meter dengan suhu berkisar 8,35-26,80 C sedangkan tuna sirip biru selatan pada
kisaran kedalaman 118,23-194,21 meter dengan suhu 14,99-22,59 C. Selanjutnya
Brata et al. 2011 bahwa tuna dengan ukuran lebih kecil dari 100 cm cenderung tertangkap lebih pada level permukaan atau diatas lapisan termoklin sampai
kedalaman 200 meter. Selanjutnya Nishimura 1964 dengan mengunakan echosounder bahwa bluefin terdapat dikedalaman 60-200 meter, madidihang
kedalaman 60-120 meter sedangkan Albakora pada kedalaman 50-80 meter.
Adanya korelasi antara penelitian pukat cincin dengan ukuran dan kedalaman jaring yang berbeda terhadap penelitian pukat cincin di Jepang oleh
Wudianto dan hasil penelitian long line di Selatan Jawa ,Samudera Hindia. Dimana ikan dengan ukuran lebih besar cenderung berada dilapisan yang lebih
dalam sedangkan ukuran yang lebih kecil cenderung berada dilapisan atas. Dalam pengelolaan perikanan yang ramah lingkungan yang berkelanjutan, harus adanya
pembatasan ukuran dan kedalaman mata jaring, hal ini menunjukkan bahwa perikanan pukat cincin di Pacitan tidak ramah lingkungan, hal tersebut didasari
tertangkapnya jenis ikan pelagis besar dengan ukuran yang belum layak tangkap tertangkap dalam jumlah besar sekitar 85 , hal ini telah menyalahi aturan bahwa
ijin pukat cincin Pacitan adalah pukat cincin pelagis kecil namun realitasnya tidak adanya pembatasan ukuran dan kedalaman jaring di wilayah tersebut.
4.4 Simpulan
Sebaran ikan pelagis yang tertangkap pada ukuran mata jaring kantong 1,5 inch, dalam jaring 120 m cenderung lebih kecil dibandingkan dengan ukuran mata
jaring kantong 1.75 inch, dalam jaring 136 m, dimana sebaran ukuran ikan yang tertangkap dengan ukuran mata jaring 1,75 inch lebih besar. Hal ini dibuktikan
dengan ukuran rata-rata ikan pelagis pertama kali tertangkap Lc dengan ukuran mata 1,5 inch dan ukuran mata 1,75 inch cenderung lebih besar yaitu ikan
madidihang modus pada ukuran 39,5 cm dengan ukuran mata jaring kantong 1,5 inch dan 59,5 cm pada ukuran mata jaring kantong 1,75 inch, lemadang modus
pada ukuran 59,5 cm dengan ukuran mata jaring kantong 1,5 inch dan 79,5 cm pada ukuran mata jaring kantong 1,75 inch, ikan cakalang dengan modus pada
ukuran 42 cm dengan ukuran mata jaring kantong 1,5 inch dan 47 cm pada ukuran mata jaring kantong 1,75 inch, ikan tongkol komo dengan modus pada
ukuran 27 cm pada ukuran mata jaring kantong 1,5 inch dan 42 cm pada ukuran mata jaring kantong 1,75 inch, ikan layang dengan modus pada ukuran 25,5 cm
dengan ukuran mata jaring kantong 1,5 inch cm dan 29,5 cm pada ukuran mata jaring kantong 1,75 inch, dan ikan sunglir dengan modus pada ukuran 37 cm pada
ukuran mata jaring kantong 1,5 inch dan 42 cm pada ukuran mata jaring kantong 1,75 inch.
4.5 Saran
Harus dikaji ulang mengenai perijinan pukat cincin sekala kecil untuk membatasi ukuran dimensi alat tangkap, guna menghindari hasil tangkapan yang
belum layak tangkap.
5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Kapal pukat cincin Pacitan termasuk kapala katagori encircling gear dan belum termasuk kapal normal yaitu speed length ratio1,811 karena kisaran
kecepatannya berkisar 5,88-8,83 dengan panjang kapal berkisar13.86-19.91 m 2. Faktor teknis yaitu kecepatan relatif melingkar, kecepatan poenarikan purse
line dan kecepatan waktu tenggelam, secara simultan saling terkait dan berpengaruh terhadap hasil tangkapan dengan tingkat kepercayaan sebesar
87,86 .
3. Sebaran ikan pertama kali tertangkap Lc pada ikan pelagis kecil dan pelagis besar yang tertangkap dengan pukat cincin dengan mata jaring dan kedalaman
jaring yang berbeda memperlihatkaan pola terdistribusi dikedalaman 15-80 meter, perbedaan kedalaman mengindikasikan pada jenis dan kedalaman
renang ikan yang berbeda tergantung dari kondisi optimum ikan tersebut.
4. Pukat cincin Pacitan dikatagorikan tidak ramah lingkungan, karena jenis tuna tertangkap dalam ukuran dan berat yang belum layak tangkap.
5.2 Saran
1. Pelu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor teknis lain guna melihat seberapa besat variable lain mempengaruhi hasil tangkapan pukat cincin
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara terintegrasi terhadap sebaran ikan pelagis yang selama ini masih dalam dugan penyebaran struktur ukuran
jenis dan kedalaman renangnya. 3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai ukuran dan kedalaman jaring pukat
cincin yang ramah lingkungan dengan mengkaji besaran dimensi alat tangkap guna keberlanjutan dan ketersediaan sumber daya ikan pelagis tetep lestari.
DAFTAR PUSTAKA
Allain GP. Lehodey, DS. Kirby B. Leroy. 2005. The Influence of the environment on Horizontal and Vertical Bigeye Tuna Movements
Investigated by Analysis of Archival tag Records and Ecosystem Model Outputs. WCPFC-SC1, 3:13p.
Anggrainy L. 1991 Estimasi Potensi Cakalang Berdasarkan parameter Biologi di Perairan Kepulauan Bacan Kabupaten Maluku Utara. Makasar: 45 hal
Ardidja S. 2007. KapalPenangkapIkan. STP-Press. Jakarta. Ayodhyoa. 1972. Kapal Perikanan. Correspondence Course Center. Direktorat
Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta: 26 hal. Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri, Bogor hal:
31-34. Baso H. 2013. Kajian Biologi Populasi ikan Cakalang Katsuwanus pelamis di
Perairan Luwu Teluk Bone. Tesis, PPS UnHas. Makasar: 123 hal. Block BA, Stevens ED. 2001. Tuna Physiology, Ecology, and Evolution .
California US: Academic press. [BPPL] Balai Penelitian Perikanan Laut. 2013. Penelitian Kapasitas
Penangkapan Pancing Tonda, Pukat Cincin dan Rawai Tuna Di samudera Hindia Selatan Jawa dan Barat Sumatera. Jakarta: Kementerian Kelautan
dan Perikanan. p. 13-17.
Brata A, Novianto D, Bahtiar A. 2011. Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan Suhu dan Kedalam di Samudera Hindia. Jurnal Ilmu Kelautan UNDIP. Vol 16 3: p.
165-170. Brandt AV. 1984. Fish Catching Methods of The World. FAO Fishing News
Books, Ltd. Farnham-Surrey England: Hal 301-318. [BRPL] Balai Riset Perikanan Laut. 2004. Musim Penangkapan Ikan Di
Indonesia. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan. p. 8-45. Burczynski J, Paul HM, Marrone G.1987. Hydroacoustic Assessment of The
Abundance and Distribution of Rainbow Smelt in Lake Ohae. Jurnal of Fisheries Management 7: 106-116.
Ehrenberg, J.E., 1984. The Biosonic Dual Beam Target Strength Measurement System. FAO Fish. Circ. 778:71-78.
Fridman AL, Carrothers PJG 1986. Calculation for Fishing Gear Design. FAO- Fishing News Books, Ltd, London. hal: 237-266.
Fyson J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. Fishing News Books Ltd. Farnharm, Surrey: England.
Gambang AC, Rajali HB, Awang D. 2003. Overview of Biology and Explotation of the Small Pelagic Fish Resources of the EEZ of Sarawak, Malaysia.
Fisheries Research Instituite Malaysia Serawak Bintawa, Kucing. Malaysia: http:www.fri.gov.myfriswakpublicationpelagic.pdf.
Gafa B, Sufendrata T, Uktolseja JCB. 1987. Penandaan Ikan Cakalang dan Madidihang di Sekitar Rumpon Teluk Tomini-Sulawesi Utara. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut No. 43 Tahun 1987. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta: P. 67-74.
Gafa B, Wagiyo K, Nugraha B. 2004. Hubungan Antara Suhu dan Kedalaman Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Bigeye Tuna Thunnus
obesus. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta: 63-80. Godo OR, Hjellvik V, Iversen SA, Slotte A, Tenningen E, Torkelsen T. 2004.
Behaviour of Mackerel School During Summer Feeding Migration in the Norwegian Sea as Observed from Fishing Vessel Sonars. ICES Journal of
Marine Science. International Council for the Sea: Publised by Elsevier Ltd.
Iskandar BH. 1990. Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Gillnet di Indramayu. Skripsi. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor:
Hal 31-92. Iskandar BH, Pujiati S. 1995. KeragaanTeknisKapalPerikanan di Perairan
Indonesia.[KaryaIlmiah]. Fakultas Perikanan; Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Kane JW, Sternheim MM. 1991. Fisika. Edisi Ketiga.Terjemahan P. Silaban dan J. Ibrahim, 1988, Physics. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. hal: 9-14.
Katiandagho EM. 1990.
Migrasi Vertikal Harian Ikan Pelagis Kecil yang Diamati di Bawah Rumpon di perairan Momalia Kabupaten Bolaang Mongondow,
Propinsi Sulawesi Utara. Jurnal Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado. 13: 218-228.
Laevastu T, Hela. 1970. Fisheries Oceanography. Fishing News Book Ltd. London: 238p.
Laevastu T, Hayes ML. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News Books Ltd. Farnham, Surrey. London: 199 p. Meja dan Garcia.
2003. [LPPT] Loka Penelitian Perikanan Tuna. 2013. Penelitian Sumber Daya
Perikanan Tuna Skala Kecil di samudera Hindia Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Laporan Ringkasan Penelitian Loka Penelitian Perikanan
Tuna Benoa: Bali.
Misund OA, Kolding J, Freon P. 2003. Fish Cafture Devices in Industrial and Fisheries their Influence on Management. In P.J.B Hart and J.D. Reynolds
eds.. Handbook of Fish Biology and Fisheries, Vol. II, Blackwell Science, London: pp. 13-36.
Monintja D. 2001. Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dalam Bidang Perikanan Tangkap. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor: 156 hal. Mudjiono E. 1986. Bangunan Kapal unutk Strata A. Politeknik Ilmu Pelayaran
Makasar. Makasar: 191 hal. Mulyanto RB, Suwondo AT. 1986. Pelapisan Lambung Kapal Kayu dengan
Bahan Serat Plastik: FAO , J. Muntaha A. 2012. Kajian Kecepatan Kapal Purse Seine Dengan Permodelan
Operasional Terhadap Hasil tangkapan Yang Optimal. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012, Fakultas Pertanian, Universitas
Trunojoyo, Madura: 11 hal.
Nishimura. 1964. Echo Detection of Tuna: in Modern Fishing Gear of The World. FAO, 2: 382-385.
Nomura M, Yamazaki T. 1977. Fishing Techniques 1. Japan International Cooperation Agency, Tokyo: hal 125
– 183.
Nugraha B, Triharyuni S. 2009. Pengaruh Suhu dan Kedalaman Mata pancing Rawai Tuna Tuna Longline Terhadap Hasil Tangkapan Tuna Di
Samudera Hindia. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 15 3: 239-247. Nugroho D. 2004 Kajian Stok Ikan Pelagis di Laut Jawa Berdasarkan Deteksi
Akustik Kelautan tidak dipublikasikan . Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor: 134 hal.
Pasaribu BP. 1985. Prosiding Pengembangan Kapal Ikan di Indonesia dalam Rangka Implementasi Wawasan Nusantara. Bogor. Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor: Bogor. Pranata SA. 2013. Kedalaman Lapisan Renang Tuna Thunnsus sp Yang
Tertangkap Oleh Rawai Tuna di Samudera Hindia. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Reddy MP. 1993. Influence of the Various Oceanographic Parameters on the Abundance of Fish Catch. Proceeding of International Workshop on
Aplication of Satellite Remote Sensing for Identifying and Forecasting Potential Fishing Zones in Developing Countries. India: 7-11 December
1993.
Roni. 2002. Pengaruh Kecepatan Relatif Kapal Saat Setting terhadap Hasil Tangkapan Pukat Cincin Purse Seine 01 Kecamatan Ambunten, Kabupaten
Sumenep Madura. Skripsi tidak dipublikasikan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertania
Bogor: Bogor. 66 hal.
Rumeli H.
1976. Purse
Seine Sistim
Moderen dan
Kemungkinan Pengembangannya di Indonesia. Lembaga Penelitian Perikanan Laut.
Jakarta: LIPI 31 hal. Sahwan MF. 1982. Perikanan Laut di Kecamatan Ambunten Kabupaten
Sumenep Madura: Analisa dan Kemungkinan Pengembangan Unit-unit Pcnangkapan Ikannya. Skripsi tidak dipublikasikan. Jurusan Teknik dan
Manajemen Penangkapan Ikan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. hal: 48-52.
Sainsbury JC. 1971. Commercial Fishing Methods. Fishing News Ltd., London: 119 p.
Samad F. 2002. Studi Beberapa Parameter dinamika Populasi Ikan Cakalang di Perairan Laut Flores. Makasar: 63 hal.
Santoso H. 1999. Studi Tentang Hubungan Antara Suhu dan Kedalaman Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Tuna Longline di Perairan Selatan
Pulau Jawa. [Tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Setiyanto, Indradi. 2005. Buku Ajar II, Kapal Perikanan. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang. Simbolon D. 1996. Pendugaan Densitas dan Penyebaran Ikan Dengan Sistem
Akustik Bim Ganda di Selat Makassar tidak dipublikasikan. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor: 121 hal.
Sondita MFA. 1986. Suatu Studi Tentang Peranan Pemikatan Ikan dalam Operasi Purse Seiner Milik PT. Tirtra Raya Mina Persero Pekalongan Skripsi
tidak dipublikasikan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hal: 7-57.
Sparred, Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Jakarta: Puslitbangkan. Hal 202 - 210.