45 Karena beban yang diberikan oleh silinder perontok berubah-ubah,
lepasnya rantai dari sproket mungkin akan sering terjadi. Apalagi pada saat operator depan pengayuh sepeda memberikan kejutan pada kayuhannya.
Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan sproket pengunci yang dipasang diantara sproket penghubung dan freewheel pada silinder perontok sehingga
apabila terjadi bebean yang terlalu besar, rantai tidak akan terlalu tegang dan kemungkinan kecil lepas dari sproketnya.
D. PENGUJIAN LAPANGAN
Pengujian lapangan perontok padi hasil rancangan ini dilaksanakan di Desa Sawah dan kawasan Batulung, Bogor. Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah perontok padi ini dapat beroperasi dengan baik di lahan atau tidak. Selain itu, pengujian ini melibatkan petani setempat yaitu dengan
meminjamkan perontok padi ini untuk merontokkan padinya. Sehingga nantinya akan diperoleh pendapat dan masukan setelah merontokkan padi
dengan menggunakan perontok padi hasil rancangan. Pengujian yang pertama dilakukan adalah pengujian mobilitas alat.
Pengujian ini dilakukan di luar lahan maupun di dalam lahan. Pengujian di luar lahan yaitu mobilitas perontok padi dari rumah sampai ke sawah.
Mobilitas ini dipermudah dengan adanya sepeda. Pada saat dikendarai, beban yang digunakan untuk mengayuh sepeda sepeti apabila mengendarai sepeda
dengan memboncengkan satu orang. Pada saat proses mobilisasi alat dari rumah ke lahan, rantai yang menghubungkan antara sproket penghubung dan
freewheel pada silinder perontok dilepas, sehingga kayuhan sepeda tetap
normal. Sedangkan pengujian di dalam lahan, dilakukan mobilisasi alat perontok ke dalam lahan sawah. Mobilisasi ini juga dipermudah dengan
adanya sepeda. Alat perontok ini dibawa ke dalam lahan melalui pematang sawah. Jika kondisi tanah memungkinkan kering, mobilisasi juga bisa
dilewatkan ke tengah sawah. Adapun gambar mobilisasi alat perontok padi di luar dan di dalam lahan dapat dilihat pada Gambar 24.
Setelah pengujian mobilitas alat selesai dilakukan, baik di luar atau di dalam lahan, perontok padi ini dioperasikan di dalam lahan seperti halnya
pada saat pengujian fungsional. Hasil dari pengujian ini adalah tidak jauh
46 berbeda dengan pada saat pengujian fungsional. Semua komponen berfungsi
sebagaimana mestinya. Akan tetapi, karena pada saat pengujian di kawasan Batulung kondisi tanah sawah sedang berlumpur sehingga diperlukan papan
tambahan agar sepeda tidak masuk ke dalam lumpur. Setelah alat perontok padi bekerja normal, langkah selanjutnya adalah meminjamkan alat perontok
padi ini ke petani setempat. Pada awalnya petani masih sedikit kesulitan dalam hal pengumpanan padi ke kotak perontok. Akan tetapi setelah beberapa
waktu mengoperasikan alat perontok padi ini, petani sudah lancar dalam mengoperasikannya. Kesulitan petani dalam mengoperasikan alat perontok
padi ini dikarenakan kebiasaan petani menggunakan metode gebot dalam merontokkan padinya. Selain itu, adanya rasa takut dari dalam diri pentani
akan teknologi yang diperkenalkan untuk mengganti metode tradisional yang sebenarnya kurang efektif.
Dari hasil pengujian lapangan ini diperoleh beberapa pendapat dari petani, antara lain adalah sebagai berikut:
Gambar 24. Mobilitas perontok padi hasil rancangan di dalam lahan melalui pematang sawah a dan di dalam lahan b, serta di luar lahan c
a b
c
47 1.
Alat perontok padi hasil rancangan O-Belt Thresher cukup mudah untuk dioperasikan oleh petani serta mudah dipindah tempatkan.
2. Gabah hasil perontokan jauh lebih bersih bila dibandingkan dengan
metode gebot, sehingga bisa langsung dimasukkan ke dalam karung. 3.
Tenaga yang dibutuhkan untuk merontokkan padi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan metode gebot.
Sedangkan saran yang diberikan antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Lubang pemasukan padi sebaiknya diperbesar. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah dalam proses pengumpanan padi.
2. Jarak antara lubang pemasukan ke tanah sebaiknya dibuat lebih
rendah.
Gambar 25. Penempatan O-Belt Thresher pada saat di lahan
Gambar 26. Perontokan padi dengan O-Belt Thresher yang dilakukan oleh petani
48
E. ANALISA EKONOMI ALAT