59
barang, penggilingan padi dan warung sekaligus kios bensin yang langsung dikelola oleh perempuan murni dan dominasi, yaitu enam orang 54,54 sesuai
dengan amanah PNPM-MPd sebagai upaya pemberdayaan perempuan. Meskipun
belum maksimal, dalam usaha kecil juga dikelola oleh perempuan secara dominan, baik pengambilan keputusan maupun pelaksana teknis.
Tabel 13. Usaha anggota yang tergolong usaha kecil
No Usaha yang dijalankan
Jumlah orang
Jumlah pinjaman
juta rupiah Persentase
pengusaha Persentase
pinjaman 1
Jasa kredit barang 3
72 27,27
33,80 2
Penggilingan padi 2
70 18,18
32,86 3
Warung+kios bensin 2
15 18,18
7,05 4
Agen jeruk 2
18 18,18
8,45 5
Pandai besi 1
18 9,09
8,45 6
Angkutan+dagang udang 1
20 9,09
9,39 Jumlah
11 213
100,00 100,00
Usaha yang dikelola langsung secara dominan oleh perempuan masih terletak pada area domestik, seperti jasa kredit barang dan warung dan kios bensin
begitu juga usaha-usaha mikro. Jasa kredit barang dan warung atau kios bensin bisa dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tugas domestik seorang istri,
seperti memasak, menata perabot rumah tangga, dan menjaga anak-anak sambil menjaga warung atau kios bensin. Kondisi ini juga memperlihatkan bahwa laki-
laki sebagai pencari nafkah utama dan perempuan sebagai pencari nafkah tambahan. Padahal jika dilihat dari kontribusi, perempuan memberikan andil yang
besar dalam keluarga.
D. Kendala dan Saran Anggota SPP
1. Kendala yang dihadapi anggota
Kendala yang dihadapi oleh anggota anggota SPP diantaranya adalah pengembalian pinjaman dalam masa satu tahun 12 bulan dirasa terlalu cepat
sehingga tidak bisa memutar modal dengan leluasa. Kendala lain adalah pengembalian pinjaman yang terlambat dari kelompok lain dari desa yang sama
bisa menghambat pencairan dana bagi kelompok, meskipun kelompoknya baguslancar pengembaliannya. Selain itu, sebagian kecil terjadi koordinasi yang
60
kurang baik di antara anggota kelompok dengan ketua. Bahkan ada indikasi untuk menguasai dana pinjaman anggotanya dengan memotong jumlah pinjaman
anggota kemudian dijadikan pinjaman untuk oknum ketua secara tidak sukarela. Ada juga anggota kelompok yang menghilangmelarikan diri dari desa dan tidak
tahu pergi ke mana sehingga pembayarannya tidak lancar dan terpaksa ditanggulangi dari pihak keluarga yang bersangkutan.
2. Saran anggota untuk UPK
Anggota kelompok berharap akan ada perbaikan dalam proses pencairan dana pada tahun berikutnya. Adanya kelompok yang terlambat dalam pelunasan
pembayaran pinjaman diharapkan tidak mengganggu pencairan dana kelompok lainnya. Kelompok yang memiliki rekam jejak
track record pengembalian pinjaman yang baik, diharapkan bisa mendapatkan prioritas dalam pencairan
dana, tidak lagi menunggu kelompok lain menyelesaikan tunggakannya. Sebagian besar anggota kelompok SPP berharap jasa pinjaman diturunkan dari 1,25
perbulan dan adanya tambahan jangka waktu pinjaman dari yang sebelumnya 12 bulan menjadi 18 bulan, terutama bagi peminjam yang sudah lama. Selain itu,
adanya persyaratan memasukkan jaminanagunan barang walaupun surat- menyuratnya tidak diserahkan juga memberatkan bagi mereka yang tidak
mempunyai apa-apa untuk diagunkan. Hal ini bisa menghalangi peminjam dari RTM untuk bisa memanfaatkan dana SPP. Diharapkan syarat agunan ke
kelompok bisa dihilangkan karena bisa menghalangi perempuan dari RTM untuk meminjam. Anggota kelompok juga berharap jika jadwal pengembalian pinjaman
diperlunak terutama jika tanggal jatuh tempo pada hari libur, maka mereka meminta untuk pembayarannya bisa dilakukan pada hari kerja berikutnya dan
tetap tidak dianggap terlambat. Karena hal ini bisa berpengaruh pada penilaian terhadap kelompoknya apakah berhak atau tidak untuk mendapatkan insentif.
E. Analisis Kelembagaan UPK Kecamatan Semparuk