Pencernaan dan Penyerapan Klorofil

memberikan ligan tambahan. Pemanasan dapat mengakibatkan denaturasi protein sehingga klorofil menjadi tidak terlindung lagi yang dikutip oleh Oktaviani 1987. Selama pemanasan, asam-asam organik dalam jaringan dibebaskan yang mengakibatkan pembentukan feofitin. Pemanasan juga memberi pengaruh terhadap aktivitas enzim klorofilase dan enzim lipoksigenase. Pengaruh blansir pada sayuran hijau terhadap pembentukan klorofilid dan feoforbid menunjukkan bahwa blansir pada suhu 82.2 C meningkatkan aktivitas enzim klorofilase, tetapi blansir pada suhu 100 C membuat klorofilase inaktif.

2. Pencernaan dan Penyerapan Klorofil

Hasil penelitian Ferruzi et al 2001 menyatakan bahwa studi mengenai absorbsi dan metabolisme klorofil belum banyak dilakukan. Sifat klorofil yang mudah terdegradasi oleh asam, panas, cahaya dan oksigen menjadi salah satu kendala dalam studi-studi absorpsi klorofil. Dikatakannya bahwa hanya dalam waktu ½ jam pada fase lambung pH 2 lebih dari 95 klorofil-a dan klorofil-b berubah menjadi bentuk feofitinnya. Selanjutnya feofitin dimetabolisme oleh mikroflora usus antara lain menjadi feoforbid. Pengaruh pH lambung pada perubahan klorofil menjadi feofitin selama fase gastric dalam sistem pencernaan telah dikemukakan oleh Ferruzi et al 2001. Berdasarkan penelitiannya dengan menggunakan pure bayam segar diketahui bahwa kandungan awal klorofil a dari pure bayam segar tersebut adalah sekitar 77 dan klorofil b sekitar 23. Dengan perlakuan pH 2 ternyata keduanya berubah mnenjadi feofitin a dan b dengan persentase masing-masing 70 dan 30. Kemudian pada pH 4 kecenderungan klorofil a dan b stabil dengan persentase klorofil a 72 dan klorofil b 22 sedangkan sisanya adalah feofitin a dan feofitin b. Pada perlakuan pH 6, selama pencernaan klorofil a dan klorofil b relatif stabil. Ek s tr ak Bayam s e gar klorof il a , 77 klorof il b, 23 p H 2 f e of itin b, 30 f e of itin a, 70 pH 4 klorofil a , 72 klorofil b, 22 feo a, 5 feo b, 1 pH 6 klorofil a , 77 klorofil b, 23 Gambar 6. Pengaruh pH terhadap kandungan klorofil Ferruzi et al, 2001 Bukti bahwa klorofil dapat diserap oleh sel usus dikemukakan oleh Ferruzi et al 2001. Dalam penelitiannya secara in vitro, mereka menggunakan pure bayam yang dicerna menggunakan enzim-enzim pencernaan dan diinkubasi bersama sel Caco-2 sebagai model sel enterosit manusia untuk melihat penyerapannya. Klorofil alami terdegradasi selama pencernaan. Derivat-derivat klorofil terakumulasi dalam sel sebanyak 5- 10. Egner et al 2001 berhasil membuktikan adanya penyerapan derivat klorofil dalam darah. Mereka melakukan studi intervensi SCC sodium copper chlorophyllin terhadap subyek manusia, dengan kandungan utamanya CuIIklorin e 4 CuCle 4 dan CuIIklorin e 6 CuCle 6 . Setelah diintervensi dengan dosis 100 mg selama 3 kali sehari selama 4 bulan, dalam serum darah subyek ditemukan bentuk CuCle4 dan CuCle4 etil ester, bahkan ditemukan warna hijau dalam sampel serum subyek. Hal ini belum pernah dikemukakan sebelumnya dan penemuan awal ini menunjukkan adanya penyerapan in vivo derivat klorofil. SCC merupakan campuran berwarna hijau terang yang berasal dari klorofil alami yang telah digunakan sebagai suplemen pangan dan pewarna. SCC komersial dibuat dari ekstrak klorofil menggunakan NaOH- metanol dan diikuti dengan penggantian atom Mg oleh logam Cu. Didasari oleh penelitian Egner et al. tersebut, maka Ferruzi et al 2002a melanjutkan studi absorbsi klorofil menggunakan SCC. SCC komersial yang digunakan terdiri dari komponen utama CuIIklorin e 4 81, CuIIklorin e 6 10, CuIIrhodin g 7 3 dan CuIIfeoforbid 1. Untuk melihat tingkat ketersediaan SCC digunakan sel Caco-2. SCC diinkubasi dalam kultur sel dengan konsentrasi 0.5-60 ppm atas dasar pertimbangan konsumsi SCC: 1,0-100 mg SCC dalam 2 liter cairan usus dan lambung pada 37 C selama 4 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45-60 SCC terserap dalam sel. Rasio CuIIklorin e 4 terhadap CuIIklorin e 6 yang terserap intrasel sama dengan rasionya didalam media uji. Dengan kata lain penyerapan derivat-derivat klorofil berlangsung proporsional dengan konsentrasi didalam media. Transpor porfirin ke dalam sel enterosit diduga dimediasi oleh suatu reseptor. Selain itu dari studi tersebut diketahui bahwa CuIIklorin e 4 merupakan komponen utama dalam fraksi digesta. CuIIklorin e 6 memiliki kestabilan yang rendah selama pencernaan, namun dapat ditingkatkan kestabilannya apabila berada dalam matriks saus apel. Hal ini diduga karena adanya antioksidan lain dan matriks apel yang melindungi keberadaannya.

3. Manfaat dan Aktivitas Biologis Klorofil