42
C. PENGUJIAN FUNGSIONAL
Pengujian fungsional perontok padi berbasis sepeda ini dilaksanakan di bengkel Samudera Teknik Mandiri, Bogor. Pengujian yang dilakukan
pertama kali adalah pengujian stasioner. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat dapat berfungsi dengan baik pada kecepatan putar
silinder perontok dalam keadaan tanpa beban. Pengujian ini dilakukan pada kecepatan kayuhan sepeda normal yang menghasilkan kecepatan putar
silinder perontok tanpa beban rata-rata sebesar 366.24 rpm, sedangkan dengan beban rata-rata sebesar 348.83 rpm. Pada saat pengujian stasioner ini
semua komponen alat dapat berfungsi dengan baik tanpa ada kendala. Setalah pengujian stasioner selesai dilakukan, langkah selanjutnya
adalah pengujian kinerja dari alat perontok padi ini. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kapasitas perontokan dari alat perontok padi
ini serta susut perontokan yang dihasilkannya. Dari pengujian ini diperoleh kapasitas perontokan sebesar 93.48 kgjam dengan susut perontokan 1.25.
Nilai tersebut diperoleh berdasarkan prosedur pengujian yang telah ditetapkan. Sebagai perbandingan, dilakukan juga pengujian kapasitas
perontokan dengan besar pengumpanan sesuai dengan genggaman padi yang Gambar 20. Posisi operator pada saat perontokan
Operator depan pengayuh sepeda
Operator belakang pengumpan padi
43 bisa dilakukan. Kapasitas perontokan yang diperoleh lebih rendah, yaitu 91.8
kgjam. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan jumlah padi yang diumpankan ke silinder perontok dan waktu yang diperlukan untuk
merontokkan satu kali pengumpanan. Adapun perbedaan jumlah genggaman padi dapat dilihat pada Gambar 21.
Pada pengujian kinerja dari alat perontok padi ini, selain diperoleh kapasitas dan susut perontokan diperoleh juga tingkat kebersihan. Besarnya
tingkat kebersihan perontokan padi dengan alat perontok padi ini adalah 92.88. Jumlah kotoranbenda asing yang ikut masuk ke dalam karung
sebagian besar adalah daun padi yang sudah kering yang ikut terpotong oleh silinder perontok pada saat perontokkan.
Padi hasil perontokkan keluar dari jalan keluar gabah yang telah ditentukan, yaitu di bagian belakang kotak perontok. Gabah hasil perontokkan
bisa langsung dimasukkan ke dalam karung, sehingga lebih praktis. Hal ini juga dimaksudkan untuk mengurangi susut perontokkan yang terjadi. Posisi
operator pengumpan dan pemasangan karung tempat gabah hasil perontokkan dapat dilihat pada Gambar 22.
Pada saat pengujian kinerja ini ditemui beberapa kendala yang berkaitan dengan sistem transmisi. Pada saat pengujian kapasitas
perontokkan, tepatnya saat silinder perontok diberikan beban padi yang terlalu besar, rantai yang menghubungkan antara sproket penghubung dan
silinder perontok lepas dari sproketnya. Rantai tersebut dapat lepas karena dudukan sproket penghubung bergerak ke arah samping yang mengakibatkan
Gambar 21. Perbedaan jumlah genggaman pada pengumpanan sesuai prosedur a dan sesuai genggaman normal b
a b
44 sproket penghubung tidak lurus dengan freewheel pada silinder perotok.
Akibatnya perontokan terhenti dengan memasang kembali rantai pada sproketnya. Namun hal tersebut dapat segera diatasi dengan mengatur
kembali posisi dudukan sproket penghubung dengan mengendorkan dan mengencangkan baut pengencangnya.
Gambar 23. Rantai pengubung yang lepas dari sproketnya
Sproket penghubung
Rantai yang lepas dari
sproketnya Gambar 22. Posisi operator pengumpan dan pemasangan
karung Operator
pengumpan padi
Karung gabah hasil
perontokan
45 Karena beban yang diberikan oleh silinder perontok berubah-ubah,
lepasnya rantai dari sproket mungkin akan sering terjadi. Apalagi pada saat operator depan pengayuh sepeda memberikan kejutan pada kayuhannya.
Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan sproket pengunci yang dipasang diantara sproket penghubung dan freewheel pada silinder perontok sehingga
apabila terjadi bebean yang terlalu besar, rantai tidak akan terlalu tegang dan kemungkinan kecil lepas dari sproketnya.
D. PENGUJIAN LAPANGAN