Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan

17 politik dan birokrasi. Hilangnya keterkaitan birokrasi terjadi karena tidak adanya perantara interface. Sama halnya dengan pendapat Fauzi dan Anna 2002 yang menyatakan bahwa konsep pembangunan perikanan yang berkelanjutan sendiri mengandung aspek: 1. Ecological sustainability keberlanjutan ekologi. Dalam pandangan ini memelihara keberlanjutan stokbiomass sehingga tidak melewati daya dukungya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas dari ekosistim menjadi fokus utama. 2. Socioeconomic sustainabilty keberlanjutan sosioekonomi. Konsep ini mengandung makna bahwa pembangunan perikanan harus memperhatikan keberlanjutan dari kesejahteraan pelaku perikanan baik pada tingkat individu. Dengan kata lain mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi merupakan fokus dalam kerangka keberlanjutan. 3. Community sustainability, mengandung makna bahwa keberlanjutan kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat haruslah menjadi perhatian membangunan perikanan yang berkelanjutan. 4. Institutional sustainability keberlanjutan kelembagaan. Dalam kerangka ini keberlanjutan kelembagaan yang menyangkut memelihara aspek finansial dan administrasi yang sehat merupakan prasyarat dari ketiga pembangunan berkelanjutan di atas. Pendapat serupa dikemukakan oleh Arrow et al., 1995; Dahuri 1998 dan Lim 1998 tentang garis besar konsep pembangunan berkelanjutan yang memiliki empat dimensi, yaitu ekologis, sosial ekonomi budaya, sosial politik, serta hukum dan kelembagaan untuk pemecahan masalah-masalah di wilayah pesisir.

2.3. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan

Salah satu pengertian yang lebih komprehensif tentang pengelolaan pesisir yang berkelanjutan dapat digambarkan sebagai: suatu proses dinamis dalam mengambil keputusan untuk menggunakan, mengembangkan dan melindungi sumberdaya dan kawasan pesisir untuk mencapai kemakmuran bersama baik itu antara kelompok pengguna dan tingkat nasional serta daerah dan pusat. Pengelolaan pesisir yang berkelanjutan terkenal dengan karakter kawasan pesisir 18 yang berbeda seperti nilai sumberdayanya yang digunakan untuk generasi saat ini dan akan datang. Pengelolaan pesisir yang berkelanjutan berorientasi pada banyak tujuan, pengelolaan tersebut mencakup implikasi pengembangan, konflik antar pengguna, keterkaitan antara proses fisik dan aktivitas manusia serta mengedepankan hubungan dan harmonisasi antara sektor pesisir dan kegiatan yang ada di laut Knecht et al., 1994; Anutha dan Johnson, 1996. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu berfungsi untuk perencanaan kawasan, pengembangan dan pembangunan ekonomi, perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya, resolusi konflik, perlindungan keselamatan umum dan penataan pemilikan sumberdaya Cicin-Sain dan Knecht, 1998. Tetapi dalam implementasinya mengidentifikasi masalah-masalah seperti: 1 kurangnya pengetahuan mengenai pesisir dan lautan, 2 rendahnya penilaian valuation pada sumberdaya pesisir dan lautan, 3 kurangnya pemberdayaan masyarakat dan pengguna sumberdaya pesisir dan lautan, 4 ketidakjelasan wewenang pengelolaan, 5 rendahnya kapasitas kelembagaan, dan 6 kurangnya keterpaduan antar prakarsa Dahuri dan Dutton, 2000. Sumberdaya kawasan pesisir dan laut memiliki spesifikasi lokasi dengan karakteristik yang beragam baik lahan, komoditas maupun sumberdaya manusianya. Karena itu konsep pengembangan kawasan pesisir bertitik tolak dari meningkatkan kekuatan dan menurunkan kelemahan supaya kawasan pesisir mampu berlaku sebagai pelaku dan bukan sebagai obyek pembangunan dan upaya pengelolaan sumberdaya perikanan harus didasarkan kepada karakteristik wilayah dan kebutuhan faktual dari masyarakat kawasan pesisir serta dapat mendukung upaya peningkatan taraf hidup masyarakat nelayan sekaligus tetap mendukung keberlanjutan produksi dan kelestarian sumberdaya perikanan Dendi et al., 2005. Pengelolaan wilayah pesisir harus didasarkan pada pendekatan ekosistem yang meliputi interaksi yang bersifat fisika, kimia dan biologi antara berbagai variasi komponen yang berkaitan dengan hal yang bersifat alami dan masukan yang berasal dari kegiatan manusia, baik yang masuk, keluar dan alirannya kedalam system tersebut Fabbri, 1998. Untuk pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan perlu kiranya kita menjelaskan kriteria yang relevan yang 19 merupakan bagian dari penelitian, seperti indikator yang bersifat site-specific yang mungkin secara signifikan untuk dievaluasi OECD, 1993.

2.4. Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung