Uji Kausalitas Granger Uji Kointegrasi

4.1.3. Uji Stabilitas VAR

Sebelum analisis berupa proses innovation accounting dilaksanakan, dilakukan terlebih dahulu pengujian stabilitas terhadap data. Sistem VAR pada lag optimal harus stabil. Hal ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh model dinamik seperti VAR. Sistem VAR yang tidak stabil akan membuat hasil Impulse Response Function IRF dan Forecast Error Variance Decomposition FEVD tidak valid. Uji stabilitas berdasarkan modulus atau unit lingkaran akan diterapkan untuk menentukan apakah sistem VAR tersebut stabil pada lag optimal. Stabilitas sistem VAR dikatakan stabil jika seluruh akar unitnya memiliki modulus lebih kecil dari satu dan semuanya terletak didalam unit lingkaran. Tabel 4.4 Hasil Uji Stabilitas VAR Root Modulus 0.949791 0.949791 0.674162 – 0.294734i 0.735774 0.674162 + 0.294734i 0.735774 0.679999 0.679999 -0.251726 – 0.260855i 0.362507 -0.251726 + 0.260855i 0.362507 0.143282 0.143282 Sumber: data diolah Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa model VAR yang digunakan dalam penelitian ini stabil pada lag optimalnya, yaitu pada lag satu karena nilai modulus dari seluruh roots memiliki nilai kurang dari satu. Dengan demikian peramalan menggunakan Impulse Response Function IRF dan Forever Error Variance Decomposition FEVD yang akan dihasilkan dianggap valid.

4.1.4. Uji Kausalitas Granger

Analisis hubungan kausalitas dari setiap variabel dapat dilihat dari uji kausalitas granger. Dalam penelitian ini, uji kausalitas dilakukan dengan menggunakan Granger Causality Test dengan hipotesis awal H tidak ada hubungan kausalitas dan hipotesis alternatifnya H 1 terdapat hubungan kausalitas. Kriteria penolakan H adalah dengan melihat nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai kritis yang ditantukan. Hasil uji kausalitas granger dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Hasil Uji Kausalitas Granger Variabel Probabilytas does Not Granger Cause G GW INV INF NE ER TR G 0.8518 0.7565 0.8459 0.0597 0.8034 0.0023 GW 0.0126 0.4144 0.7826 0.7936 0.7283 0.3744 INV 0.2098 0.4285 0.3270 0.0516 0.0716 0.1625 INF 0.00001 0.7325 0.3092 0.5594 0.4215 0.7795 NE 0.0710 0.8714 0.8795 0.8889 0.6334 0.5623 ER 0.2831 1.0000 0.07738 0.8064 0.0013 0.9997 TR 0.0062 0.6903 0.2183 0.8412 0.0019 0.1997 Sumber: data diolah Hasil Uji kausalitas pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat hubungan dua arah antara variabel TR dengan variabel G. Hipotesis nol yang menyatakan bahwa TR tidak mempengaruhi G, ditolak pada tingkat signifikansi lima persen tolak H , pada α = 5, demikian juga dengan sebaliknya. Hipotesis nol yang menyatakan bahwa G tidak mempengaruhi TR ditolak pada tingkat signifikasi lima persen. Artinya penerimaan pajak mempengaruhi pengeluaranbelanja pemerintah, sebaliknya pengeluaran pemerintah mempengaruhi penerimaan pajak. Berdasarkan Tabel 4.5 juga diperoleh beberapa variabel yang memiliki hubungan satu arah dengan variabel lainnya pada tingkat signifikansi lima persen. Varibel yang memiliki hubungan satu arah tersebut antara lain variabel GW dengan variabel G, variabel INF dengan variabel G, variabel ER dengan variabel NE, dan variabel TR dengan Variabel NE.

4.1.5. Uji Kointegrasi

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam VAR atau VECM adalah semua variabel endogen dan variabel eksogen bersifat stasioner. Apabila variabel tidak stasioner, maka perlu dilakukan uji kointegrasi. Jika variabel yang tidak stasioner terkointegrasi, maka kombinasi linier antar variabel dalam sistem akan bersifat stasioner, sehingga dapat diperoleh persamaan yang stabil Enders, 1995. Pengujian kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang antar variabel yang telah memenuhi persyaratan selama proses integrasi yaitu dimana semua variabel telah stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat satu I 1. Salah satu cara untuk menguji kointegrasi yaitu dengan menggunakan uji kointegrasi Johansen. Dalam penelitian ini uji kointegrasinya menggunakan pendekatan Johansen dengan membandingkan antara trace statistic dengan critical value yang digunakan, yaitu lima persen. Jika trace statistic lebih besar dari critical value lima persen maka terdapat kointegrasi dalam sistem persamaan tersebut. Hasil uji kointegrasi berdasarkan trace test dapat dilihat pada Tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Uji Kointegrasi Hyputhesized No.of CE s Eigenvalue Trace statistic 0.05 Critical Value Prob. None 0.935471 213.9335 125.6154 0.0000 At most 1 0.914792 142.6769 95.75336 0.0000 At most 2 0.717396 78.64778 69.81889 0.0083 At most 3 0.513988 45.79138 47.85613 0.0772 At most 4 0.470493 27.03182 29.79707 0.1008 At most 5 0.248177 10.50081 15.49471 0.2442 Sumber: data diolah Jika trace statistic lebih besar dari critical value lima persen,maka persamaan tersebut terkointegrasi. Dengan demikian H = non kointegrasi dengan hipotesis alternatifnya H 1 = kointegrasi. Jika trace statistic lebih besar dari critical value lima persen, maka tolak H atau terima H 1 yang artinya terjadi kointegrasi. Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa terdapat tiga persamaan yang terkointegrasi dalam penelitian ini. Karena terdapat persamaan yang terkointegrasi maka model yang akan digunakan adalah model Vector Error Correction Model VECM,

4.2 Hasil Estimasi VECM