60
kurang baik di antara anggota kelompok dengan ketua. Bahkan ada indikasi untuk menguasai dana pinjaman anggotanya dengan memotong jumlah pinjaman
anggota kemudian dijadikan pinjaman untuk oknum ketua secara tidak sukarela. Ada juga anggota kelompok yang menghilangmelarikan diri dari desa dan tidak
tahu pergi ke mana sehingga pembayarannya tidak lancar dan terpaksa ditanggulangi dari pihak keluarga yang bersangkutan.
2. Saran anggota untuk UPK
Anggota kelompok berharap akan ada perbaikan dalam proses pencairan dana pada tahun berikutnya. Adanya kelompok yang terlambat dalam pelunasan
pembayaran pinjaman diharapkan tidak mengganggu pencairan dana kelompok lainnya. Kelompok yang memiliki rekam jejak
track record pengembalian pinjaman yang baik, diharapkan bisa mendapatkan prioritas dalam pencairan
dana, tidak lagi menunggu kelompok lain menyelesaikan tunggakannya. Sebagian besar anggota kelompok SPP berharap jasa pinjaman diturunkan dari 1,25
perbulan dan adanya tambahan jangka waktu pinjaman dari yang sebelumnya 12 bulan menjadi 18 bulan, terutama bagi peminjam yang sudah lama. Selain itu,
adanya persyaratan memasukkan jaminanagunan barang walaupun surat- menyuratnya tidak diserahkan juga memberatkan bagi mereka yang tidak
mempunyai apa-apa untuk diagunkan. Hal ini bisa menghalangi peminjam dari RTM untuk bisa memanfaatkan dana SPP. Diharapkan syarat agunan ke
kelompok bisa dihilangkan karena bisa menghalangi perempuan dari RTM untuk meminjam. Anggota kelompok juga berharap jika jadwal pengembalian pinjaman
diperlunak terutama jika tanggal jatuh tempo pada hari libur, maka mereka meminta untuk pembayarannya bisa dilakukan pada hari kerja berikutnya dan
tetap tidak dianggap terlambat. Karena hal ini bisa berpengaruh pada penilaian terhadap kelompoknya apakah berhak atau tidak untuk mendapatkan insentif.
E. Analisis Kelembagaan UPK Kecamatan Semparuk
Untuk menganalisis kegiatan SPP yang dimotori oleh UPK sebagai sebuah bentuk kelembagaan, yang diidentifikasi adalah faktor internal dan eksternal.
Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal
61
terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor internal dan eksternal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
1. Kekuatan strengths
a. Prosedur dan syarat pengajuan kredit mudah dan ringan
Proses pengajuan kredit yang dijalankan mudah bagi kelompok. Anggota yang tergabung di kelompok yang ingin meminjam cukup membuat perkiraan
jumlah pinjaman di rapat dusun. Setelah itu dibawa di rapat dusun, penyusunan proposal, diajukan di musyawarah kecamatan, verifikasi usulan, penentuan
peringkat usulan di MAD Penetapan Usulan dan tinggal menunggu pencairan dana. Dalam prosesnya tidak dikenakan biaya administrasi. Persyaratannya juga
mudah yaitu syarat berkelompok yang disertai fotokopi KTP, KK, dan pas foto. Selain itu hanya mengisi formulir yang ditetapkan program tanpa menyertakan
agunan. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden. b.
Ada pendampingan kepada kelompok Proses pemberdayaan yang panjang sejak sosialisasi kepada masyarakat
merupakan awal pendampingan bagi kelompok SPP untuk memahami kebutuhan mereka. Dalam membuat usulan pinjaman mereka didampingi. Setelah
mendapatkan pinjaman, kelompok SPP tetap mendapat pendampingan, baik dari administrasi dan laporan keuangan kelompok. Mereka mendapat bimbingan
mengenai penanganan masalah jika terjadi penunggakan anggota serta masalah- masalah lain yang mereka hadapi. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil
responden. c.
Pelaksanaan tanggung renteng berjalan baik Kesepakatan kelompok dalam tanggung renteng yang menjadi kekuatan
bagi UPK berjalan baik dalam pelaksanaan. Banyak anggota yang tidak bisa membayar tepat waktu bisa dibantu sesama anggota untuk menalangi
pengembalian kredit. Berjalannya tanggung renteng menjadikan pengembalian kredit lancar sehingga tunggakan bisa ditekan sekecil-kecilnya oleh UPK. Faktor
ini merupakan hasil kajian dari profil responden. d.
Musyawarah efektif memberikan informasi kepada masyarakat Musyawarah yang merupakan proses demokratisasi dalam program
termanfaatkan dengan baik dalam menginformasikan berbagai hal tentang
62
kegiatan SPP dan lainnya. Begitu pula dalam hal pengambilan berbagai keputusan yang melibatkan kaum perempuan bermanfaat banyak untuk perkembangan
kegiatan SPP. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden. e.
Bantuan dana SPP sangat bermanfaat bagi anggota Dana SPP yang dipinjamkan kepada pemanfaat program dirasakan sekali
manfaatnya. Peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga membantu masyarakat meningkatkan taraf hidup mereka dengan mudah dan mendidik.
Tumbuh pula kegiatan-kegiatan ekonomi baru bagi peminjam dana SPP yang menjadikan terbukanya lapangan kerja baru di masyarakat. Faktor ini merupakan
hasil kajian dari profil responden. f.
UPK memiliki SDM berkualitas Pengurus UPK sebagai pengelola kegiatan SPP di kecamatan yang
melakukan proses pemberdayaan ekonomi RTM memiliki pendidikan yang baik. Dua dari tiga pengurus UPK sudah menyandang gelar sarjana, sedangkan
sekretarisnya lulusan DII dan sedang menyelesaikan S1 di perguruan tinggi. Semua pengurus memiliki motivasi yang kuat dan berkomitmen untuk
memajukan kegiatan SPP dan pemberdayaan ekonomi di wilayah kerja mereka. Kondisi ini menjadi kekuatan lembaga untuk terus maju dalam proses peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan.
g. Kontrol yang kuat dari masyarakat luas
Untuk pengelolaan program, masyarakat dari bawah terus dilibatkan secara partisipatif, pemilihan UPK dan pelaku-pelaku lain secara demokrasi termasuk
besarnya bungajasa pinjaman dan penggunaan surplus UPK diserahkan kepada masyarakat kecamatan yang disesuaikan dengan aturan program yang memang
diarahkan untuk kelestarian program. Dengan keterlibatan masyarakat dalam penentuan jasa pinjaman, pemilihan pelaku, pelaksanaan, pengawasan, dan
pemeliharaan program termasuk dalam penyelesaian masalah menjadikan kegiatan SPP kuat dan mengakar di masyarakat. Mereka merasa memiliki dan
bertanggung jawab dalam program. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan.
63
h. Peran perempuan cukup dominan dalam pengelolaan usaha
Peran perempuan yang cukup dominan dalam pengelolaan usaha menjadi cerminan berjalannya prinsip keseteraan dan keadilan gender dalam kegiatan SPP.
Ini menjadi kekuatan bagi program karena merujuk penelitian Suman 2007, pengelolaan usaha oleh perempuan lebih mampu menghasilkan pendapatan
daripada pengelolaan oleh laki-laki. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.
i. Pemberlakuan reward and punishment
Ada pemberlakuan bagi kelompok SPP yang tepat waktu membayar akan mendapatkan
reward. Reward-nya bisa berupa penambahan pinjaman berikutnya, penghargaan kelompok, Bonus Pengembalian Tepat Waktu BPTW, dan bonus.
Selama ini yang sudah diberikan berupa BPTW yang besarnya 5 dari total bunga setahun yang didapatkan dari kelompok SPP dan penambahan jumlah
pinjaman sampai 100. Sebaliknya, untuk kelompok SPP yang terlambat dalam mengembalikan pinjaman akan mendapatkan
punishment berupa denda Rp 1.000 per hari keterlambatan dan jumlah pinjaman tetap jika tunggakan satu sampai
dengan dua kali atau dikurangi 25 dan foto peminjam ditempel di papan pengumuman di setiap desa jika tunggakan lebih dari dua kali. Adanya
ketentuan ini mendorong kelompok SPP untuk mengembalikan pinjaman tepat waktu. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan.
j. Pelayanan yang baik dari UPK
Pemanfaat dana SPP merasa puas atas pelayanan yang diberikan UPK di kantor. Ini menjadi kekuatan dan modal bagi kegiatan SPP untuk terus berjalan.
Pelayanan yang memuaskan akan membangun image yang baik bagi lembaga
sehingga diharapkan masyarakat akan tertarik untuk memanfaatkan dana SPP. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.
2. Kelemahan weaknesses
a. Pengendapan dana cukup lama dengan jumlah besar
Biasanya setelah pengembalian bulan ketiga atau bulan keenam dari pencairan yang lebih awal, dana sudah mulai mengendap di UPK dan hal ini
sudah terulang selama tiga tahun. Hal ini disebabkan karena dana UPK yang cukup besar dengan peminjam dan besar pinjaman anggota SPP yang masih
64
terbatas sehingga dana perguliran tidak selalu terserap habis tiap waktu. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia juga berkomentar yang sama. Faktor ini
merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan dari laporan keuangan UPK. b.
Proses pencairan relatif lama Pencairan dana SPP reguler harus menunggu MAD baik prioritas usulan
maupun penetapan usulan, setelah itu masih menunggu Surat Penetapan Camat SPC dan kesiapan dana dari BLM pusat. Ini memakan waktu berbulan-bulan.
Begitu juga dengan dana SPP perguliran walaupun relatif lebih cepat dari reguler yang juga menunggu MAD Perguliran dan SPC. Ditambah lagi jika
terjadi penunggakan pengembalian di desa yang sama juga menghambat anggota lain dalam pencairan pencairan dana semua kelompok SPP desa setempat ditunda
dahulu sampai masalah penunggakannya diselesaikan. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.
c. Pemberdayaan ekonomi RTM belum dijalankan
Sasaran SPP seharusnya diprioritaskan untuk keluargaRTM. Kenyataan di lapangan menunjukkan banyak pemanfaat dana SPP dari kalangan
non-RTM. Idealnya pemberdayaan ekonomi RTM-lah yang menjadi fokus dalam arti proses
pemberdayaan sesuai tahapan. Meskipun secara prestasi dari sisi laba usaha UPK maupun kelancaran pengembalian kredit dinilai berhasil, tetapi sesungguhnya
fokus program dan prinsip utama demi mencapai visi program belum berjalan sesuai dengan ruh program. Kelemahan ini memang menjadi sebuah realitas
PNPM-MPd yang juga terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia. Penulis menilai belum terpahamkannya paradigma yang benar tentang ruh pemberdayaan kepada
fasilitator, baik tingkat kecamatan, kabupaten, sampai provinsi, apalagi di tingkat desa. Pengalaman pelaku mengindikasikan adanya beban program banyaknya
kewajiban pembuatan laporan dan pencapaian target pelaksanaan alur program menjadikan proses pemberdayaan tidak mampu dilaksanakan secara ideal. Faktor
ini merupakan hasil kajian dari profil responden. d.
Simpanan anggota tidak berkembang Simpanan anggota yang ditabung setiap bulan ataupun setiap pekan bahkan
ada sebagian harian, termasuk simpanan wajib banyak dibagikan kembali kepada anggota kelompok jika angsuran sudah selesai dibayarkan kepada UPK.
65
Akibatnya setiap awal tahun berikutnya, kas kelompok menjadi mengecil kembali. Padahal diharapkan semakin lama semakin berkembang dan memajukan
kelompok menjadi mandiri, sehingga fungsi kelompok SPP menjadi executing
pengelola pinjaman, tidak lagi sekedar channelling penghubung. Faktor ini
merupakan hasil kajian dari profil responden. e.
Fasilitasi pengembangan usaha anggota masih lemah Fasilitasi kelompok yang berjalan saat ini baru sampai pada pendampingan
pelaporan keuangan, administrasi dan pembuatan ADART. Sedangkan fasilitasi dalam pengelolaan usaha anggota belum pernah dilaksanakan sehingga bisa
menjadi pemicu belum maksimalnya keuntungan usaha ataupun majunya usaha yang dijalankan oleh anggota SPP. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil
responden. f.
Tim verifikasi belum diperankan secara maksimal Tim verifikasi yang belum diperankan secara maksimal menyebabkan
penilaian kelayakan usaha anggota tidak optimal sehingga terjadi pemanfaatan dana yang tidak maksimal atau berlebihan sehingga keuntungan yang dihasilkan
masih kecil, atau kelebihan plafon yang mendorong penyalahgunaan dana pinjaman atau terjadi penunggakan pembayaran kredit. Faktor ini merupakan hasil
kajian dari profil responden. g.
Adanya syarat agunan memberatkan RTM Secara program tidak ada syarat agunan antara kelompok dengan UPK.
Akan tetapi dalam formulir pengajuan kredit dalam proposal dicantumkan syarat agunan yang menjadi kesepakatan anatar anggota kelompok. Jika orang miskin
tidak memiliki harta yang bisa diagunkan seharusnya bisa dicari jalan yang lebih bijak. Aturan seharusnya bisa membantu RTM untuk mengakses dana SPP demi
meningkatkan usaha atau membuka usaha baru untuk menaikkan taraf hidup atau kesejahteraannya. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden sasaran
kegiatan SPP. h.
UPK belum memiliki legal lending Payung hukum
legal lending untuk UPK belum disiapkan pemerintah. Apakah mereka akan menjadi seperti bank perkreditan rakyat, atau seperti pusat
koperasi kredit dan sebagainya di kemudian hari. Dalam jangka pendek selama
66
PNPM-MPd masih berjalan, kemungkinan tidak ada masalah dengan badanpayung hukum UPK, akan tetapi setelah
pass-out dari program mungkin bisa menjadi masalah. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan
UPK. 3.
Peluang opportunities a.
Pasar kredit masih luas di luar perdagangan dan jasa Keadaan mayoritas dana SPP yang terserap untuk usaha jasa dan
perdagangan memperlihatkan masih luasnya usaha yang bisa dipenetrasi. Apalagi di perdesaan usaha yang paling banyak digeluti masyarakat adalah pertanian, baik
tanaman pangan maupun non-pangan. Begitu pula masih banyak usaha peternakan
maupun perikanan yang bisa dibangun atau dikembangkan dengan memberikan bantuan modal dana SPP. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.
b. Banyak masyarakat miskin yang belum mengakses dana SPP
Banyaknya masyarakat miskin yang belum mengakses dana SPP dari UPK menjadi peluang pasar yang cukup luas. Apalagi dari data program sejak tahun
pertama, tingkat kemiskinan di Kecamatan Semparuk dinyatakan 20. Selain merupakan sasaran program, RTM juga pasar yang sangat potensial untuk terus
digarap demi mencapai visi program pemberdayaan. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden observasi.
c. Peluang kerjasama pengembangan jaringan
Hingga saat ini PNPM-MPd di Kecamatan Semparuk masih belum mengembangkan jaringan dalam pelatihan, pengembangan SDM, pengelolaan
usaha dari sisi produksi, promosi maupun penguatan permodalan. Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan pengembangan usaha, UPK bisa bekerjasama dengan
perbankan dan perguruan tinggi yang ada untuk memfasilitasi kelompok. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan UPK.
d. Perekonomian yang sulit mendorong untuk berwirausaha
Tingginya tingkat pengangguran dan maraknya pemutusan hubungan kerja, baik dari dalam maupun luar negeri membuat orang mencoba untuk berwirausaha
pada skala mikro atau industri-industri rumah tangga. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan.
67
e. Masih banyak masyarakat terjerat rentenir
Masyarakat masih banyak mencari sumber dana pembiayaan dari rentenir baik berkedok nama koperasi maupun kredit tetapi dengan bunga 20 atau lebih
per bulan. Kondisi ini membuka peluang bagi pengembangan kegiatan SPP di masyarakat. Peluang ini bisa diraih jika PNPM-MPd bisa menerapkan proses yang
lebih cepat dengan tetap menjaga prinsip-prinsip program yang ada. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan UPK dan observasi.
f. Kemajuan teknologi mempermudah pengelolaan keuangan
Teknologi yang terus berkembang bisa dimanfaatkan untuk membantu lembaga keuangan mikro LKM untuk membuat laporan administrasi maupun
keuangan, penyajian data dan informasi dalam sosialisasi program, maupun untuk kelancaran komunikasi dan transportasi. Faktor ini merupakan hasil kajian dari
pengambil kebijakan UPK. 4.
Ancaman threats a.
Persaingan dengan bank Terdapat beberapa pesaing bagi UPK dalam pinjaman dana mikro antara
lain Bank Rakyat Indonesia BRI dan Bank Pembangunan Daerah BPD yang memiliki segmen kepada usaha mikro dan sudah berjalan lama. Faktor ini
merupakan hasil kajian dari profil responden dan pengambil kebijakan. b.
Persaingan dengan lembaga keuangan non bank Lembaga keuangan yang cukup berkembang di daerah Kalimantan Barat
termasuk di Kabupaten Sambas adalah CU. Lembaga ini sudah beroperasi di kecamatan yang bersebelahan dengan Kecamatan Semparuk. Ini akan menjadi
sebuah ancaman bagi UPK jika masih diterapkannya berbagai kebijakan yang memperlambat proses pencairan kredit. Hal ini bertolak belakang dengan
kebijakan kredit di CU yang proses pencairannya lebih cepat dengan tingkat suku bunga yang bersaing. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden dan
pengambil kebijakan. c.
Perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang bersifat dinamis Kondisi sosial secara langsung memiliki dampak terhadap pelaksanaan
PNPM-MPd. Perubahan kondisi ekonomi memberikan pengaruh bagi kegiatan usaha yang mereka jalankan. Begitu juga dengan kebijakan politik yang selalu
68
berubah-ubah baik di daerah maupun pusat akan mempengaruhi kehidupan usaha melalui kebijakan-kebijakan politik terutama yang menyangkut bidang sosial
ekonomi. Program harus melakukan pendampingan, pendidikan dan pelatihan bagi anggota SPP dan masyarakat untuk memahami dan mengatasi persoalan ini
agar tetap bisa memajukan usaha mereka menuju kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden
dan pengambil kebijakan. d.
Ada kecenderungan ketergantungan terhadap dana SPP Simpanan kelompok yang tidak berkembang, lambatnya perkembangan ke
tingkat kematangan kelompok, kemampuan peningkatan pendapatan yang masih rendah dengan tetap meminjam dengan jumlah yang cenderung terus meningkat
dari kelompok SPP mengindikasikan akan adanya ancaman kelompok tergantung terhadap dana SPP. Jika kondisi yang ada sekarang tidak diperbaiki tidak mustahil
kemandirian masyarakat tidak tercapai karena mereka semakin tidak berdaya jika mereka ditinggalkan program. Faktor ini adalah hasil kajian dari profil responden.
e. Ancaman berkurangnya anggota kelompok pemanfaat
Realita banyaknya kelompok yang bubar dan anggota pindah ke kelompok lain menunjukkan kelompok tidak terbina dengan baik atau pondasi kelompok
yang rapuh. Akan tetapi sangat mungkin minimnya pemahaman yang benar tentang apa sebenarnya SPP yang diinginkan oleh program. Apalagi ada
keterbatasan waktu dari pelaku dengan adanya kesibukan di luar kegiatan SPP yaitu kegiatan pembangunan sarana prasarana dasar yang juga menguras energi.
Itu membuat proses pemberdayaan ekonomi tidak berjalan dengan baik. Jika kondisi ini tidak diperbaiki, maka ancaman semakin berkurangnya anggota
kelompok pemanfaat tidak mustahil terjadi. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.
F. Perumusan Strategi Perbaikan