39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Kegiatan SPP Kecamatan Semparuk
Pelaksanaan program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM-MPd telah mempercepat kemajuan pembangunan Kabupaten
Sambas. Program ini mampu menggerakkan partisipasi pemerintah daerah dan pemberdayaan masyarakat selama sembilan tahun sejak tahun 2003.
1. Persyaratan pengajuan pinjaman
Unit Pengelola Kegiatan UPK adalah lembaga yang berfungsi dan bertanggung jawab sebagai pelaksana mandat Badan Kerjasama Antar Desa
BKAD. Kebijakan umum dalam pelaksanaan perguliran mengacu kepada konsep PNPM-MPd ditetapkan oleh BKAD. Bagi kelompok Simpan Pinjam
khusus Perempuan SPP yang ingin meminjam dana SPP, diberlakukan ketentuan antara lain: 1
. telah berdiri satu tahun atau melakukan kegiatan simpanan
minimal empat bulan, 2 anggotanya tidak mempunyai permasalahan perkreditan dengan pihak lain, 3
. telah mempunyai pengurus yang dipilih berdasarkan
musyawarah kelompok, 4 .
mempunyai kegiatan dan pertemuan rutin minimal satu bulan sekali, 5
. anggotanya minimal lima orang dan keberadaan kegiatan
kelompok diketahui atau diakui di masyarakat sekitar, 6 seluruh anggota dan peminjam adalah perempuan, 7 keberadaan kelompok harus diketahui oleh
pemerintah desa, 8 .
kesediaan kelompok untuk tanggung renteng, dan 9 adanya persetujuan pernyataan ahli waris dan pihak pemerintah desa BKAD Kec.
Semparuk, 2009. 2.
Pelaku program pemberdayaan masyarakat Pelaksanaan kegiatan SPP melibatkan banyak pelaku program. Di tingkat
kecamatan, ada BKAD, UPK, Badan Pemeriksa Unit Pengelola Kegiatan BP- UPK, dan Pendamping Lokal PL, sedangkan di tingkat desa ada Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa KPMD. Adapun struktur organisasi pelaku PNPM-MPd di Kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas Tahun 2011 dapat
dilihat pada Gambar 4. Jika dilihat dari sisi sasaran program kepada RTM, kegiatan SPP ikut
membantu masyarakat miskin dalam mengakses permodalankredit mikro secara
40
mudah dan murah. Meskipun demikian, UPK memahami bahwa sangat perlu dilakukan antisipasi oleh pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat agar bisa
memberikan badan hukum berupa legal lending bagi UPK sebelum PNPM-MPd
dihentikan pelaksanaannya di daerah ini pass-out. Ini dilakukan agar apa yang
dilaksanakan oleh UPK tidak bertentangan dengan aturan-aturan tentang pengelolaan dana masyarakat dalam operasionalnya.
Gambar 4. Struktur pelaku PNPM-MPd Kecamatan Semparuk 3.
Perkembangan kelompok pemanfaat dana Sejak pertama dilaksanakannya PNPM-MPd di Kecamatan Semparuk,
sudah terbentuk kelompok-kelompok yang dulunya mereka berasal dari kelompok pengajian, arisan, dan kelompok pemberdayaan kesejahteraan dan keluarga
PKK. Selama tiga tahun berjalan, sudah tumbuh secara signifikan kelompok- kelompok ekonomi yang beranggotakan perempuan di masyarakat. UPK
Kecamatan Semparuk di tahun pertama mengelola dana BLM program sebesar 2,5 milyar rupiah. Dana yang disalurkan untuk kegiatan SPP dimanfaatkan
peminjam sebanyak 20 kelompok 141 orang.
BADAN KERJASAMA ANTAR DESA B K A D
KETUA : H.SYAFARUDIN ASMAUN
SEKRETARIS : ARIANDI
BENDAHARA : TITIN SUPRIANI
ANGGOTA : 1. MULYADI
2. ANDI ANANG W.
UNIT PENGELOLA KEGIATAN U P K
KETUA : SUPARLI, S.Pd.
SEKRETARIS : NELLY S., A.Ma.
BENDAHARA : TITIN S., SKM
PENANGGUNGJAWAB OPERASIONAL
KEGIATAN PJOK: M. ARIEF
PENDAMPING LOKAL PL:
ARWAN
KPMD SEMPARUK:
1. EKAYANTI 2. GUSTRIADI
KPMD SEPINGGAN: 1. MARIANI
2. SU’UD KPMD SINGARAYA:
1. SUHARTIK 2. WAWAN S.,S.Sos.
KPMD SEPADU: 1. SATURA
2. EDI HERMANTO KPMD SEBURING:
1. MULYANI 2. MINHAT
BADAN PENGAWAS BP - UPK
KETUA : BADRIAH SEKRETARIS: HAJIAN
BENDAHARA:ERLAN
41
Pada tahun ketiga, dana SPP kelompok reguler disalurkan kepada kelompok reguler dengan peminjam sebanyak 17 kelompok 82 orang. Di tahun yang sama,
jumlah dana perguliran sebanyak .
1,536 milyar rupiah dengan jumlah peminjam sebanyak 27 kelompok 198 orang. Dari data tersebut, jelas terjadi perkembangan
jumlah kelompok SPP 120 dan anggota masyarakat yang bisa memanfaatkan dana SPP 196.
Berdasarkan penilaian UPK, sebanyak 18 kelompok tergolong kelompok pemula, 24 kelompok tergolong kelompok berkembang, dan sebanyak
dua kelompok tergolong kelompok siapmatang. Perkembangan kelompok SPP Kecamatan Semparuk secara rinci termasuk penambahan dan pengurangannya
tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan kelompok SPP Kecamatan Semparuk
Lokasi desa Jumlah kelompok yang dilayani
Pening- katan klp.
yang dilayani
Pertumbuhan jumlah
kelompok 2008
2009 20092010
20102011 Semparuk
8 8+12-1 =19
19+6-7=18 10
125,00 Singaraya
4 4+5-0 = 9
9+4-0=13 9
225,00 Sepinggan
3 3+3-0 = 6
6+1-3= 4 1
33,00 Seburing
3 3+1-0 = 4
4+3-1= 6 3
100,00 Sepadu
2 2+0-0 = 2
2+1-0= 3 1
50,00 TOTAL
20 20+21-1= 40 40+15-11= 44
24 120,00
Sumber: UPK Kecamatan Semparuk, 2011b.
Dari Tabel 5 terlihat adanya pengurangan jumlah kelompok yang meminjam cukup banyak di Desa Semparuk dan Sepinggan di tahun 2010 walaupun disertai
penambahan kelompok baru. Adanya kelompok yang bubar dan menyebabkan pindahnya anggota-anggotanya ke kelompok lain menunjukkan pembentukan
kelompok tidak matang. Disebabkan hanya karena ketua kelompokpengurus lainnya tidak meminjam, kelompok SPP tersebut tidak meminjam lagi dan
kelompok menjadi bubar. Hal ini disebabkan pendampingan yang masih kurang terhadap kelompok SPP selain faktor internal kelompok itu sendiri. Kelemahan
seperti ini jangan sampai menjadi ancaman hilangnya kelompok-kelompok lain di waktu yang akan datang yang sementara ini masih aktif.
4. Perguliran dana simpan pinjam
Dana yang dipinjamkan kepada kelompok SPP terdiri dari dua macam, yaitu dana reguler dan dana perguliran. Dana reguler adalah dana yang didapat dari
42
BLM untuk tahun berjalan, dan setelah pengembaliannya dana tersebut masuk menjadi dana perguliran untuk dipinjamkan kepada kelompok perguliran. Dana
perguliran menjadi dana abadi masyarakat. Perguliran dana SPP di Kecamatan Semparuk dari tahun 2009 sampai 2010 cukup baik, walaupun ada tunggakan
sebesar Rp 5.126.500 0,33 dari modal. Tabel berikut adalah perguliran dana SPP per 25 Mei 2011. Kondisi perguliran secara rinci tersaji pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Perguliran dana SPP per 25 Mei 2011
No. Nama Kelompok
Perguliran Jumlah
Pinjaman ribu rupiah
Realisasi Pinjaman
tglblnthn Real Pengembalian
Saldo Pinjaman
ribu rupiah Pokok
ribu rupiah Bunga
ribu rupiah 1
Pengajian Permata 100.000
13012011 33.336
5.000 66.664
2 BKMT
50.000 09032011
8.334 1.250
41.666 3
Annisa Singaraya 30.000
20012011 10.000
1.500 20.000
4 Nelayan
50.000 09022011
8.334 1.875
41.666 5
Permata Al Barkah 23.000
20012011 7.668
1.150 15.332
6 Permata Al Quba
100.000 09022011
25.002 3.750
74.998 7
Pertanian 80.000
20012011 26.668
4.000 53.332
8 Aster
45.000 11112010
22.500 3.375
22.500 9
Annisa Semparuk 85.000
11112010 42.504
6.375 42.496
10 Melati I
75.000 11112010
22.960 5.625
52.040 11
Mawar 100.000
13122010 27.780
6.250 72.220
12 Mawar III
50.000 13122010
13.890 3.125
36.110 13
Melati Harum 55.000
13122010 22.917
3.437,5 32.083
14 Mandiri
36.000 13122010
15.835 2.375
20.165 15
Mawar II 60.000
13122010 16.670
3.750 43.330
16 Kencana
41.000 13122010
11.390 2.562,5
29.610 17
Muslimah 65.000
13122010 18.057,5
4.062,5 46.942,5
18 Permata
36.000 12012011
8.000 1.800
28.000 19
Arisan Harian I 40.000
21022011 6.667
1.500 33.333
20 Nur Hikmah
125.000 25012011
41.668 6.250
83.332 21
Mekar Sari reschedule
9.462 09032011
4.138,5 -
5.323,5 22
Permata Mujahadah 21.000
09112010 10.500
1.575 10.500
23 Mawar Sepinggan
46.000 09112010
15.336 3.450
30.664 24
PKK Melati 40.000
08122010 16.670
2.500 23.330
25 Al Ihsan
48.000 08122010
20.000 3.000
28.000 26
Pokja I 85.000
08122010 35.420
5.312,5 49.580
27 Mawar Seburing
50.000 15122010
20.835 3.125
29.165 TOTAL
1.545.462 513.080
87.975 1.032.382
Sumber: UPK Kec. Semparuk, 2011b
Berdasarkan Tabel 6, dana perguliran yang sudah dibayarkan sejumlah Rp
. 513.080.000
33,16 dari pinjaman. Pengembalian pinjaman dana perguliran 2010 ada yang 12 bulan dan ada pula yang 18 bulan berdasarkan keinginan dari
kelompok yang bersangkutan dan lolos penilaian dari TV. Dengan demikian berarti pengembalian terlama adalah enam bulan angsuran. Berdasarkan laporan
keuangan UPK Semparuk, total dana perguliran dan reguler murni di luar bunga sampai tahun 2010 sejumlah Rp 1.493.400.000. Jumlah ini bertambah sebesar
43
Rp .
484.168.412.41 32,42 menjadi Rp .
1.977.568.412,41 dari jasabunga pinjaman sampai 25 Mei 2011.
Secara kinerja usaha, saat ini kegiatan SPP yang berjalan menunjukkan hasil cukup baik. Surplus ditahan yang didapatkan dari tahun pertama sampai akhir
tahun 2010 sejumlah Rp .
265.588.489,95, sedangkan surplus berjalan sampai Mei 2011 sejumlah Rp 107.379.172,46. Angka pengembalian pinjaman juga tinggi
yaitu 99,67. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pengembalian tingkat Provinsi Kalimantan Barat 91 dan nasional 94. Apalagi angka tunggakan
0,33 tersebut masih dalam masa penjadwalan ulang reschedule yang diyakini
bisa ditagih. Keuntungan yang didapat oleh UPK dari jasa pinjaman 1,50 perbulan tahun 2008-2009 dan 1,25 perbulan mulai tahun 2010 digunakan
untuk operasional UPK maksimal 75, dan dialokasikan hanya sebesar 60 juta rupiah di tahun 20102011, bantuan sosial masyarakat miskin dianggarkan
Rp .
32.241.250, dan untuk pengembangan kelembagaan dialokasikan dana sebesar Rp 18.959.500 UPK Kecamatan Semparuk, 2011b. Dari anggaran
pengeluaran tersebut masih lebih besar untuk penambahan modal. Dari perkembangan kelompok dan peningkatan laba usaha, dimungkinkan
aset UPK akan terus meningkat di masa yang akan datang jika dikelola dengan lebih baik lagi. Berkembang dan besarnya angka pengembalian kredit merupakan
akibat dari pelaksanaan tanggung renteng yang berjalan baik di kelompok dan kontrol yang kuat dari masyarakat luas.
5. Sumber informasi pertama dana SPP
Anggota kelompok SPP mayoritas 48 mendapatkan penjelasan langsung pada pertemuan-pertemuan PNPM-MPd dari FKFT dan PL. Selebihnya mereka
dapatkan dari pelaku program lainnya yaitu KPMD, TPK, UPK, BP-UPK, kelompok arisan, aparat desa, keluarga, dan lainnya temantetangga. Sumber
informasi pertama tentang adanya pinjaman dana SPP dari PNPM-MPd yang mereka dapatkan secara rinci sebagaimana terlihat pada Gambar 5.
Dari Gambar 5 bisa disimpulkan bahwa peran pertemuan yang diadakan PNPM-MPd efektif dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Begitu pula
dengan peran pelaku program dan kelompok arisan. Peluang untuk perluasan pasar adalah pemberian informasi kepada kelompok-kelompok pengajian dan
44
meningkatkan peran aparat desa dalam menginformasikan kegiatan SPP kepada masyarakat.
Gambar 5. Sumber informasi pertama dana SPP 6.
Sasaran Kegiatan SPP Kegiatan SPP bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan
pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum
perempuan serta mendorong pengurangan Rumah Tangga Miskin RTM dan penciptaan lapangan kerja. Dilihat dari pencapaian tujuan kegiatan SPP untuk
pengurangan RTM, maka tujuan ini tidak tercapai atau jika tercapai angkanya hanya kecil. Dari penerima manfaat dana SPP yang ada, terlihat hanya keluarga
yang rawan miskin saja atau keluarga mampu yang ikut terbantu dari mengikuti dan memanfaatkan dana kegiatan SPP.
Sebenarnya UPK merupakan lembaga kredit mikro yang potensial untuk dikembangkan dalam rangka pengurangan keluarga RTM. Berdasarkan data di
UPK Kecamatan Semparuk, 66,83 dari peminjam dana perguliran dan 85,98 peminjam dana reguler berasal dari RTM. Secara total peminjam dana SPP tahun
2010 yang berasal dari masyarakat miskin adalah 73,46 UPK Kecamatan Semparuk, 2010. Akan tetapi jika dilihat dari keadaan rumah tangga peminjam di
lapangan, mereka tidak tergolong kalangan termiskin di desanya. Fasilitasi PNPM-MPd yang dilaksanakan pelaku program pada RTM perlu
diperbaiki. Ini untuk memastikan efektif tidaknya sasaran penerima manfaat dana SPP. Secara umum, pada tataran implementasi di lapangan, dana SPP dipahami
48
4 14
2 20
4 8
Sumber informasi pertama dana SPP
Ikut pertemuan PNPM Aparat desa
Kelompok arisan Kelompok pengajian
KPMD, TPK, UPK, BP-UPK Keluarga
Lainnya
45
sebagai dana pinjaman bagi mereka diutamakan yang sudah memiliki usaha yang sudah berjalan untuk penambahan modal dan berasal dari RTM. Meskipun
demikian, kelompok SPP yang terbentuk memahami bahwa peminjam boleh saja berasal dari keluarga
non-RTM dan PNPM bukanlah program yang secara eksklusif hanya untuk kelompok miskin, yang penting dalam kelompok peminjam
tersebut harus tetap ada yang berasal dari RTM. Pemahaman tersebut membuat kegiatan SPP seperti lebih menekankan pada aspek kelancaran pengembalian
kredit dibandingkan aspek pemberdayaan. Atau dengan kata lain hanya mencari aman
safety dalam pengelolaan keuangan. Akibat dari pemahaman masyarakat dan sebagian pelaku tentang dana SPP
yang dijelaskan sebelumnya, program ini bias kepada di luar RTM. Bagi mereka, anggota kelompok inilah yang mempunyai potensi pengembalian kredit secara
lancar, bukan kelompok miskin atau termiskin. Berdasarkan observasi lapangan dari sisi sasaran penerima manfaat, SPP bukanlah program yang bertujuan untuk
menanggulangi kemiskinan, kecuali sedikit. Dari responden yang diwawancarai, hanya ada 20 saja yang membuka usaha baru dari dana yang mereka dapatkan
dari SPP. Apalagi secara total, mayoritas mereka yang memanfaatkan dana SPP tersebut bukan dari kelompok miskin dan termiskin di desanya meskipun dalam
proposal perguliran yang mereka ajukan, jumlah RTM-nya lebih banyak. Adanya perbedaan ini karena perbedaan penentuan kemiskinan menurut penulis yang
berdasarkan tafsir 14 kriteria kemiskinan BPS dengan pengakuan masyarakat pengusul dana SPP yang berdasarkan tafsir pribadi dan masyarakat-peminjam.
Aspek prioritas peminjaman bagi yang bisa lancar dalam pengembalian pinjaman berakibat pada banyaknya kelompok RTM yang tidak berani meminjam
atau bingung harus diusahakan untuk apa dana tersebut jika mereka meminjam. Banyak orang di desa yang tidak ingin bergabung ke dalam kelompok meskipun
diberi kesempatan untuk meminjam karena takut tidak bisa mengembalikan kredit yang diberikan pada mereka. Dalam hal ini, belum ada pemberdayaan yang
sungguh-sungguh untuk menyadarkan mereka akan potensi diri dan membaca peluang usaha yang bisa mereka jalankan. Apalagi sekarang sudah ada aturan
yang mempermudah pelaku usaha tani untuk bisa memanfaatkan dana SPP yaitu
46
bisa mencicil minimal tiga kali dalam setahun. Aturan tersebut membuka peluang usaha yang perputaran uangnya lambat atau didapat setelah panen.
Para pelaku program belum melaksanakan pemberdayaan sampai ke arah yang seharusnya sesuai dengan tahapan pemberdayaan. Kondisi ini diperparah
lagi oleh adanya penekanan persyaratan yang cukup memberatkan bagi RTM yang dilaksanakan tahun 2011 dan akan lebih menutup kemungkinan bagi RTM
untuk meminjam. Syarat tersebut adalah barang agunan anggota ke kelompoknya yang bisa diuangkan di kemudian hari, meskipun tidak menyerahkan surat-
menyuratnya. Adanya syarat tersebut sungguh membuat orang miskin perdesaan semakin takut untuk meminjam. Apalagi sudah ada contoh di lapangan ada
anggota kelompok SPP yang tidak bisa melunasi pembayaran kredit harus menggadaikan tanah yang dimiliki untuk pelunasan utangnya ke UPK.
B. Profil Responden