BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di
Amerika. Krisis yang terjadi di Amerika serikat pada tahun 2007-2009 merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis keuangan global. Krisis keuangan global ini
membawa dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian negara-negara yang ada di dunia ini. Indonesia secara tidak
langsung terkena dampak krisis keuangan global ini. Namun dampaknya tidak begitu besar bagi perekonomian Indonesia. Walaupun krisis keuangan global
tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, pemerintah tetap melakukan berbagai kebijakan bertujuan untuk menjaga stabilitas perekonomian
Indonesia. Hal ini dikarenakan negara Amerika Serikat merupakan salah satu negara mitra dagang Indonesia. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan
makro yang dijalankan oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter. Kebijakan moneter
adalah kebijakan yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
Kebijakan fiskal yang dijalankan oleh pemerintah dapat terlihat melalui kebijakan anggaran. Kebijakan anggaran di Indonesia ditujukan untuk
mendukung kegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan, menciptakan dan memperluas lapangan kerja meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Kebijakan anggaran memiliki instrumen berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. APBN
merupakan penjabaran rencana kerja para penyelenggara negara untuk kurun waktu satu tahun yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. Indikator makroekonomi yang
digunakan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan anggaran APBN adalah
sebagai berikut : Pertumbuhan ekonomi, Inflasi, Nilai tukar, Suku bunga SBI, Harga minyak internasional, Produksi minyak Indonesia.
Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Anggaran, pada tahun 2007 jumlah belanja negara Indonesia sebesar
757,6 triliun rupiah meningkat menjadi 1320,8 triliun rupiah pada tahun 2011. Pendapatan negara dan hibah juga mengalami peningkatan dari tahun 2007
sebesar 707,8 triliun rupiah menjadi 1169,9 triliun rupiah. Dari data yang diperoleh jumlah pendapatan dan hibah negara selalu lebih kecil dibandingkan
dengan belanja negara setiap tahunnya. Belanja negarapengeluaran pemerintah yang lebih besar dibandingkan penerimaan negara menyebabkan defisit anggaran.
Tabel 1.1 Ringkasan APBN Indonesia 2007 - 2011 Tahun Pendapatan dan
Hibah triliun
Rupiah Belanja Negara
triliun Rupiah Surplus Defisit
anggaran triliun Rupiah
Utang Luar
Negeri Miliar US
2007 707,8
757,6 -49,8
62,25 2008
981,6 985,7
-4,1 66,69
2009 848,8
937,4 -88,6
65,02 2010
995,3 1.042,1
-46,8 68,10
2011 1.169,9
1.320,8 -150,8
68,41
Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Anggaran, 2012
Dari Tabel 1.1 dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah pendapatan dan hibah negara Indonesia selalu lebih kecil dibandingkan dengan belanja
negarapengeluaran negara. Hal ini membuktikan bahwa dari tahun 2007 hingga 2011 anggaran negara Indonesia mengalami defisit anggaran. Kebijakan anggaran
di suatu negara dalam prakteknya memiliki tiga kondisi, antara lain berimbang, surplus, dan defisit. Anggaran negara berimbang adalah anggaran negara dimana
penerimaan negara jumlahnya sama dengan pengeluaran pemerintah, sementara anggaran surplus adalah penerimaan negara lebih besar jumlahnya dibandingkan
dengan pengeluaran negara. Banyak hal yang menjadi penyebab peningkatan belanja pemerintah, salah
satunya kenaikan harga minyak mentah dunia. Belanja pemerintah meningkat akibat kenaikan harga minyak mentah dunia. Hal ini terjadi pada tahun 2010.
Subsidi Bahan Bakar Minyak BBM pada APBN 2010 mengalami perubahan
yakni mengalami kenaikan hingga lebih dari 20 triliun rupiah. Akibatnya, anggaran belanja negara dalam APBN 2010 naik dari target awal yakni menjadi
1042,1 triliun. Tahun 2012 dalam nota keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan RAPBNP jumlah belanja
pemerintah menjadi 1058,31 triliun rupiah dari asumsi sebelumnya 964,997 triliun rupiah sehingga mengalami kenaikan sebesar 93,313 triliun rupiah. Salah
satu penyebab kenaikan belanja pemerintah karena anggaran belanja subsidi energi membengkak. Anggaran belanja subsidi energi naik dari 168,55 triliun
rupiah menjadi 230,43 triliun rupiah. Sedangkan, belanja subsidi non energi naik sekitar 2 triliun rupiah, menjadi 42,72 triliun rupiah. Alhasil, pos belanja subsidi
menjadi pos pengeluaran yang terbesar yakni 273,155 triliun rupiah. Kenaikan belanja pemerintah Indonesia setiap tahunnya juga disebabkan
oleh perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Teori pengeluaran negara Musgrave dan Rostow lebih menekankan pada proporsi belanja suatu negara
dalam memandang perkembangan ekonomi. Tahap perkembangan ekonomi lebih dinilai dari pertanyaan apa saja sektor yang dijadikan prioritas oleh pemerintah
dalam menetapkan kebijakan belanja pemerintah. Dari hal tersebut akan terlihat jelas perbedaan arah pembangunan suatu negara. Negara pada tahap awal
perkembangan, karena masih minim infrastruktur, tentu akan lebih menekankan anggaran negara untuk investasi modal yang lebih bersifat starting development,
seperti pembangunan gedung perkantoran daerah, gedung pendidikan, pasar, jalan umum, maupun gedung pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, masyarakat masih
bergantung pada peran sentral pemerintah dalam segala kegiatan pemenuhan kebutuhan, peran swasta masih belum begitu dirasakan. Hal ini dapa
menunjukkan sektor swasta masih memulai investasi atau sudah relatif lama berdiri namun belum berkembang sehingga belum dominan dalam sistem
perekonomian. Menurut teori ekonomi dijelaskan oleh Musgrave dan Rostow pada tahap
lanjut ekonomi, pengeluaran negara lebih bersifat meningkatkan mutu layanan dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, pemanfaatan teknologi mutakhir dalam
pelayanan kesehatan. Bisa juga dengan meningkatkan standar pendidikan menuju ruang lingkup yang lebih luas, seperti Sekolah Bertaraf Internasional. Muncul
juga kebutuhan baru akan adanya program perawatan lingkungan maupun penyediaan sarana rekreasi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah
tidak lagi memfokuskan anggaran untuk pembangunan gedung dan pengadaan prasarana melainkan bersifat memperbaharui dan memelihara fasilitas pemerintah
tersebut. Indonesia memiliki wilayah negara yang amat luas. Tidak mudah
mengklasifikasikan Indonesia termasuk negara dalam tahap awal perkembangan ekonomi, tahap menengah, atau tahap lanjut pembangunan ekonomi. Ini
disebabkan adanya perbedaan kemajuan pembangunan yang cukup signifikan di masing-masing wilayah. Ini juga menyangkut tingkat kemajuan pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat. Tabel 1.2 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi, 2005-2009 Miliar Rupiah
FUNGSI 2005
2006 2007
2008 2009
LKPP LKPP
LKPP APBN
APBN Pelayanan Umum
255.603,2 283.343
316.078,7 518.241,5
494.766,2 Pertahanan
21.562,2 24.426,1
30.685,9 10.489,7
12.278,6 Ketertiban
dan keamanan
15.617,3 23.743,1
28.315,9 12.306,8
14.451,3 Ekonomi
23.504,0 38.295,6
42.221,9 57.239,0
56.852,6 Lingkungan Hidup
1.333,9 2.664,5
4.952,6 6.353,1
7.035,1 Perumahan
dan Fasilitas Umum
4.216,5 5.457,2
9.134,6 12.993,4
18.135,0 Kesehatan
5.836,9 12.189,7
16.004,5 15.985,6
17.301,9 Pariwisata
dan Budaya
588,6 905,4
1.851,2 1.393,2
1.489,7 Agama
1.312,3 1.411,2
1.884,2 791,1
830,3 Pendidikan
29.307,9 45.303,9
50.843,3 57.960,2
89.918,1 Perlindungan
Sosial 2.272,5
2.292,2 2.650,4
3.317,3 3.317,5
Jumlah 361.155,2
440.032,1 504.623,3 697.071,0
716.376,3 Sumber data: BI, Laporan Tahunan Indonesia
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa total belanja pemerintah pusat setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tabel Belanja Pemerintah Pusat Menurut
Fungsi memberikan gambaran yang cukup jelas dalam menilai preferensi pemerintah dalam mengalokasikan anggaran negara. Pada tahun 2009, fungsi
pemerintah dengan alokasi dana terbesar antara lain pelayanan umum, pendidikan,
ekonomi, perumahan dan fasilitas umum, dan kesehatan. Terjadi pergeseran prioritas alokasi dana yang cukup signifikan pada peralihan tahun 2007-2008.
Alokasi dana terhadap fungsi pertahanan dan ketertiban berkurang secara signifikan pada tahun 2008 bila dibandingkan dengan tahun 2007.
1.2 Perumusan Masalah