Pemisahan gelondong dengan buah semu Pencucian Sortasi dan pengelasan mutu Pengeringan

xix Tabel 4. Hubungan gaya tekan yang dibebankan kgf terhadap mete gelondong dengan perubahan ukuran yang terjadi Thivavarnvongs et. Al.,1995 dalam Awaludin 1995 Jenis pembebanan Gaya rata-rata maksimal yang diberikan kgf Pengurangan bentuk ukuran mm 1. Penekanan pada ukuran ketebalan 48,40 4,70 2. Penekanan pada bagian panjang 64,70 11,30 3. Penekanan pada bagian lebar 49,20 7,80 Gambar 2. Jenis-jenis pembebanan pada penampang buah mete gelondong Tabel 5. Hubungan gaya tekan, kedalaman pisau yang tertancap pada kulit buah mete dengan kecepatan penekan Thivavarnvongs et. Al.,1995 dalam Awaludin 1995 Kecepatan penekanan mdet Gaya tekan rata-rata kgf Kedalaman pisau mm 1.67 23,70 4,84 2.50 24,00 4,84 3.33 24,00 4,90 Tabel 6. Hubungan besarnya Torsi dengan sudut puntir untuk melepaskan kacang mete dari kulitnya Thivavarnvongs et. Al.,1995 dalam Awaludin 1995

B. Pengolahan Buah Mete Gelondong

Salah satu hambatan dalam pengolahan biji mete adalah cara mengupas untuk memperoleh bijinya secara utuh. Hal ini mengingat adanya bentuk, sifat-sifat kulit serta adanya CNSL tadi yang bersifat racun. Adapun diagram alur pengolahan mete gelondong dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan menurut Haryadi dan Saragih 1994, Tahapan pengolahannya pada dasarnya adalah:

1. Pemisahan gelondong dengan buah semu

Pemisahan ini bertujuan untuk menghindari penurunan mutu kacang mete akibat pembusukan dari buah semunya, karena buah semu yang rusak akan berpengaruh pada mutu biji mete gelondong. Besat sudut tangkai penekan o Torsi maksimum rata-rata kgf.cm 15 28,00 20 29,20 45 28,30 xx

2. Pencucian

Pencucian berfungsi untuk membersihkan buah mete gelondong dari bahan-bahan asing seperti: pasir, tanah, serpihan kulit, dan tangkai buah semu. Pencucian juga berfungsi memperpanjang masa simpan karena terhindar dari hama gudang yang menempel pada mete gelondong tersebut.

3. Sortasi dan pengelasan mutu

Sortasi dan pengelasan bertujuan untuk memisahkan mete gelondong yang baik dari mete gelondong yang rusak, juga bertujuan untuk mengelompokan berdasarkan persyaratan seperti: ukuran panjang, lebar, dan tebal, bentuk, warna, dan karakteristik lain yang telah didefinisikan. Pada Tabel 7 menjelaskan tentang standar mutu gelondong mete. Tabel 7. Standar gelondong mete Indonesia Saragih, P.Y dan Haryadi, Y. ,1994 Aspek Kriteria 1. Syarat Mutu a. Bebas dari hamapenyakit yang akan mengganggu kesehatan konsumen maupun yang dapat merusak bahan olahan mete gelondong selama dalam pengangkutan dan penyimpanan. b. Bebas dari bau busuk, bau asam, bau kapang, dan bau asing akibat pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanan yang kurang baik. c. Tidak tercemar CNSL dan tercemar bahan kimia lain seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, atau fungisida d. Kadar air maksimum 8 bobotbobot e. Jumlah gelondong yang punya kemasakan cukup berat jenis sama atau lebih dari satu minimum 75 2. Kelas mutu Kematangan Jumlah butir f. Amat baik M1 Kadar gelondong yang berat jenisnya sama atau lebih dari satu, minimum 90 Per 1 kg sama atau kurang dari 175 butir g. Baik M2 Kadar gelondong yang berat jenisnya sama atau lebih besar dari satu, minimum 75 Per 1 kg antara 176 – 225 butir

4. Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air gelondong mete dengan cara menguapkan air melalui energy panas. Batas toleransi kadar air gelondong sebesar 8. Pada tingkat kadar air ini enzim dan mikroba yang dapat merusak gelondong mete tidak aktif lagi.

5. Penyimpanan