46
bisa mencicil minimal tiga kali dalam setahun. Aturan tersebut membuka peluang usaha yang perputaran uangnya lambat atau didapat setelah panen.
Para pelaku program belum melaksanakan pemberdayaan sampai ke arah yang seharusnya sesuai dengan tahapan pemberdayaan. Kondisi ini diperparah
lagi oleh adanya penekanan persyaratan yang cukup memberatkan bagi RTM yang dilaksanakan tahun 2011 dan akan lebih menutup kemungkinan bagi RTM
untuk meminjam. Syarat tersebut adalah barang agunan anggota ke kelompoknya yang bisa diuangkan di kemudian hari, meskipun tidak menyerahkan surat-
menyuratnya. Adanya syarat tersebut sungguh membuat orang miskin perdesaan semakin takut untuk meminjam. Apalagi sudah ada contoh di lapangan ada
anggota kelompok SPP yang tidak bisa melunasi pembayaran kredit harus menggadaikan tanah yang dimiliki untuk pelunasan utangnya ke UPK.
B. Profil Responden
1. Karakteristik responden
Pemanfaat dana merata pada kelompok usia dari 30 – 53 tahun. Ini berarti
perempuan di bawah usia 30 tahun belum tergarap, padahal banyak pada usia tersebut yang sudah menikah dan memerlukan pembinaan ekonomi rumah tangga.
Dari sisi pendidikan, penyebaran pemanfaat dana terlihat wajar sesuai dengan komposisi penduduk yang mayoritas berpendidikan dasar. Lama usaha pemanfaat
dana SPP 80 sudah berjalan sebelum mendapatkan pinjaman dana SPP sehingga bisa diartikan pinjaman SPP diberikan kepada usaha yang sudah berjalan, bukan
dimanfaatkan RTM yang tidak punya usaha selain bertani. Apalagi ini juga didukung oleh pengalaman usaha yang mereka miliki. Usaha baru yang diciptakan
anggota kelompok SPP setelah mendapatkan bantuan pinjaman dana SPP sebanyak 20 kelompok lama berusaha lebih dari dua sampai dengan tiga
tahun. Kelancaran pengembalian pinjaman menjadi hal yang biasa karena pinjaman diberikan kepada usaha yang sudah lama berjalan, ditambah lagi
kewajiban tanggung renteng di setiap kelompok yang berjalan efektif. Lokasi dan status tempat usaha mayoritas di luar lokasi pasar dengan usaha tetap-milik
sendiri. Adapun karakteristik anggota kelompok SPP perguliran Kecamatan Semparuk 2010 secara terinci sebagaimana Tabel 7.
47
Tabel 7. Karakteristik responden anggota kelompok SPP
Keterangan Kategori
Jumlah org Persentase
Usia tahun 24-29
30-35 36-41
42-47 48-53
3 11
14 11
11 6,00
22,00 28,00
22,00 22,00
Pendidikan SDMI
SMTP SMTA
DiplomaS1 21
9 17
3 42,00
18,00 34,00
6,00 Bidang usaha
Jasa Perdagangan
Peternakan Industri
Hortikultura 10
32 1
6 1
20,00 64,00
2,00 12,00
2,00 Lama berusaha
tahun Lebih dari 2 sd 3
4 sd 5 Lebih dari 5
10 3
37 20,00
6,00 74,00
Lokasi usaha Lokasi pasar
Luar lokasi pasar Rumahdekat rumah
7 23
20 14,00
46,00 40,00
Status tempat usaha
Tetap, milik sendiri Tetap, sewa
Tidak tetap 42
5 3
84,00 10,00
6,00 Pengalaman usaha
Memiliki pengalaman usaha Tidak memiliki pengalaman usaha
34 16
68,00 32,00
Pada semua rentang kredit didominasi oleh peminjam yang mengusahakan dana pinjamannya untuk usaha perdagangan. Urutan kedua terbesar peminjamnya
dari usaha jasa. Dari kedua usaha tersebut dimengerti memiliki perputaran uang yang cepat sehingga peminjam bisa mengembalikan pinjaman dengan tepat
waktu. Hal ini didukung pula oleh usaha yang mereka jalankan sudah lama sehingga mereka mengetahui kemampuan membayar mereka. Kekuatan UPK di
sini adalah pembayaran yang lancar dari kelompok SPP dan pelaksanaan tanggung renteng yang efektif.
2. Besaran kredit pada masing-masing bidang usaha
Besaran kredit yang didapatkan anggota kelompok berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kemampuan membayar. Berdasarkan Gambar 6, besaran kredit
mayoritas pada rentang 8-13 juta pada bidang perdagangan dan jasa. Dilihat dari bidang usahanya, baik industri, peternakan dan budidaya hortikultura masih
berpeluang untuk dibiayai. Besaran kredit pada masing-masing bidang usaha seperti terlihat pada Gambar 6.
48
Gambar 6. Besaran kredit pada bidang-bidang usaha anggota 3.
Manfaat peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga Anggota kelompok SPP yang sudah memanfaatkan dana SPP mendapatkan
peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatannya mayoritas 70 pada rentang Rp
. 250.000
– Rp 1.350.000 per bulan. Secara umum, Gambar 7 menunjukkan setiap besaran pinjaman meningkatkan pendapatan mayoritas pada
rentang 2-7 juta dan 8-13 juta.
Gambar 7. Peningkatan pendapatan anggota Peningkatan pendapatan juga tidak selalu berbanding lurus dengan
besarnya pinjaman. Kinerja pinjaman dengan kisaran 2-7 juta bisa meningkatkan
-5 5
10 15
20 25
30 35
40 45
2-7 8-13
14-19 20-25
26-31 32-37
38-43
Ang g
o ta
k elo
m po
k
Besaran kredit juta rupiah
Jasa Perdagangan
Peternakan Industri
Hortikultura Jumlah
5 10
15 20
25 30
35 40
45
2-7 8-13
14-19 20-25
26-31 32-37
38-43
Ang g
o ta
k elo
m po
k
Besaran kredit juta rupiah
250-1350 1400-2549
2550-3699 3700-4849
4850-6000 Jumlah
Bidang usaha
Peningkatan pendapatan
ribu Rpbulan
49
rata-rata pendapatan paling tinggi yaitu 20, sedangkan pinjaman terbesar yaitu 38-43 juta hanya mampu meningkatkan rata-rata pendapatan sebesar 10. Lebih
lengkapnya tersaji pada Gambar 8. Peningkatan pendapatan yang lebih tinggi pada plafon kredit lebih kecil
disebabkan karena usaha yang dijalankan para peminjam kredit yang jumlahnya kecil memiliki perputaran yang lebih cepat dengan margin yang lebih tinggi.
Untuk pinjaman di atas rentang 13 juta, walaupun marginnya juga besar akan tetapi perputarannya lebih lambat. Pihak pemberi pinjaman tidak melakukan
pemantauan dan pendampingan penggunaan dana secara rinci sehingga dimungkinkan banyak perempuan menggunakan dananya untuk pengeluaran lain,
baik untuk konsumsi, biaya sekolah anak, dan yang lainnya selain tetap pula menggunakannya untuk menambah modal usaha.
Gambar 8. Kenaikan rata-rata pendapatan anggota Keadaan kinerja kredit seperti tersebut di atas yang tanpa pendampingan
pengelolaan usaha bisa diperbaiki dan terus ditingkatkan dengan melakukan pendampingan usaha anggota kelompok SPP sehingga diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan lebih besar dari sebelumnya yang tidak mendapatkan keterampilan dalam pengelolaanmanajemen usaha. Di sisi lain, UPK bisa
meningkatkan pemberian skim pinjaman kredit dengan plafon kecil dengan jumlah peminjam yang lebih banyak agar dapat membantu meningkatkan
pendapatan lebih banyak masyarakat.
2-7, 20.00
8-13, 12.00 14-19, 16.00
20-25, 19.00
26-31, 10.00 32-37, 19.00
38-43, 10.00
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
Besaran kredit juta rupiah Ra
ta -ra
ta penin
g k
a ta
n pend
a pa
ta n
Grafik rata-rata peningkatan pendapatan
50
4. Persaingan dengan lembaga keuangan lain
Sebagian kecil pemanfaat dana SPP 22 pernah mendapatkan pembiayaan dari bank dan koperasi. Mereka mayoritas 78 tidak pernah
mendapatkan bantuan permodalan dari lembaga manapun sebelumnya. Alasan memilih meminjam dana SPP adalah karena di UPK tidak menggunakan agunan
dan persyaratannya bisa dipenuhi. Dari data di atas, bisa diartikan bahwa meskipun di pedesaan, lembaga
keuangan bank dan bukan bank juga memiliki pasar kredit. Lembaga itu merupakan pesaing bagi UPK dalam pinjaman untuk usaha mikro dan kecil. Bank
yang menjadi ancaman bagi bisnis di bidang pembiayaan mikro microfinance
antara lain: Bank Rakyat Indonesia BRI dan Bank Pembangunan Daerah BPD yang berkantor unit dengan jarak 150 m dengan kantor UPK. Sedangkan lembaga
keuangan non-bank menjadi pesaing adalah koperasi dan Credit Union CU. CU
sudah beroperasi di kecamatan yang bersebelahan dengan Kecamatan Semparuk. Ini akan menjadi sebuah ancaman bagi UPK jika masih diterapkannya kebijakan
yang memperlambat proses pencairan kredit. Hal ini bertolak belakang dengan kebijakan kredit di CU yang proses pencairannya lebih cepat dengan tingkat suku
bunga yang bersaing, termasuk bunga yang lebih kompetitif bagi tabungan nasabahnya dibandingkan bank.
Ada sebagian anggota pemanfaat dana SPP yang juga meminjam kepada “koperasi” dengan bunga pinjaman 20 perbulan. Cicilan yang mereka bayarkan
dilakukan setiap hari. Rentenir yang berkedok koperasi ini ternyata juga terjadi pada kredit barang-barang kebutuhan rumah tangga. Meskipun suku bunganya
sangat tinggi, akan tetapi masih banyak orang yang menggunakan jasa tersebut. Hal ini bisa menjadi peluang bagi UPK untuk bisa membuat masyarakat tertarik
untuk meminjam kepada UPK dengan produk yang khusus dirancang untuk segmen-segmen yang berbeda.
5. Perubahan paradigma berpikir
Bagi sebagian besar 96 pemanfaat dana SPP, besar angsuran tidak memberatkan. Latar belakang anggota kelompok SPP yang banyak berasal dari
kelompok arisanpengajian, mayoritas 80 memiliki tabungan, sehingga rutin
51
menabung di kelompok saat kegiatan SPP diikutinya tanpa merasa terbebani. Mayoritas juga terus menabung di kelompok meskipun sudah tidak memiliki
kewajiban pengembalian pinjaman. Dengan adanya kegiatan SPP, pemanfaat dana terbiasa membuat perencanaan keuangan keluarga dan merasa terbantu dalam
memajukan usahanya. Hal ini didukung pula dengan pelayanan yang memuaskan dari UPK, mereka berharap agar kegiatan SPP terus digalakkan. Secara rinci,
perubahan paradigma berpikir anggota SPP ini tertera pada Tabel 8. Tabel 8. Paradigma berpikir anggota
No Keterangan
Ya Tidak 1
Besar angsuran ke UPK memberatkan 4,00
96,00 2
Memiliki tabungan sebelum menjadi anggota 80,00
20,00 3
Rutin menabung setiap bulan di kelompok 92,00
8,00 4
Terbebani dengan kewajiban menabung pada kelompok SPP
10,00 90,00
5 Akan terus menabung walaupun sudah tidak
memiliki kewajiban dalam kelompok SPP 56,00
44,00 6
Membuat perencanaan anggaran keuangan keluarga setelah menjadi anggota kelompok SPP
100,00 0,00
7 Kegiatan SPP menunjang peningkatankemajuan
usaha secara keseluruhan 100,00
0,00 8
Pelayanan UPK memuaskan 84,00
16,00 9
Kegiatan SPP harus terus digalakkan 100,00
0,00 Besar angsuran kepada UPK bagi anggota kelompok tidak memberatkan.
Hal ini cukup beralasan, karena selain dari usaha yang dijalankan sudah lama, umumnya pemanfaat dana ini juga telah memperhitungkan kemampuan
membayar mereka sehingga bisa melakukan pembayaran tepat waktu. Besaran kredit yang mereka dapatkan disesuaikan dengan jangka waktu pembayaran 12
atau 18 bulan, sehingga cicilan tiap bulan bisa mereka lakukan dengan baik. Apalagi, adanya sistem tanggung renteng di kelompok dan dana cadangan yang
disimpan di pengurus kelompok sangat membantu anggota dalam mengantisipasi jika mereka tidak bisa membayar tepat waktu.
Umumnya anggota sudah biasa menabung sebelum bergabung di kelompok SPP. Setelah bergabung, mereka diwajibkan untuk menabung di kelompoknya,
baik berupa simpanan pokok, wajib, maupun pembulatan angsuran dan penambahan persentase bunga pinjaman yang diakumulasikan di kelompok.
Mayoritas rutin menabung di kelompok, selebihnya tidak lagi menabung di
52
kelompok karena di kelompoknya sudah tidak ada lagi kesepakatan untuk menabung di kelompok. Kisaran tabungan anggota kelompok mulai Rp 22.000
– Rp 1.200.000 per bulan. Kewajiban menabung di kelompok menurut mereka tidak
memberatkan. Kelemahan dari kelompok SPP dalam menabung adalah tidak lagi menabung jika tidak lagi memiliki kewajiban membayar cicilan 44. Ditambah
lagi kenyataan adanya pengembalian terhadap simpanan mereka di kelompok, termasuk pembagian bunga dan insentifbonus dari UPK setiap akhir masa
pembayaran kredit. Realita kelompok seperti ini akan membuat kelompok SPP tidak bisa berkembang, sehingga UPK dan pelaku lainnya harus melakukan
pembinaan yang lebih baik terhadap kelompok SPP agar kelompok bisa menjadi Koperasi Simpan Pinjam.
Stagnannya tabungan tahunan kelompok bisa menjadi ancaman yang menjadikan kelompok SPP tergantung terhadap pinjaman dana dari UPK.
Sebaliknya, sebagian anggota dan banyak masyarakat di luar kelompok SPP teridentifikasi memiliki tabungan yang disimpan kepada dua orang ketua
kelompok SPP di desa yang berbeda. Banyak masyarakat RTM yang belum bergabung ke kelompok, padahal mereka seharusnya menjadi sasaran utama
termasuk dalam budaya menabung. Perlu upaya membangun budaya menabung kelompok RTM, supaya bisa memutus rantai kemiskinan dari sisi permodalan.
Budaya ini berhubungan langsung dengan perencanaan keuangan rumah tangga. Dengan tumbuhnya budaya menabung serta kesadaran dan kemampuan dalam
perencanaan keuangan yang lebih baik, diharapkan RTM mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk kesejahteraan dan kemandirian keluarganya.
Kegiatan SPP yang mereka jalankan menjadikan mereka membuat perencanaan keuangan keluarga. Dilihat secara spesifik, sesungguhnya meskipun
mereka melakukan perencanaan keuangan keluarga ataupun juga keuangan usaha, anggota SPP belum melakukan perencanaan dalam bentuk tertulis. Dilihat dari
kondisi tersebut, maka perlu melakukan bimbingan dalam perencanaan keuangan yang lebih baik dalam keuangan keluarga maupun keuangan usaha.
Kegiatan SPP menunjang peningkatan kemajuan usaha mereka secara keseluruhan. Pernyataan tersebut didasarkan atas mudahnya mendapatkan
pinjaman dana dari UPK. Dari hasil wawancara yang mendalam, pemanfaat dana
53
menyatakan mereka sangat terbantu dengan adanya tambahan modal yang didapat dari UPK. Mereka mengalami kesulitan jika harus meminjam kepada pihak bank
ataupun lembaga keuangan lain karena biasanya akan selalu disertai dengan adanya persyaratan agunan dan syarat-syarat lain yang memberatkan.
Pelayanan UPK di kantor bagi sebagian besar anggota dirasa memuaskan. Sebagian responden menyatakan tidak memuaskan 16 karena ada di antara
pengurus UPK yang melayani dalam pembayaran cicilan kredit tidak ramah, tidak tersenyum kepada mereka dengan muka yang sedikit masam. Sebagian kecil
menyatakan biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa dari pelayanannya. Sebagian besar yang merasa puas atas pelayanan pengurus UPK menyebutkan
nama salah satu dari pengurus UPK karena begitu akrab kepada mereka. Apalagi nama tersebut adalah personil yang dari awal program sudah dekat dengan mereka
dan selalu bersilaturahim ke rumah pengurus maupun sebagian anggota kelompok. Selain itu, UPK juga selalu siap dihubungi di setiap waktu, siang
maupun malam baik di kantor maupun di rumah pengurus. Pemanfaat mengakui besarnya manfaat dana SPP bagi usaha mereka dalam
meningkatkan pendapatan sehingga mereka tetap menginginkan kegiatan SPP terus digalakkan. Mereka tetap ingin bisa meminjam dana SPP untuk lebih
memperbesar skala usaha mereka. Selain untuk meningkatkan modal, konsumsi, pendidikan dan perbaikan atau membangun rumah yang lebih layak, sebagian
pemanfaat dana SPP juga menggunakan keuntungan usahanya untuk diversifikasi usaha dengan diinvestasikan ke bisnis lain yang lebih menjanjikan keuntungan.
6. Persepsi terhadap pinjaman dana SPP
Anggota kelompok SPP mau meminjam karena tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan kredit UPK 86, persyaratan pengajuannya ringan 100,
prosesnya mudah 56, walaupun sebagian besar 36 mengakui bahwa proses pencairan kreditnya lama. Pinjaman dana SPP dimanfaatkan untuk meningkatkan
usaha 70 sehingga omset dan keuntungannya meningkat dari sebelumnya 100. Tujuan utama menabung di kelompok adalah sebagai cadangan untuk
membayar angsuran jika belum ada uang untuk mencicil 64. Persepsi responden secara rinci tersaji pada Tabel 9.
54
Tabel 9. Persepsi terhadap pinjaman dana SPP
Keterangan Pilihan jawaban
Jumlah org
Persentase Sulit mendapatkan kredit
Ya 7
14,00 Tidak
43 86,00
Persyaratan pengajuan kredit Ringan
Sedang Berat
50 100,00
0,00 0,00
Proses mengajukan kredit Mudah
Sedang Lama
28 22
56,00 44,00
0,00 Realisasi pencairan kredit
dana perguliran Cepat
Sedang Lama
17 15
18 34,00
30,00 36,00
Alasan mengajukan pinjaman Ingin mendapatkan modal
Ingin meningkatkan usaha Hanya sekedar ikut-ikutan
10 37
3 20,00
74,00 6,00
Omset usaha dan keuntungan setelah mendapat pinjaman
Meningkat dari sebelumnya Sama dg sebelumnya
Turun dari sebelumnya 50
100,00 0,00
0,00 Alasantujuan menabung di
kelompok Cadangan membayar angsuran
Biaya pendidikan anak Memenuhi kebutuhan darurat
Lainnya dipinjamkan lagi 32
1 6
11 64,00
2,00 12,00
22,00
Proses pengajuan, persyaratan, dan mendapatkan kredit dari UPK mudah bagi kelompok. Pernyataan itu didasarkan atas tidak diperlukan banyak
persyaratan selain persyaratan kelompok. Syarat dari peminjam berupa fotokopi KTP, KK, dan pas foto. Selain itu hanya mengisi formulir yang ditetapkan
program. Syaratnya tidak menyertakan agunan karena menggunakan sistem tanggung renteng dan tidak ada biaya administrasi, tidak memerlukan syarat-
syarat layaknya pengajuan ke bank seperti Surat Izin Usaha Perdagangan, Surat Izin Tempat UsahaIzin Gangguan, Bukti Setoran Pajak dan sebagainya. Dalam
proses pengajuan pinjaman, anggota yang tergabung di kelompok cukup membuat perkiraan jumlah pinjaman di rapat dusun. Setelah itu dibawa di rapat desa
MKPMDP, penyusunan proposal kredit yang dibantu KPMD diajukan di MAD Prioritas Usulan. Setelah itu verifikasi usulan, penentuan peringkat usulan di
MAD Penetapan Usulan dan tinggal menunggu pencairan dana. Dalam prosesnya tidak dikenakan biaya administrasi.
Proses realisasi kredit yang lama disebabkan adanya penundaan pencairan sampai terselesaikannya pembayaran dari kelompok lain dari desa yang sama.
Selain itu, proses verifikasi yang tidak direncanakan dengan baik selama ini juga
55
memperlambat proses terutama untuk kelompok perguliran. Verifikasi untuk kelompok perguliran perlu lebih teliti dan terencana dengan baik. TV yang selama
ini selalu berubah-ubah personilnya perlu dikaji lagi walaupun tugasnya bersifat ad-hock. Pinjaman dengan jumlah besar dengan jangka waktu yang lebih lama
perlu verifikasi yang lebih teliti sebagaimana untuk kelompok perguliran. Selain itu juga bisa mencegah penyalahgunaan dana SPP oleh kelompok ataupun
anggotanya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, perlu ditangani oleh orang-orang yang benar-benar memahami konsepsi program yang lebih menyeluruh agar
hasilnya lebih baik. Jadi peran TV perlu dimaksimalkan dalam proses verifikasi. Alasan mengajukan pinjaman mayoritas untuk meningkatkan usaha mereka
74, ingin mendapatkan modal untuk membuka usaha 20, dan ada pula yang sekedar ikut-ikutan 6. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan SPP baru
mampu membuka lapangan kerja baru sebesar 20, sedangkan alasan ikut-ikutan menunjukkan belum adanya pengarahan dan verifikasi usulan yang baik sehingga
ada peminjam memanfaatkan dana dengan tujuan yang tidak jelas. Meningkatkan omset dan keuntungan usaha pemanfaat dana SPP karena
memang alasan meminjam adalah karena kekurangan modal, sehingga setelah mendapatkan pinjaman mereka bisa memanfaatkan dana untuk meningkatkan
usaha yang sudah berjalan lama. Pemanfaat merasakan dampak positif dari adanya pinjaman dana SPP.
Mayoritas anggota kelompok menabung di kelompok sebagai cadangan untuk membayar angsuran ketika pada saat jadwal pembayaran kredit belum
memiliki uang untuk mencicil. Sebagian lagi 22 untuk dijadikan modal kelompok sebagai dana untuk dipinjamkan lagi kepada anggota yang ingin
meminjam atau kepada masyarakat selain anggota kelompok. Dalam jangka panjang, tujuan program di antaranya adalah agar kelompok tersebut bisa menjadi
penyedia jasa simpan pinjam untuk masyarakat sekitarnya seperti alasan ini. Cikal bakal kelompok yang menjalankan pembiayaan lagi kepada masyarakat ada dua,
satu kelompok di Desa Sepadu dan satu kelompok di Desa Semparuk. Kelompok ini tergolong kelompok matang dan berpotensi untuk menjadi kelompok
executing jika syarat-syaratnya sudah terpenuhi. Akan tetapi, mayoritas tabungan yang
disimpan di kelompok masih diambil kembali oleh anggota di akhir tahun
56
pembayaran kredit sehingga tabungan ini tidak berkembang. Seharusnya, tabungan berupa simpanan wajib dan pokok tidak boleh ditarik kembali oleh
anggota jika masih menjadi anggota kelompok SPP, sedangkan tabungan lainnya termasuk bonus dan insentif bagi kelompok boleh dibagikan. Kebutuhan jangka
panjang tabungan belum menjadi pilihan anggota yang terlihat dari alasan menabung untuk memenuhi kebutuhan darurat dan biaya pendidikan anak yang
sangat rendah persentasenya 12 dan 2. Secara singkat, keadaan seperti itu bisa dikatakan bahwa tabungan tidak berkembang di kelompok SPP.
7. Kondisi fasilitasi kelompok SPP
Diakui responden, bahwa FKFTUPKPL 36 memfasilitasi pembuatan ADART, tetapi tidak memfasilitasi pembuatan SOP 100. Sebagian besar
anggota mengakui sudah difasilitasi dalam penguatan administrasi dan pelaporan keuangan kelompok 92, peningkatan simpanan 100, peningkatan kapasitas
pengurus dan anggota kelompok 96 dan bantuan dalam penguatan pengelolaan keuangan, berupa administrasi dan pelaporan keuangan 100. Sebaliknya,
anggota kelompok SPP mengakui bahwa belum difasilitasi dalam peningkatan permodalan dengan pengembangan jaringan 100. Secara rinci bisa dilihat pada
Tabel 10. Tabel 10. Kondisi fasilitasi pelaku program kepada kelompok
No Keterangan
Ya Tidak
1 Pembuatan ADART
36,00 64,00
2 Pembuatan SOP
0,00 100,00
3 Penguatan administrasi dan pelaporan keuangan
92,00 8,00
4 Peningkatan permodalan dengan pengembangan jaringan
0,00 100,00
5 Peningkatan simpanan anggota
100,00 0,00
6 Peningkatan kapasitas pengurus dan anggota
96,00 4,00
Tabel 10 menunjukkan bahwa fasilitasi kepada kelompok baru sekedar untuk pengamanan modal UPK agar kelompok bisa membayar pinjaman dengan
lancar. Upaya pembinaan kelompok diarahkan pada peningkatan kapasitas pengurus dalam mengelola keuangan dan pelaporannya, mengatasi masalah
tunggakan dan penguatan administrasi. Upaya pematangan kelompok menuju organisasi yang rapi melalui pembuatan ADART tidak maksimal dan pembuatan
SOP belum dilakukan. Untuk perbaikannya, fasilitasi harus diperbaiki dengan membina kelompok berdasarkan tingkat kematangannya sehingga lebih terarah.
57
C. Pengelolaan Usaha