Kecepatan Relatif Kapal Saat Melingkar

Gambar 3.6 Persentase faktor teknis terhadap hasil tangkapan per bulan

3.3 Pembahasan

Perkembangan usaha perikanan pukat cincin di Pacitan tergolong skala usaha kecil dan menengah. Dimana armada pukat cincin berdasarkan tonnase sekitar 25-48 GT dan melakukan operasi penangkapan di wilayah perairan ZEEI dan laut lepas Samudera Hindia. Dengan wilayah operasi penangkapan dengan rumpon sampai posisi lintang 10 -13 LS dan bujur 108 30’-113 00’ BT dan diluar wilayah perairan teritorial Indonesia. Hal ini dilakukan karena berkurangnya hasil tangkapan di wilayah pesisir laut teritorial dan bertambah jauh operasi penangkapan, untuk itu dibutuhkan kapal penangkap yang laiklaut berstandar IMO International Maritime Organization, stabilitas atau daya oleng dan kecepatan kapal ideal. Unjuk kerja performance sangat menentukan saat pengoperasian alat tangkap dan keberhasilan pada saat melingkari gerombolan ikan yang menjadi target hasil tangkapan pukat cincin. Menurut Rumeli 1976 bahwa pukat cincin pada operasi penangkapan akan banyak menerima dari beban samping. Berdasarkan perhitungan tahanan resistance yang dihasilkan jaring, maka kecepatan kapal saat melakukan penurunan jaring diperkirakan 20 lebih rendah daripada kecepatan kapal saat bergerak bebas lurus Fridman dan Carrothers, 1986. Sedangkan kapal pukat cincin Pacitan mampu mengurangi beban samping yang berdasar pada n ilai rasio dimensi LB termasuk encircling gear, dengan rasio panjang berbanding lebar LB kapal berkisar 2,5-4,3 meter, rasio lebar berbanding dalam BD berkisar 1,9-4,0 meter sedangkan rasio panjang berbanding dalam LD berkisar 6,7-12,0 meter. Lebih lanjut Setiyanto 2005 menyatakan bahwa perbandingan LB berpengaruh terhadap kemampuan olah gerak kapal atau daya gerak kapal, BD berpengaruh terhadap stabilitas kapal dan daya gerak sedangkan LD berpengaruh terhadap stabilitas, daya muat dan kekuatan kapal. Untuk itu dibutuhkan kecepatan tinggi berkisar sekitar 8-10 knot dengan speed length ratio 2,173 untuk katagori kapal kecepatan tinggi Nomura dan Yamazaki 1977, speed length ratio pukat cincin Paciatan 1,811, kecepatan kapal rata-rata 5,8-8,8 knot dengan kisaran panjang kapal antara 13,86-19,91 dan termasuk katagori kapal normal. Dengan kecepatan tersebut pukat cincin Pacitan lebih cepat dibanding kecepatan renang ikan pelagis dan setiap bulannya menghasilkan produksi ikan pelagis berkisar 8-16 ton. Wijopriono dan Nasution 1986 menyatakan bahwa pukat cincin yang dioperasikan di Prigi mempunyai kecepatan rendah, walaupun demikian kecepatan kapal tersebut sudah cukup karena dalam operasinya pukat cincin sifatnya tidak mengejar gerombolan ikan hunting tetapi hanya melingkari gerombolan ikan yang sudah terkumpul pada rumpon. Selanjutnya Wijoprioyono 1986 menyatakan dari hubungan panjang dan kecepatan kapal, ternyata kapal pukat cincin di Prigi masih dapat ditambah kecepatan dengan memperbesar tenaga penggeraknya, sehingga dapat memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengejar gerombolan ikan. Sedangkan kecepatan kapal pukat cincin Pacitan tidak perlu merubah daya mesin dan dimensi kapal karena termasuk katagori kapal normal, hal ini dibuktikan dengan mendapat hasil tangkapan yang relatif tinggi. Memiliki daya oleng yang baik seperti yang diutarakan Nomura dan Yamazaki 1977 dan Iskandar 1990. Kecepatan relatif didefinisikan dalam pergeseran atau perubahan kedudukan sebuah benda dalam suatu interval waktu tertentu, dimana interval waktu tertentu adalah pergeseran dibagi oleh waktu. Kecepatan rata-rata sebanding dengan pergeseran dan arahnya sama Kane dan Sternheim 1991. Dengan stabilitas kapal laiklaut akan mengurangi beban anak buah kapal pada salah satu sisi kapal saat pengoperasian alat tangkap. Dimana efektivitas pengoperasian pukat cincin terlihat saat faktor teknis berfungsi yaitu kecepatan kapal saat melingkar jaring, kecepatan tenggelam jaring dengan membentuk dinding untuk menahan gerak kelompok gerombolan ikan keluar secara horisontal, serta kecepatan untuk menarik purse line untuk menahan larinya ikan ke arah vertikal bagian bawah jaring seperti yang diutarakan Sainsbury 1971. Hasil penelitian ketiga faktor teknis mempelihatkan keeratan sebesar 87,86 , dimana keberhasilan pengoperasian pukat cincin dengan alat bantu rumpon dan lampu sangatlah produktif dalam mengumpulkan gerombolan ikan di area penangkapan catchable area, dengan dugaan ikan yang memasuki zona influence tidak dapat lolos saat jaring dilingkarkan. Dimana proses penangkapan pukat cincin untuk mengurangi tingkat kelolosan ikan yaitu dengan memotong arah renang ikan, cenderung melawan arus, dengan kecepatan relatif saat melingkar peluang tertangkapnya ikan lebih besar. Hal ini akan berhasil jika pergerakan ikan secara horizontal dan vertikal dapat diduga saat penangkapan, dimana jarak ideal penangkapan dengan pukat cincin dengan rumpon sekitar 50- 100 m Tabel 3.9. Jarak toleransi menduga pergerakan ikan, kecepatan renang ikan akan terbaca dan terperangkap saat jaring dilingkarkan Fridman 1986. Tabel 3.9 Jarak ideal saat melingkarkan sifat gerombolan ikan Spesies Diameter 2.r s m Kecepatan Renang ms Tembang atlantik 25 1,0 Sardin 50 1,1 Mackerel 40 1,3 Cakalang 30 1,6 Teri laut hitam 60 0,8 Sumber: Fridman 1986