C. PROSEDUR ANALISIS
1. Analisis Kadar Klorofil Yoshida et al., 1976
Sampel dihomogenisasi dengan 100 ml aseton 85 dengan penambahan 0.01 g CaCO3 dan kemudian didiamkan di ruang gelap
selama 1 malam untuk memperoleh kelarutan klorofil yang lebih baik. Setelah itu disentrifuse dengan 3500 rpm selama 10 menit. Berikutnya
dilakukan pembacaan absorbansi filtrat pada 663,0 nm dan 645,0 nm atau 652 nm. Karena kurva serapan kuantitatif klorofil a dan b dalam aseton
80 saling potong pada 652 nm. Perhitungan kadar klorofil dilakukan dengan menggunakan rumus:
Total Klorofil mgL = 0.0202 A
645.0 nm
+ 0.00802 A
663.0 nm
Klorofil –a = 0.0127 A
663.0 nm
– 0.00269 A
645.0 nm
Klorofil – b = 0.0229 A
645.0 nm
– 0.00468 A
663.0 nm
atau Total klorofil = A
652 nm
x 1000 34.5
2. Analisis Total Kolesterol Randox Kits
Kadar kolesterol total diukur dengan metode CHOD-PAP dengan prinsip pengujian secara enzimatis kalorimetri berdasarkan reaksi :
Kolesterol ester + H
2
O
kolesterol esterase
kolesterol + asam lemak Kolesterol + O
2 kolesterol oksidase
kolesterol-3-one + H
2
O
2
2 H
2
O
2 +
fenol+ 4-aminoanthipyrine
peroksidase
red quinine + 4 H
2
O Prosedur analisis:
Sampel atau standar diambil sebanyak 0.01 ml dan dicampurkan dengan 1.00 ml reagent kit komersial kemudian dimasukkan ke dalam
tabung lalu dicampurkan sampai homogen. Setelah campuran homogen kemudian diinkubasi pada suhu 37
C selama 5 menit. Setelah itu dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 500 nm. Perhitungan kadar
kolesterol total dilakukan dengan menggunakan rumus : Kadar kolesterol mgdl:
[absorbansi sampel] X 200 mgdl [absorbansi standar]
3. Separasi Pigmen
Separasi pigmen dilakukan dengan metode TLC menggunakan plate TLC selulosa Bacon dan Holden, 1967. Larutan pengembang yang
digunakan adalah petroleum eter ringan-aseton-n-propanol dengan perbandingan volume 90:10:0.45. Plate diaktifkan dalam oven bersuhu
105
o
C selama minimal 45 menit. Ekstrak diteteskan dispot pada plate sebanyak 20 ì l kemudian dimigrasi dalam ruang gelap
Pigmen yang telah diseparasi dengan plate TLC selulosa akan membentuk spot-spot terpisah. Identifikasi pigmen setelah dilakukan
separasi dengan TLC selulosa, yaitu dengan menggunakan standar nilai Rf Tiap spot dicatat nilai Rf-nya dan digambar posisinya, kemudian
dibandingkan dengan nilai standar Rf seperti pada Tabel 3.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
PEMBUATAN EKSTRAK DAUN SUJI
Jenis daun suji yang digunakan pada pembuatan ekstrak daun suji adalah daun suji tipe minor. Proses pembuatan ekstrak daun suji diawali dengan
pembersihan daun suji dari kotoran dengan cara dicuci menggunakan air bersih. Daun suji yang telah dibersihkan dan dikeringanginkan kemudian
dipotong kecil-kecil sebesar 1 cm. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses penghancuran daun suji, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih singkat.
Proses penghancuran daun suji dilakukan dengan menggunakan blender stainless steel
. Penggunaan blender jenis tersebut dimaksudkan untuk meminimalisir klorofil yang terdegradasi oleh cahaya. Karena sifat klorofil
yang sangat rentan terhadap cahaya. Menurut Holden 1976 yang dikutip oleh Oktaviani 1987 menyatakan bahwa sinar dalam ruangan yang lemah, jika
mengenai klorofil kurang dari satu detik dapat mengakibatkan reaksi protopigmen. Daun suji diekstrak dengan menggunakan blender.
Daun suji diekstrak dengan menggunakan pelarut Tween-Na sitrat dengan perbandingan 1: 10 daun suji : larutan pengekstrak. Penggunaan
larutan pengekstrak tersebut adalah berdasarkan hasil penelitian dari Prangdimurti et al. 2005. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Prangdimurti et al. 2005 tersebut dinyatakan bahwa penggunaan Tween 80 0.75 dalam larutan Na-sitrat 12 mM dan proses inkubasi pada suhu 75
o
C selama 30 menit menghasilkan ekstrak cair yang memiliki kadar klorofil dan
kapasitas antioksidan tertinggi di antara larutan pengekstrak lain yang diuji Na
2
CO
3
0-0.5, NaHCO
3
0-0.5, Tween 80 0-1 dalam larutan Na-sitrat 12 mM.
Fungsi Tween 80 sebagai emulsifier sangat membantu dalam proses ekstraksi tersebut. Keberadaan Tween 80 diduga membantu klorofil yang
bersifat hidrofobik sehingga dapat tersuspensi dalam air. Penggunaan Na- sitrat 12 mM ditujukan untuk meningkatkan aktivitas enzim klorofilase dalam
menghidrolisis rantai fitol. Menurut Sibarani 1994, laju hidrolisis klorofil dapat ditingkatkan dengan adanya aseton 35 dan Na- sitrat 12 mM. Tanpa