3
hanya mampu menginfiltrasikan air hujan sebesar 11.3. Limpasan permukaan yang tinggi tersebut lebih banyak disebabkan oleh pemanfaatan lahan sebagai lahan
terbangun, sawah dan tegal sayur. Pengurangan daerah resapan air sebagai dampak perubahan fungsi lahan yang
pada daerah hulu DAS Citarum dapat menimbulkan dampak pada bagian DAS Citarum lainnya baik bagian tengah maupun bagian hilir. Semakin berkurangnya lahan hijau
sebagai daerah resapan air maka akan meningkatkan jumlah air yang tidak terserap tanah dan mengalir dipermukaan. Dampak pengurangan jumlah air yang terserap tanah
ini salah satunya dapat terlihat dengan jelas adanya perubahan debit aliran sungai runoff.
Berkaitan dengan masalah-masalah diatas, maka diharapkan pendugaan debit sungai dengan menggunakan model MWSWT ini dapat dijadikan dasar dalam
perencanaan pengelolaan DAS Citarum Hulu.
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi laju perubahan penggunaan lahan pada DAS Citarum Hulu
2. Menganalisis debit Sungai Citarum Hulu dengan menggunakan model
MWSWAT 3.
Melakukan kalibrasi model SWAT berdasarkan landuse 2001 4.
Melakukan validasi model SWAT hasil kalibrasi untuk landuse 1994, 1997 dan 2005
5. Menganalisis debit sungai model SWAT hasil kalibrasi berdasarkan curah hujan
tahun 2005
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Daerah Aliran Sungai
Sebagai suatu sistem, DAS dapat dipandang dari dua arah yakni satu sistem hidrologi dan satu ekosistem alami. Sebagai satu sistem hidrologi, DAS merupakan
suatu kawasan yang dialiri oleh sebuah sistem sungai yang saling berhubungan sehingga aliran-aliran yang berasal dari kawasan tersebut keluar melalui satu aliran tunggal.
Secara operasional, DAS didefinisikan sebagai wilayah yang terletak diatas suatu titik pada suatu sungai yang dibatasi oleh batas topografi mengalirkan air yang jatuh
diatasnya ke dalam sungai yang sama melalui titik yang sama pada sungai tersebut Arsyad, 1985.
Daerah hulu sungai merupakan bagian penting karena memiliki fungsi perlindungan terhadap seluruh DAS Asdak, 2004. Adanya fungsi perlindungan
tersebut menunjukan adanya keterkaitan antara hulu dan hilir suatu DAS yang berarti bahwa kegiatan yang dilakukan di hulu selain memberikan dampak terhadap keadaaan
di hilir Sudadi et al. 1991. Aktivitas perubahan lanskap termasuk perubahan tata guna lahan atau pembuatan bangunan konservasi di daerah hulu akan menimbulkan dampak
di daerah hilir berupa perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran air lainnya Asdak, 2004. Selain itu kegiatan pertanian
bercocok tanaman yang tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi pun dapat meningkatkan erosi yang pada akhirnya akan menurunkan kaidah produktivitas lahan
pertanian Arsyad, 2006. Daerah Aliran Sungai merupakan sistem hidrologi yang terdiri dari masukan
input, proses, dan keluaran output Asdak, 2004. DAS merespon curah hujan yang jatuh di atasnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap besar kecilnya
evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, aliran permukaan, kandungan air tanah dan aliran sungai. Setiap masukan DAS dapat dievaluasi proses yang telah dan sedang terjadi
dengan cara melihat atau mengetahui keluaran dari sistem tersebut. Curah hujan sebagai input akan berinteraksi dengan komponen-komponen DAS sehingga akan menghasilkan
keluaran berupa debit, muatan sedimen dan material lainnya yang terangkut oleh aliran sungai.
Pengaruh daerah aliran sungai terhadap aliran permukaan dapat dilihat melalui sifat-sifat DAS karakteristik DAS itu sendiri seperti bentuk, ukuran DAS,
6
elevasikemiringan dan susunan anak-anak sungaikerapatan drainase Asdak 2004. Semakin besar ukuran DAS, semakin besar aliran permukaan. Tetapi laju maupun
volume aliran permukaan per satuan wilayah dalam DAS menurun apabila luas daerah tangkapan bertambah besar. Semakin besar kemiringan lereng suatu DAS, semakin
cepat laju aliran permukaan, dengan demikian mempercepat respon DAS tersebut oleh adanya curah hujan. Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menurunkan
laju aliran permukaan dari pada DAS berbentuk melebar walaupun luas keseluruhan dari dua DAS tersebut sama. Kerapatan drainase merupakan jumlah dari semua saluran
sungai km dibagi luas DAS km
2
Sistem hidrologi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang dapat dipengaruhi oleh manusia maupun yang tidak dapat dipengaruhi oleh manusia. Diantara faktor yang
dapat dipengaruhi oleh manusia yaitu tata guna lahan dan panjang lereng pembuatan teras. Oleh karena itu, dalam perencanaan pengelolaan DAS diperlukan kegiatan yang
salah satu fokusnya ditujukan pada perubahan tata guna lahan serta pengaturan panjang lereng Asdak 2004.
. Semakin tinggi kerapatan daerah aliran, semakin besar kecepatan aliran permukaan untuk curah hujan yang sama.
Pengelolaan DAS merupakan usaha untuk menggunakan semua sumberdaya tanah, vegetasi, air dan sebagainya pada DAS tersebut secara rasional untuk
mendapatkan penggunaan lahan yang berkelanjutan demi tercapainya produksi maksimum atau optimum dalam waktu yang tidak terbatas dan untuk menekan bahaya
kerusakan seminim mungkin sehingga didapat hasil air dalam jumlah, kualitas dan distribusi yang baik Sinukaban, 2007a. Pengelolaan suatu DAS dikatakan berhasil
apabila terpenuhi beberapa hal berikut yaitu : 1 tercapainya kondisi hidrologis yang optimal, 2 meningkatnya produktivitas lahan yang diikuti oleh perbaikan
kesejahteraan masyarakat, 3 terbentuknya kelembagaan masyarakat yang muncul dari bawah sesuai dengan sosial budaya masyarakat setempat dan 4 terwujudnya
pembangunan yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan berkeadilan.
7
2.2. Daur Hidrologi