347 Perguruan Tinggi
24 13
37 Total
2897
Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut
Aspek lainnya yang dapat menggambarkan kondisi sosial Desa Cipaganti adalah tingkat pendidikan. Tabel 7 menunjukkan bahwa masyarakat Desa
Cipaganti pada umumnya memiliki tingkat pendidikan rendah. Hal ini dapat terlihat dari keadaan sosial di desa tersebut yang masih menganggap bahwa
bekerja menjadi petani atau buruh tani lebih penting dibandingkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Namun ternyata masih banyak juga
responden yang memiliki tingkat pendidikan yang baik yaitu tingkat SLTP bahkan hingga ke tingkat SLTA.
Kukang jawa dan Instansi terkait di Desa Cipaganti
Kukang jawa merupakan salah satu hewan yang terdapat di Desa Cipaganti. Hewan yang dikenal masyarakat dengan nama Muka ini sudah ada sejak dulu
bahkan warga yang dianggap sesepuh juga tidak tahu sejak kapan kukang jawa telah ada di desa tersebut. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada
responden dan informan, ternyata tidak ada seorang pun yang tahu sejak kapan hewan ini ada di Desa Cipaganti, mereka mengenalnya pun dari sejak adanya tim
peneliti kukang jawa yang datang dan dari sosialisasi yang dilakukan oleh tim peneliti tersebut dengan Pemerintah Daerah setempat. Semua responden yang tahu
menjelaskan tentang awal mula mengetahui kukang jawa, pada umumnya mereka berpendapat sebelum adanya sosialisasi yang dilakukan, mereka sudah pernah
melihat bentuknya, tapi tidak ada seorang pun yang tahu nama dari hewan tersebut. Namun sekarang mereka sudah mengetahui bahwa hewan yang dianggap
mistis oleh mereka itu bernama kukang jawa.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tentang cara hidup kukang jawa di Desa Cipaganti, ternyata dapat diketahui bahwa kukang
jawa jarang sekali terlihat sedang berjalan di tanah, semak, dan di area pesawahan. Umumnya peneliti melihatnya saat sedang berada di kebun bambu dan pepohonan
yang ada di daerah perkebunan warga. Kukang jawa memiliki pergerakan yang lambat seperti pada saat berjalan di batang pohon bambu, berjalan di pohon
Kaliandra dan pohon Jengjen, namun bila sedang merasa terancam biasanya pergerakannya menjadi lebih cepat. Bila merasa terancam karena aktivitas
manusia, tidak sedikit orang diserang dengan cara menggigit dan bahkan sampai mengeluarkan racun.
Keberadaan kukang jawa di Desa Cipaganti sekarang ini sudah semakin populer karena semakin banyak tim peneliti asing yang datang untuk meneliti
bahkan melakukan sosialisasi tentang kukang jawa kepada masyarakat. Para informan yang berasal dari tim peneliti, aparat Desa, dan Polisi Hutan
menjelaskan bahwa dengan adanya mitos, baik untuk mencegah adanya perburuan yang dilakukan oleh masyarakat, dengan tidak mengganggu disadari bahwa
ternyata masyarakat setempat telah merasakan manfaat dengan adanya mitos tersebut yaitu membiarkan kukang jawa di alam karena dapat berfungsi sebagai
pengontrol serangan serangga di lahan pertanian sehingga petani dapat mengasilkan produksi pertanian yang baik.
Populasi kukang jawa yang ada disana sekitar lebih dari 54 ekor namun yang sudah diteliti sebelumnya yaitu sebanyak 15 ekor. Tim peneliti yang berasal
dari Nocturnal Primatae Research Group dari Oxford Brookes University sudah melaksanakan penelitian kukang sejak tahun 1993, namun tim tersebut baru
menetap di Desa Cipaganti sekitar tahun 2011. Proyek ini merupakan proyek konservasi terpanjang di dunia kukang di bawah naungan penelitian Nocturnal
Primatae Research Group dari Oxford Brookes University. Tujuan dari proyek ini yaitu untuk menyelamatkan kukang dari kepunahan melalui lebih banyak belajar
tentang ekologi dan menggunakan informasi untuk mendidik masyarakat lokal dan aparat penegak hukum, yang mengarah empati serta pemberdayaan, dimana
orang-orang di negara yang terdapat kukang dapat merasakan manfaat itu sendiri. Hal ini dilakukan melalui pendidikan, media dan lokakarya serta program kelas
3
. Sosialisasi yang dilakukan di Desa Cipaganti ini sudah dilakukan proyek
sebanyak lebih dari 5 kali, salah satunya yang dilakukan di Cikananga, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 15 sampai dengan 16 Januari 2013.
Proyek ini juga bekerja sama dengan BKSDA Garut. Seperti yang dijelaskan oleh informan yang merupakan seorang Polisi Hutan di Gunung Papandayan, yaitu
Bapak Rak sebagai berikut :
“yang dilakukan BKSDA Garut yaitu sosialisasi dengan cara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dan anak-
anak sekolahan SD, SMP ” Pak Rak
BKSDA Garut merupakan Instansi Kementrian Kehutanan yang membidangi KSDA dan Ekosistemnya baik di dalam maupun di luar kawasan
hutan. Hutan yang berada di Desa Cipaganti merupakan cagar alam Gunung Papandayan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 226Kpts-II
1990 tanggal 8 Mei 1990, CA 6807 Ha TWA 225 Ha.
Flora yang terdapat di daerah tersebut umumnya didominasi oleh pohon Suagi Vaccinium valium dan Edelweis Anaphalis javanica, sedangkan bentuk
3
Dalam http:nocturama.org
diakses pada tanggal 31 Juli 2013
vegetasi lainnya adalah Puspa Schima walichii, Saninten Castanopsis argentea, Kihujan Engelhardia spicata, Jamuju Podocaspus imbricatus,
Pasang Quercus sp, Manglid Magnolia glauca, pohon Kaliandra merah Calliandra haematocephala, dan pohon Sengon Albazia falcataria yang
masyarakat desa biasa menyebutnya dengan sebutan pohon Jengjen. Satwa liar yang terdapat di daerah ini diantaranya Babi Hutan, Anjing Hutan, Kucing Hutan,
Trenggiling, Kijang, Lutung, Musang, Kukang jawa, Kutilang, dan lain-lain.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik responden pada penelitian ini dibagi dalam beberapa kategori
yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pengetahuan, pengalaman yang berhubungan dengan kukang jawa, dan keadaan kerja yang
dimiliki responden. Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai karakteristik responden.
Usia
Berikut ini disajikan data jumlah dan persentase responden berdasarkan usia di Desa Cipaganti.
Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kelompok usia
Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa responden yang berusia 35 tahun sampai 54 tahun lebih banyak daripada responden yang berusia kurang dari
34 tahun dan usia lebih dari 54 tahun.
Jenis Kelamin
Untuk jenis kelamin, dapat dilihat dari data yang telah disajikan pada tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin yaitu responden laki-laki dalam penelitian
ini lebih banyak daripada jumlah dan persentase responden perempuan.
Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki pendidikan yang rendah yaitu tamat dan tidak tamat
SD, namun masih ada juga beberapa responden yang memiliki tingkat pendidikan hingga SLTP dan SLTA.
Kelompok Usia Jumlah orang
Persen 34 tahun
2 5.7
35 - 54 tahun 22
62.9 54 tahun
11 31.4
Total 35
100.0
Jenis Kelamin Jumlah orang
Persen Laki-laki
25 71.4
Perempuan 10
28.6 Total
35 100.0
Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan
Jenis Pekerjaan Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa kebanyakan responden memiliki
pekerjaan sebagai petani dan buruh tani. Namun demikian ternyata masih ada juga beberapa responden yang tidak bekerja karena mereka baru lulus dari SLTP dan
SLTA yang belum mendapatkan pekerjaan. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan
Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Kukang jawa Kukang jawa atau Muka dalam bahasa masyarakat lokal yang diketahui
oleh masyarakat lokal adalah berjumlah 2 jenis yaitu Muka Brahma dan Muka Geni. Umumnya mereka yang lebih banyak tahu akan kukang jawa ini karena
memang sudah pernah melihat sendiri ataupun berinteraksi secara langsung di kebun mereka atau sekitar hutan dekat dengan habitat kukang jawa. Namun, tidak
semua masyarakat yang tahu keberadaan kukang jawa di desa mereka, sudah pernah melihat atau bertemu langsung dengan kukang jawa. Mereka hanya
mendengar kabar dan cerita yang berasal dari orang lain yang sudah melihat atau berinteraksi langsung dengan kukang jawa.
Salah satu warga di Desa Cipaganti yang menjadi orang yang dipercaya dalam menangani kukang jawa yaitu Pak Rak yang bekerja di Balai Konservasi
Sumber Daya Alam BKSDA Jawa Barat, Polhut di Seksi Wilayah Konservasi Wilayah V Garut, Resot Papandayan. Pada awalnya, ia menganggap bahwa di
Desa Cipaganti tidak terdapat kukang jawa, namun ia baru mengetahui dan menyadari adanya kukang jawa yaitu sekitar 2 tahun yang lalu. Tidak sedikit
masyarakat yang baru menemukan kukang jawa di kebun milik warga atau bahkan di sekitar rumah, menangkap dan memberikan kepada Pak Rak. Hal ini
karena masih banyaknya warga yang belum mengetahui cara penanganan terhadap kukang jawa apabila mereka menemukannya. Seperti yang dikatakan oleh Pak
Rak sebagai berikut: Tingkat Pendidikan
Jumlah orang Persen
Tamat dan tidak tamat SD dan sederajat 26
74.3 Tamat SLTP sederajat
6 17.1
Tamat SLTA sederajat dan lebih dari SLTA
3 8.6
Total 35
100.0
Jenis Pekerjaan Jumlah orang
Persen Wiraswasta
5 14.3
Pegawai Swasta 4
11.4 Petani
11 31.4
Buruh tani 12
34.3 Tidak Bekerja
3 8.6
Total 35
100.0
“Banyak masyarakat awalnya belum pernah melihat dan menemukan kukang jawa. Lalu sewaktu melihat dan mendapati Mukasedang ada di
lingkungan rumah atau di kebun mereka, mereka bingung harus bagaimana cara menanganinya. Dari situlah saya meminta kepada
masyarakat untuk tidak mengganggu, membunuh, dan mengembalikan Muka tersebut ke habitat asalnya
” Pak Rak Adanya sosialisasi terhadap kukang jawa yang dilakukan oleh peneliti-
peneliti dan dari Pemerintah Daerah di Desa Cipaganti membuat masyarakat yang awalnya tidak mengetahui kukang jawa bahwa merupakan satwa yang dilindungi
dan saat ini keadaannya sudah terancam punah, menjadi tahu akan informasi tersebut.
Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang lingkungan yang disukai oleh kukang jawa
Mengenai lingkungan yang disukai oleh kukang jawa tabel 12 dapat diketahui bahwa hampir semua responden sudah mengetahui dengan benar
lingkungan yang disukainya yaitu hutan bambu. Sementara itu, responden yang lain tahu bahwa lingkungan yang disukai hewan itu adalah pohon Kaliandra
merah Calliandra haematocephala dan pohon Jengjen Albazia falcataria, lingkungan yang banyak sayur-sayurannya seperti wortel, kol, kacang-kacangan,
dan jenis sayuran lain.
Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang makanan yang disukai oleh kukang jawa
Pada tabel 13 telah didapatkan hasil bahwa sebanyak 74.3 persen responden yang sudah mengetahui dengan benar makanan yang disukai kukang jawa yaitu
semua jenis serangga, diantaranya belalang, capung, kupu-kupu, ulat, dan jenis serangga lainnya. Sementara itu, sisanya mengetahui makanan yang disukainya
yaitu bunga dari pohon Kaliandra merah Calliandra haematocephala dan getah Lingkungan yang disukai oleh kukang jawa
Jumlah orang Persen
Lingkungan yang banyak buah-buahan 0.0
Lingkungan yang banyak sayur-sayuran 1
2.9 Lingkungan hutan bambu
32 91.5
Pohon jengjen dan pohon kaliandra 2
5.7 Total
35 100.0
Makanan yang disukai oleh kukang jawa Jumlah orang
Persen Biji-bijian
0.0 Buah-buahan
0.0 Serangga
26 74.3
Pucuk bunga kaliandra 1
2.9 Getah jengjen
1 2.9
Tidak tahu 7
20.0 Total
35 100.0
dari pohon Jengjen Albazia falcataria, dan masih ada juga responden yang tidak tahu tentang makanan kesukaan kukang jawa.
Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang
waktu aktif kehidupan kukang jawa
Tabel 14 menunjukkan bahwa hampir semua responden mengetahui dengan benar bahwa waktu kehidupan kukang jawa memang aktif di malam hari
nokturnal. Namun masih ada beberapa responden yang belum tahu waktu aktif dari kehidupan hewan tersebut. Mereka menjelaskan kukang jawa adalah hewan
nokturnal dan mereka jarang sekali bisa melihatnya di siang hari. Seperti yang dijelaskan salah satu responden sebagai berikut:
“kukang jawa hidupnya mah di malam hari. Kalau siang susah untuk cari atau lihat kukang jawa. Kalaupun bisa lihat kukang jawa di
siang, pasti sedang diam atau tidur ” Pak DR
Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang cara hidup kukang jawa
Mengenai cara hidupnya tabel 15, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui dengan benar bahwa kukang jawa hidup dengan cara
sendiri-sendiri. Sementara itu, masih ada 31.4 persen responden yang berpendapat dengan cara berkelompok kecil yaitu sebanyak dua sampai tiga ekor dalam satu
kelompok. Umumnya mereka berpendapat bahwa kelompok kecil ini terdiri dari sepasang kukang jawa serta anaknya, mereka juga berpendapat bahwa jumlahnya
di alam masih banyak dan belum mengalami kepunahan yang serius. Pendapat responden ini ternyata dapat berdampak pada adanya perburuan dan penurunan
populasi di alam.
Tabel 16 menunjukkan hasil mengenai kapan waktu kukang jawa datang ke desa. Sebanyak 74.3 persen responden sudah mengetahui dengan benar bahwa
kukang jawa bisa datang kapan saja tidak tergantung pada musim. Sementara itu, sisanya menjawab bahwa hewan tersebut datang ke desa pada saat musim hujan
dan musim kemarau, serta masih ada 5.7 persen responden yang tidak tahu waktu datang ke desa.
Waktu aktif kehidupan kukang jawa Jumlah orang
Persen Di malam hari nokturnal
31 88.6
Di siang hari 4
11.4 Total
35 100.0
Cara hidup kukang jawa Jumlah orang
Persen Sendiri-sendiri
24 68.6
Berkelompok kecil 2-3 ekor 11
31.4 Berkelompok besar lebih dari 3 ekor
0.0 Lainnya
0.0 Total
35 100.0
Tabel 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang waktu kukang jawa saat masuk ke desa
Pada tabel 17, ditemukan terdapat sebanyak 57.1 persen responden sudah mengetahui dengan benar jumlah anak kukang jawa dalam sekali beranak yaitu
satu ekor. Meskipun sudah banyak responden yang tahu, namun masih ada 42.9 persen responden yang belum mengetahui jumlah anak dari hewan ini.
Tabel 17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang
jumlah anak kukang jawa dalam sekali beranak
Berdasarkan tabel 18, diketahui terdapat 34.3 persen responden yang mengetahui dengan benar bahaya kukang jawa yaitu dapat menggigit atau
mencakar manusia dan mengandung racun yang dihasilkan oleh air liurnya. Sementara itu, masih ada sebanyak 65.7 persen responden belum mengetahui
bahaya kukang jawa pada manusia.
Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang bahaya kukang jawa pada manusia
Pada tabel 19, dapat diketahui bahwa sebanyak 77.1 persen responden sudah mengetahui bahwa kukang jawa adalah hewan yang tidak merugikan bagi
Waktu kukang jawa saat masuk ke desa Jumlah orang
Persen Musim kemarau
6 17.1
Musim hujan 1
2.9 Musim pancaroba
0.0 Semua musimtidak bermusim
26 74.3
Tidak tahu 2
5.7 Total
35 100.0
Jumlah anak kukang jawa dalam sekali beranak Jumlah orang
Persen 1 ekor
20 57.1
2 ekor 2
5.7 3 ekor
1 2.9
Tidak tahu 12
34.3 Total
35 100.0
Bahaya kukang jawa bagi manusia Jumlah orang
Persen Kukang jawa dapat menggigitmencakar
manusia 12
34.3 Kukang jawa dapat membawa penyakit
bagi manusia 0.0
Kukang jawa mengandung racun 11
31.4 Tidak berbahaya
9 25.7
Tidak tahu 3
8.6 Total
35 100.0
produksi pertanian. Sementara itu, masih ada sebanyak 22.9 persen responden yang belum mengetahui bahaya kukang jawa pada produksi pertanian.
Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang bahayakerugian yang ditimbulkan dari kukang jawa pada produksi
pertanian
Tabel 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang apa saja yang dapat diserang oleh kukang jawa
Mengenai apa saja yang dapat diserang oleh kukang jawa tabel 20, dapat diketahui bahwa sebanyak 71.4 persen responden sudah mengetahui dengan benar
bahwa kukang jawa dapat menyerang serangga misalnya ulat, kupu-kupu, dan jenis serangga yang lainnya. Sementara itu, masih ada sebanyak 28.6 persen
responden yang belum mengetahui apa saja yang dapat diserang kukang jawa.
Tabel 21 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang manfaat yang ditimbulkan dari kukang jawa
Bahayakerugian yang ditimbulkan kukang jawa pada produksi pertanian
Jumlah orang Persen
Kukang jawa dapat membuat daunbatangbuahbunga busuk
0.0 Kukang jawa dapat memakan
daunbatangbuahbunga 1
2.9 Kukang jawa dapat merusak lahan pertanian
5 14.3
Kukang jawa tidak merugikan 27
77.1 Tidak tahu
2 5.7
Total 35
100.0
Yang dapat diserang oleh kukang jawa Jumlah orang
Persen Manusia
0.0 Hewan kecilbesar
3 8.6
Serangga 25
71.4 Menyerang apa saja
1 2.9
Tidak menyerang 2
5.7 Tidak tahu
4 11.4
Total 35
100.0
Manfaat yang ditimbulkan dari kukang jawa Jumlah orang
Persen Membantu menyuburkan bunga
1 2.9
Mengurangi jumlah serangan serangga di pertanian
25 71.4
Kukang jawa dapat dijual dan dijadikan sumber penghasilan
2 5.7
Kukang jawa tidak memiliki manfaat 1
2.9 Tidak tahu
6 17.1
Total 35
100.0
Tabel 21 menyajikan hasil bahwa sebanyak 71.4 persen responden sudah mengetahui yang benar bahwa kukang jawa dapat mengurangi jumlah serangan
serangga yang ada di lahan pertanian. Meskipun sebagian responden sudah tahu tentang manfaatnya, namun masih ada responden yang menjawab kukang jawa
dapat membantu menyuburkan bunga, dan ada yang menjawab dapat dijual untuk sumber penghasilan mereka. Selain itu ada 2.9 persen responden menjawab hewan
tersebut dirasa tidak memiliki manfaat, serta masih banyak responden yang belum mengetahui yang benar tentang manfaat kukang jawa.
Tabel 22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang alasan kukang jawa dapat menyerang manusia
Dari tabel 22 dapat diketahui bahwa sebanyak 77.1 persen responden mengetahui dengan benar kukang jawa merasa terganggu bila manusia melakukan
aktivitas di dekatnya, memegangnya, atau menangkapnya. Sementara itu, masih ada 22.9 persen reponden belum mengetahui hewan ini dapat menyerang manusia.
Tabel 23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengetahuan
terhadap kukang jawa
Berdasarkan tabel 23 dapat terlihat bahwa sebagian besar responden sudah memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kukang jawa 74.3 . Pengetahuan
yang dimiliki oleh responden meliputi perilakunya, makanannya, habitatnya, manfaatnya, bahayanya, nilai ekonominya, serta mitos atau kepercayaan lokal
yang ada disana. Sementara itu, masih ada 25.7 persen responden yang masih belum tahu jumlah anak dalam sekali bereproduksi dan cara hidupnya. Mereka
menjawab bahwa kukang jawa dalam sekali bereproduksi dapat menghasilkan anak sebanyak lebih dari satu ekor. Selain itu, mereka berpendapat bahwa kukang
jawa hidup dalam kelompok kecil yaitu berjumlah dua sampai tiga ekor yang terdiri dari sepasang kukang jawa dan anaknya. Informasi ini mereka dapatkan
bukan dari hasil pengamatan langsung mereka, melainkan berasal dari pendapat orang lain.
Pengalaman Masyarakat terhadap Kukang jawa
Tabel 24 mengenai jumlah dan presentase responden berdasarkan pengalamannya terhadap kukang jawa, dimana didapat hasil bahwa responden
Alasan kukang jawa dapat menyerang manusia Jumlah orang
Persen Kukang jawa merasa terganggu
27 77.1
Kukang jawa sedang lapar 0.0
Habitat kukang jawa dirusak oleh manusia 1
2.9 Kukang jawa tidak akan menyerang
4 11.4
Tidak tahu 3
8.6 Total
35 100.0
Tingkat Pengetahuan Responden Jumlah
Persen Tinggi
26 74.3
Rendah 9
25.7 Total
35 100.0
yang memiliki pengalaman rendah lebih banyak dibanding yang memiliki pengalaman tinggi. Pengalaman responden ini dapat diketahui dari seberapa
sering mereka bertemu, berapa kali bertemu, kapan terakhir bertemu dalam 6 bulan terakhir, berapa banyak tempat pada saat bertemu, sumber informasi, dan
apakah responden pernah diserang, serta apakah hewan tersebut pernah masuk ke pekarangan rumah mereka atau tidak.
Tabel 24 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengalaman terhadap kukang jawa
Pada gambar 3 didapat hasil bahwa sebanyak 40 persen responden bertemu kukang jawa pada bulan Juni. Adapun responden yang menjawab bertemu
terakhir kali pada bulan Januari, seperti yang disampaikan oleh salah satu responden Pak DR sebagai berikut:
“Saya terakhir bertemu Muka kukang jawa sekitar 6 bulan yang lalu atau pada bulan Januari. Pada bulan Januari biasanya adalah
bulan yang tidak bermusim pada sayur-sayuran yang di tanamnya. Namun, di bulan Januari biasanya sedang musim hujan dan angin
besar. Jika musim buah, biasanya musim alpukat
” Pak DR
Gambar 3 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang waktu terakhir bertemu dengan kukang jawa
Gambar 4 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang asal mengetahui kukang jawa
6 29
11 8
3 3
40
Tidak pernah Januari
Februari Maret
April Mei
Juni
19 73
8
tahu sendiri tahu dari orang lain
tahu dari tvradiomajalah
Tingkat pengalaman responden terhadap kukang jawa
Jumlah orang Persen
Rendah 32
91.4 Tinggi
3 8.6
Total 35
100.0
Berdasarkan gambar 4, dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden mengetahui dari orang lain. Mereka menjelaskan bahwa sebelum mereka
melihatnya sendiri, mereka telah mendengar atau mengetahui informasi mengenai satwa tersebut dari warga yang lain sebelum mereka bertemu langsung. Selain itu,
ada responden yang tahu kukang jawa sendiri serta tahu dari tvradiomajalah. Responden yang mengetahui sendiri menjelaskan sebelum ada sosialisasi yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti kukang jawa dan BKSDA Kabupaten Garut yang ada di desa tersebut, mereka sudah melihat atau bertemu langsung dengan hewan
tersebut. Namun awalnya mereka mengira bahwa satwa yang mereka lihat itu adalah sejenis monyet dan belum mengetahui nama dari satwa yang mereka lihat
itu. Setelah adanya sosialisasi, mereka akhirnya mengetahui bahwa satwa yang pernah mereka lihat itu adalah kukang jawa.
Gambar 5 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang perilaku kukang jawa
Hasil dari gambar 5 menjelaskan bahwa sebagian responden melihat kukang jawa yang sedang diam atau karena sedang merasa takut saat melihat manusia,
seperti yang dijelaskan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Kukang jawa itu hidup liarnya di malam hari, saat manusia pada
tidur. Jadi kalau bertemu manusia di siang hari, kukang jawa itu akan malu atau takut, yaaa ngumpat gitu. Takut diganggu sama
manusia
” Pak Ol
Gambar 6 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang tempat bertemu dengan kukang jawa
2 2 16
53 2
6 19
makan tanaman merusak tanaman
memakan serangga diam saja
menyerang orang menyerang kukang jawa
berjalan di pohon kaliandra merah dan pohon jengjen
17 5
42 9
9 18
kebun sayur kebun buah
hutan bambu halaman rumah
pasar hewan pohon kaliandra dan pohon
jengjen
Dilihat dari gambar 6, terdapat 42 persen responden yang bekerja di hutan bambu dan mereka menemukan kukang jawa, sedangkan 17 persen responden
yang bekerja di kebun sayur juga menemukan hewan tersebut. Responden menjelaskan saat hewan tersebut ditemukan, kegiatannya ada yang sedang
mencari serangga di kebun sayur, di pohon Kaliandra dan pohon Jengjen, serta ada juga yang sedang diam. Keberadaan habitat kukang jawa terletak di sekitar
hutan yang dekat dengan kebun warga sehingga membuat hewan tersebut kerap kali datang ke lahan pertanian untuk mencari makan. Makanan yang dicari yaitu
semua jenis serangga, burung kecil, kadal, mamalia kecil, telur burung, sari bunga Kaliandra, dan getah pohon Jengjen.
Gambar 7 Persentase responden berdasarkan pengalaman diserang kukang jawa Berdasarkan gambar 7, dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden
94 menjawab belum pernah diserang kukang jawa. Sementara itu, mereka mengetahui hewan ini tidak akan menyerang manusia apabila tidak diganggu.
Adapun responden yang menjawab pernah diserang kukang jawa berpendapat bahwa ia belum mengetahui informasi tersebut, dan sebelum diserang, ia
memegang hewan tersebut saat sedang bekerja di hutan bambu.
Gambar 8 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang kukang jawa masuk ke lahan pertanian responden
Berdasarkan gambar 8, dapat diketahui sebanyak 40 persen responden menjawab bahwa kukang jawa pernah masuk ke lahan pertanian mereka, hal ini
karena lahan pertanian mereka berada di sekitar hutan bambu. Pada umumnya mereka memiliki kebun sayur seperti kol, wortel, tomat, kacang, dan jenis sayuran
lain. Selain itu, responden yang lainnya menjawab kukang jawa tidak pernah datang ke lahan pertanian mereka karena letaknya cukup jauh dari hutan bambu.
Gambar 9 menunjukkan bahwa hampir semua responden 91 menjawab kukang jawa belum pernah masuk ke pekarangan mereka. Selain itu, sisanya
6
94 pernah
belum pernah
40 60
pernah belum pernah
menjawab pernah masuk ke pekarangan mereka. Salah satu responden berpendapat bahwa ia melihat kukang jawa berada dalam karung di
pekarangannya dan keadaan terikat karena mungkin ada seseorang yang ingin memburu hewan tersebut.
Gambar 9 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang kukang jawa masuk ke pekarangan responden
Keadaan Kerja
Desa Cipaganti merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Garut yang terletak tidak jauh dari Gunung Papandayan, Gunung Cikuray, dan Gunung
Puntang. Keadaan lahan di desa tersebut umumnya telah dipadati oleh pemukiman warga yang tidak sedikit mereka gunakan sebagai tempat usaha. Selain
pemukiman warga yang padat, di desa tersebut juga memiliki luas penggunaan lahan yang terdiri dari luas lahan persawahan, kebun sayur, kebun buah, dan jenis
tanaman lainnya.
Para petani umumnya memiliki lahan garapan dengan macam-macam jenis hasil pertanian. Tidak sedikit warga yang tidak memiliki lahan pertanian, bekerja
sebagai petani dan bekerja sebagai buruh tani. Hasil pertanian yang diproduksi, digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari atau dijual kepada para tengkulak.
Untuk satu jenis lahan pertanian yang ditanam oleh petani biasanya berkisar antara 1 tumbak atau sebesar 16 meter sampai 3 tumbak. Petani yang menanam
berbagai macam hasil pertanian, biasanya memiliki lahan pertanian tersebut lebih dari 3 tumbak. Seperti yang dijelaskan ibu MR 70 tahun yang berprofesi sebagai
petani sekaligus pemilik lahan sebagai berikut:
“Saya punya lahan produksi dengan jumlah total sebesar 340 tumbak yaitu beberapa jenis sayur dan kebun teh
” Bu MR Keberadaan kukang jawa di Desa Cipaganti memang sudah lama diketahui
oleh masyarakat, terlebih lagi karena habitat kukang jawa seperti hutan bambu yang letaknya tidak jauh dengan lahan pertanian warga, membuat hewan tersebut
kerap kali datang untuk mencari makan berupa serangga, burung kecil, telur burung, getah pohon Jengjen Albazia falcataria, dan sari bunga dari pohon
Kaliandra merah Calliandra haematocephala, atau untuk melakukan aktivitas lain. Lahan pertanian yang difungsikan oleh warga setempat pada umumnya
dijadikan sebagai sumber mata pencaharian ini antara lain kebun sayuran seperti wortel, labu, kol, capcai, cabai, tomat, kacang-kacangan, teh, serta perkebunan
tidak sedikit juga buah-buahan seperti jambu, jeruk, pisang, kesemek, dan lainnya.
9
91 pernah
belum pernah
Selain hutan bambu, ada juga pohon-pohonan yang digunakan oleh kukang jawa untuk melintas, makan, istirahat, dan melakukan aktivitas lainnya yaitu seperti
Calliandra haematocephala atau yang dikenal pohon Kaliandra merah, Toona sureni atau yang dikenal dengan sebutan pohon Suren, Melaleuca leucadendra
atau yang dikenal dengan pohon Kayu Putih, dan Albazia falcataria yang masyarakat desa biasa menyebutnya dengan sebutan pohon Jengjen atau pohon
Sengon.
PERSEPSI MASYARAKAT DESA CIPAGANTI TENTANG KUKANG JAWA
NYCTICEBUS JAVANICUS
Persepsi adalah pemahaman, pandangan atau tanggapan masyarakat terhadap kukang jawa yang ditangkap indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasaan, dan penalaran melalui proses mental yang nantinya akan dapat menumbuhkan motivasi atau kekuatan, dorongan atau tekanan untuk
melakukan perilaku tertentu. Persepsi masyarakat Desa Cipaganti terhadap kukang jawa dilihat dari persepsi masyarakat dari manfaatnya, perilakunya,
bahayanya, nilai ekonominya, dan persepsi masyarakat terhadap kukang jawa berdasarkan mitos.
Persepsi Masyarakat Desa Cipaganti tentang Perilaku Kukang jawa
Persepsi tentang perilaku kukang jawa muncul karena adanya reaksi yang terwujud dalam gerakan, serta dapat diukur dengan melihat intensitas perilakunya
yang pernah dijumpai oleh responden. Pada tabel 25 disajikan data mengenai persepsi responden tentang perilaku kukang jawa. Persepsi sesuai yaitu dimana
responden mempersepsikan perilaku kukang jawa dengan benar, sedangkan persepsi tidak sesuai yaitu dimana responden mempersepsikannya dengan tidak
benar.
Tabel 25 Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang perilaku kukang jawa
Persepsi terhadap perilaku kukang jawa Jumlah orang
Persen Persepsi tidak sesuai
16 45.7
Persepsi sesuai 19
54.3 Total
35 100.0
Tabel 25 menunjukkan bahwa sudah banyak responden yang memiliki persepsi yang sesuai tentang perilaku kukang jawa, namun masih banyak juga
responden yang memiliki persepsi yang tidak sesuai. Persepsi responden ini dilihat dari perilakunya sebagai hewan buas, tidak jinak, ada tanda-tanda saat
masuk ke desa, kebiasaan kukang jawa pada saat di desa, dan penyebab kukang jawa datang ke desa.
Responden yang memiliki persepsi yang sesuai menjelaskan bahwa kukang jawa merupakan hewan yang buas dan tidak jinak karena merupakan hewan yang
hidup liar di alam dan dapat menyerang bila merasa terancam. Responden menjelaskan tentang tanda-tanda kukang jawa saat datang ke desa. Mereka
menganggap bahwa kukang jawa tidak memiliki tanda-tanda bila datang ke desa seperti bau, suara, serta tanda-tanda lain, seperti yang diungkapkan oleh salah satu
responden sebagai berikut:
“kalau kukang jawa datang ke desa biasanya ga ada tanda- tandanya, misalnya seperti musang pandan yang mengeluarkan
bau pandan kalau datang ke desa, atau suara anjing hutan kalau datang ke desa
” Pak ST
Responden yang memiliki persepsi sesuai juga menjelaskan kebiasaan kukang jawa bila datang ke desa, mereka menganggap bahwa hewan tersebut
merupakan hewan yang datang dengan cara sendiri-sendiri. Serta mereka juga menjelaskan mengenai penyebabnya datang ke desa. Mereka berpendapat bahwa
kukang jawa datang ke desa karena ingin mencari serangga. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:
“kukang jawa kalau datang ke desa biasanya untuk mencari dan makan serangga seperti capung, belalang, ulat, dan jenis serangga
lain. Mungkin karena jumlah serangga di habitatnya berkurang, makanya kukang jawa datang ke desa ke lahan pertanian warga
” Pak Ib
Persepsi Masyarakat Desa Cipaganti tentang Manfaat Kukang jawa
Pada tabel 26 disajikan data mengenai persepsi masyarakat tentang manfaat kukang jawa.
Tabel 26 Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang manfaat
kukang jawa Persepsi terhadap manfaat kukang jawa
Jumlah orang Persen
Bermanfaat 31
88.6 Tidak bermanfaat
4 11.4
Total 35
100.0 Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa hampir semua responden
menganggap bahwa kukang jawa memiliki manfaat. Namun masih ada juga beberapa responden yang menganggapnya tidak bermanfaat. Persepsi terhadap
manfaat ini dilihat dari manfaat kukang jawa di lingkungan, merusak hasil pertanian atau tidak, memakan hasil pertanian atau tidak, dan manfaat atau bila
dilestarikan.
Responden yang memiliki persepsi sesuai tentang manfaat ini menjelaskan tentang manfaat kukang jawa di lingkungan. Mereka menganggap bahwa adanya
hewan tersebut di alam memiliki manfaat untuk mengurangi serangga di lahan pertanian warga. Adapun responden menjelaskan tentang kukang jawa yang tidak
merusak dan memakan hasil pertanian warga. Mereka menambahkan bahwa mereka belum pernah mendengar, mengetahui adanya kerusakan atau kerugian
yang dihasilkan, karena kukang jawa bukan seperti babi hutan yang merusak lahan pertanian ataupun musang yang memakan hasil pertanian warga berupa
kopi.
Responden juga menjelaskan tentang perlunya kukang jawa dilestarikan. Mereka menganggap kukang jawa perlu dilestarikan karena tidak merugikan bagi
warga khususnya di Desa Cipaganti, mengingat fungsinya di alam yaitu sebagai pengontrol serangga. Selain itu bila hewan tersebut tidak dilestarikan dan punah,
generasi mereka yang tahu tentang kukang jawa, tidak akan pernah bisa melihatnya langsung di alam.
Persepsi Masyarakat Desa Cipaganti tentang Bahaya Kukang jawa
Pada tabel 27 disajikan data mengenai persepsi responden tentang bahaya kukang jawa.
Tabel 27 Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang bahaya kukang jawa
Berdasarkan tabel 27 dapat diketahui bahwa sebagian responden memiliki persepsi bahwa kukang jawa berbahaya, namun masih banyak juga yang memiliki
persepsi tidak berbahaya. Persepsi responden tentang bahaya ini dilihat dari kukang jawa dapat menyerang manusia, memiliki racun, serta dapat membawa
penyakit bagi manusia.
Responden yang memiliki persepsi sesuai terhadap bahaya ini menjelaskan tentang serangan kukang jawa kepada manusia. Mereka menganggap bahwa
hewan tersebut dapat menyerang manusia karena merupakan hewan yang liar dan dapat menyerang dengan cara menggigit bila diganggu atau merasa terancam.
Responden juga menjelaskan bahwa kukang jawa merupakan hewan yang memiliki racun. Beberapa responden yang masih percaya kepada mitos
menganggap bahwa racun berasal dari darahnya. Ada pula beberapa responden yang mempersepsikan racun berasal dari air liur dan taringnya. Kukang jawa yang
sedang merasa terancam atau diganggu oleh seseorang biasanya akan menjilati badan di sekitar ketiaknya lalu menggigit ke orang yang telah mengganggunya.
Selain itu, responden juga menjelaskan hewan tersebut dapat menyebabkan penyakit. Beberapa dari mereka yang mempersepsikan secara mitos mengenai
penyakit yang disebabkannya dan jika diganggu atau bahkan dibunuh hingga mengeluarkan darah, akan membuat orang tersebut menderita sakit seperti luka
bakar atau sampai harus diamputasi. Adapula responden yang menjelaskan bahwa kukang jawa dapat menyebabkan sakit demam yang berasal dari rasa sakit yang
diderita korban karena digigit dan terkena racun. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu responden sebagai berikut:
“Saya pernah digigit oleh kukang jawa. Pada waktu itu saya mencoba untuk memegangnya, tapi malah menggigit dengan kuat
dan sulit untuk dilepaskan. Setelah itu saya demam dan merasakan sakit sekali di jari yang terkena gigitan kukang itu
” Pak DA
Persepsi Masyarakat Desa Cipaganti tentang Nilai Ekonomi Kukang jawa
Pada tabel 28 disajikan data mengenai persepsi responden tentang nilai ekonomi kukang jawa.
Persepsi terhadap bahaya kukang jawa Jumlah orang
Persen Tidak berbahaya
13 37.1
Berbahaya 22
62.9 Total
35 100.0
Tabel 28 Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi tentang nilai ekonomi kukang jawa
Berdasarkan tabel 28 dapat dilihat bahwa sebagian responden memiliki persepsi kukang jawa memiliki nilai ekonomi. Sebagian responden lainnya
menganggap hewan tersebut tidak memiliki nilai ekonomi. Persepsi masyarakat terhadap nilai ekonomi ini dilihat dari manfaatnya bagi sumber penghasilan
mereka karena dapat mengontrol serangan serangga di lahan pertanian sehingga produksi pertanian juga meningkat. Nilai ekonomi yang dihasilkan juga dilihat
bila diperdagangkan. Seperti penjelasan responden sebagai berikut:
“Saya memiliki pekerjaan sebagai buruh tani, bukan pemburu kukang jawa di desa ini. Namun tidak menutup kemungkinan jika
saya melihat kukang jawa masuk ke kebun yang saya garap, saya akan menjualnya. Tapi, jika tidak ada, saya tidak akan sengaja
mencari atau memburunya
”Pak Ib Selain pendapat dari salah satu responden yang telah dijelaskan bahwa
kukang jawa memiliki nilai ekonomi dengan cara menjualnya, namun berbeda dengan pernyataan salah satu responden yang berprofesi sebagai pengrajin kayu
yang ada di Desa Cipaganti sebagai berikut:
“Sudah cukup lama saya berprofesi sebagai pengrajin kayu, namun baru sekitar lebih dari setahun saya membuat miniatur
kukang jawa, gantungan kunci bentuk kukang jawa, dan gantungan untuk hp yang bentuknya seperti kukang jawa. dengan adanya
peneliti-peneliti kukang jawa yang datang ke desa, alhamdulillah penghasilan saya bertambah dengan membuat ukiran bentuk
kukang jawa yang dipesan oleh mereka
” Pak Sa
Persepsi Masyarakat Desa Cipaganti tentang Kukang jawa berdasarkan mitos
Masyarakat yang memiliki persepsi tentang kukang jawa umumnya berawal dari pengetahuan dan pengalaman sebelumnya baik itu yang dialami diri sendiri,
maupun dialami oleh kerabat mereka. Persepsi mereka ini dapat dilihat dari mitos atau kepercaan lokal yang masih bisa dirasa sangat kental dan melekat pada
masing-masing diri mereka, terlebih lagi apabila salah satu kerabat atau saudara mereka telah mengalami keanehan dari satwa tersebut. Umumnya mereka
meyakini bahwa kukang jawa atau yang mereka kenal dengan nama Muka yang ada di desa mereka ini berjumlah 2 macam, yaitu Muka Brahma dengan ciri-ciri
wajah kukang jawa yang berwarna agak kecoklatan dan Muka Geni dengan ciri wajah kukang jawa yang berwarna merah. Kedua jenis Muka ini diyakini oleh
Persepsi terhadap nilai ekonomi kukang jawa Jumlah orang
Persen Bernilai ekonomi
18 51.4
Tidak bernilai ekonomi 17
48.6 Total
35 100.0
masyarakat setempat adalah sebuah perwujudan hantu yang dapat merugikan apabila diganggu atau bahkan hingga dibunuh. Muka Geni adalah jenis kukang
jawa yang paling ditakuti oleh masyakarat setempat karena dapat menyebabkan malapetaka. Salah satu informan mengatakan bahwa:
“Muka Geni adalah perwujudan hantu yang jika diganggu atau dibunuh, lalu darahnya mengenai tanah, akan terjadi kelongsoran
yang dapat merugikan hasil petanian. Jika darahnya mengenai dahan atau lahan pertanian, maka akan terjadi kekeringan dan akan
habis
” Pak Amn Adapun responden yang berpendapat kerabatnya pernah mengalami
malapetaka yang disebabkan oleh kukang jawa ini. Seperti yang diungkap oleh Bu Tti sebagai berikut:
“Ibu mah ya ga tau sih neng bener apa engga, tapi kalau menurut temen ibu ya dia pernah sial karena kukang jawa. Awalnya dia
menangkap sampai membuat kukang jawa itu berdarah lalu darahnya netes ke dahan di kebun sayurnya, eh seminggu kemudian kebunnya
urug hancur padahal ga ada bencana alam apa-apa ” Ibu Tti
Selain itu, Muka Geni sendiri dipercaya dapat digunakan untuk obat sakit demam. Bagian tubuh Muka Geni yang digunakan untuk obat demam yaitu bagian
dari tulang punggungnya. Serta dapat digunakan untuk guna-guna untuk orang yang ingin dituju. Seperti pernyataan yang ditambahkan oleh salah satu informan:
“Apabila kita sakit demam, orang dulu biasanya percaya pada dukun yang dapat menggunakan tulang punggung Muka Geni
untuk menyembuhkan, dan apabila kita sedang merasa marah atau syirik dengan satu orang tertentu, tulang kukang juga dapat
digunakan untuk guna-guna agar orang yang dituju itu sakit atau menderita. Namun, itu semua tidak bisa digunakan oleh orang
biasa, hanya dukun yang dapat melakukannya hal itu
” Pak Amn Berdasarkan mitos-mitos yang telah dipaparkan oleh orang yang dianggap
penting di Desa Cipaganti dan diyakini oleh masyarakat, memberikan dampak tersendiri khususnya responden. Salah satu contoh dampak dari mitos yang
diyakini ini misalnya apabila responden yang sedang berada di kebun dan sedang melakukan aktifitas di bidang pertanian atau hanya sekedar melewati sekitar hutan
lalu mereka bertemu dengan kukang jawa, mereka akan merasa merinding, tidak ingin melihanya, bahkan melarikan diri. Mereka takut apabila mereka bertemunya
dan merasa terancam, lalu akan menyerang dan menggigit mereka.
Ikhtisar
Secara keseluruhan responden memiliki persepsi yang baik mengenai kukang jawa karena sebagian besar dari responden memahami perilaku kukang
jawa, manfaat, bahaya, nilai ekonomi, dan mitos di Desa Cipaganti. Responden
sudah banyak mempersepsikan kukang jawa secara sesuai. Responden juga banyak mempersepsikan kukang jawa adalah hewan yang memiliki tanda-tanda
bila datang ke desa. Artinya responden mengenal kukang jawa sebagai hewan yang memiliki tanda-tanda bila datang ke desa misalnya dari gerakannya yang
dapat menggerakkan tanaman saat kukang jawa itu lewat, sehingga mereka mengenali bahwa tanda-tanda tersebut adalah tanda kukang jawa datang.
Persepsi mengenai manfaat kukang jawa, hampir seluruh responden mempersepsikan bahwa hewan tersebut memiliki manfaat bagi lingkungan,
pertanian, dan perlu dilestarikan. Responden juga banyak mempersepsikannya memiliki manfaat bagi pertanian yaitu tidak merusak hasil pertanian. Artinya,
responden telah mengenal kukang jawa bahwa selama kukang jawa berada di kebun atau di sekitar hutan tidak merusak bahkan membuat tanaman atau
produksi pertanian menjadi menurun.
Persepsi mengenai bahaya kukang jawa, responden banyak yang mempersepsikannya sebagai hewan yang berbahaya karena dapat menyerang
manusia, memiliki racun, serta dapat menyebabkan penyakit. Mereka sudah mengenal kukang jawa sebagai hewan yang memiliki racun yang dihasilkan dari
gigitannya yang juga dapat menyebabkan penyakit. Namun, banyak juga responden menjawab bersasarkan mitos, mereka menganggap bahwa hewan
tersebut memiliki racun yang dihasilkan dari darahnya apabila diganggu atau bahkan dibunuh.
Persepsi mengenai nilai ekonomi kukang jawa, responden yang lebih banyak mempersepsikannya sebagai hewan yang bernilai ekonomi dapat dijadikan
sebagai sumber penghasilan utama, namun bila menemukan kukang jawa di kebun, mereka mungkin akan menjualnya, karena pada dasarnya mereka tahu
bahwa kukang jawa adalah hewan yang langka dan bila dijual bisa menghasilkan keuntungan bagi mereka.
Persepsi responden berdasarkan mitos menunjukkan bahwa pada umumnya mereka menganggap bahwa kukang jawa adalah hewan yang mistis yang dapat
membuat malapetaka bagi dirinya maupun bagi pertaniannya. Mereka menamai kukang jawa dengan menggunakan bahasa sunda yaitu Muka. Mereka
menyebutkan bahwa kukang jawa memiliki dua jenis yaitu Muka Brahma dan Muka Geni. Muka Geni adalah jenis kukang jawa yang paling ditakuti oleh
masyakarat setempat karena dapat menyebabkan malapetaka.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN PERSEPSI TERHADAP KUKANG JAWA
Berikut ini akan dijabarkan mengenai hubungan antara usia dengan persepsi, jenis kelamin dengan persepsi, tingkat pengetahuan dengan persepsi, serta
pengalaman dengan persepsi responden tentang kukang jawa.
Hubungan antara Usia dan Persepsi Responden tentang Kukang jawa
Hubungan antara usia responden dan persepsi tentang kukang jawa dapat dilihat dari perilakunya, manfaatnya, bahayanya, dan nilai ekonominya.