28
Penulis dengan pengertian perbuatan melawan hukum yang ideal tersebut adalah, termasuk dalam pengertian perbuatan melawan hukum itu, ada konsep perbuatan
melawan hak orang lain, atau yang dalam konsep hukum perdagangan internasional yang dibicarakan dalam skripsi ini yaitu konversi
conversion
.
2.3. Unsur-Unsur dalam Perbuatan Melawan Hukum
Sejak
Arrest
1919, suatu perbuatan merupakan melawan hukum kemudian dipahami sebagai mengandung unsur-unsur sebagai berikut, apabila
22
: melanggar hak orang lain
23
,atau bertentangan dengan kewajiban hukum sipembuat, atau bertentangan dengan kesusilaan yang baik, atau bertentangan dengan kepatutan
yang terdapat dalam masyarakat terdapat diri atau barang hak orang lain. Dimaksud melanggar hak orang lain sebagai unsur perbuatan melawan
hukum
24
ialah melanggar hak subyektif orang lain. Hak subyektif menunjuk kepada suatu hak yang diberikan oleh hukum kepada seseorang secara khusus
untuk melindungi kepentingan
25
orang lain. Hak-hak subyektif yang penting berkenaan dengan perbuatan melawan hukum yang diakui oleh yurisprudensi
ialah hak-hak pribadi seperti hak atas kekayaan
26
. Dalam konteks topik Penulisan
22
Rachmat Setiawan SH, Op.,Cit. hlm., 17-21.
23
Lihat catatan kaki no. 20, Supra.
24
Ibid. hlm., 17.
25
Meyers, Algemene Begrippen, hal., 70-98 dan 266-286. Lihat buku Rachmat Setiawan SH, Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum¸
Penerbit Alumni, Bandung 1982, hlm., 17.
26
Rachmat Setiawan SH, Loc.Cit.
29
karya tulis ini, yang dimaksud dengan hak atas kekayaan tersebut yaitu hak atas barang yang jumlah, jenis dan wujudnya tertera dalam BL.
Adakalanya pelanggaran hak subyektif selain terjadi karena perbuatan melawan hukum, dapat juga disebabkan oleh peristiwa-peristiwa lainnya.
Misalnya, karena perbuatan pihak ketiga. Pelanggaran tersebut dimasukkan sebagai kriteria perbuatan melawan hukum, karena pelanggaran tersebut pada
umumnya sudah dengan sendirinya merupakan perbuatan melawan hukum. Seseorang yang merusak barang orang lain memindahtangankan penguasaan
barang milik orang lain kepada pihak yang tidak berhak dengan melawan hukum
27
atau melukai orang lain dianggap
npso facto
telah melakukan perbuatan melawan hukum
28
. Dalam hal-hal dimana kerugian disebabkan oleh sesuatu yang tidak
langsung, maka perbuatan tersebut tidak dianggap melawan hukum karena melanggar hak subyektif orang lain, akan tetapi perbuatan tersebut dapat
dikatakan melawan hukum karena perbuatan itu bertentangan dengam norma kepatutan
29
. Dus dapat dipergunakan sebagai pedoman bahwa suatu perbuatan yang
melanggar hak subyektif merupakan perbuatan melawan hukum, apabila
27
Wujud konkret Perbuatan seperti ini terlihat ketika PT. Gespamindo memindahtangankan pupuk kepada ketiga pemesan tanpa terlebih dahulu meminta BL dikuasai oleh PT. Sajahtera Bank
Umum.
28
Rachmat Setiawan, Op.Cit., hlm.,18.
29
Ibid.
30
perbuatan tersebut secara langsung merupakan pelanggaran terhadap hak suby
ektif. Dengan demikian dapat dipertahankan pendapat, bahwa “gangguan”, di mana kenikmatan atas hak milik seseorang terganggu, tidak menimbulkan
pelanggaran terhadap hak subyektif akan tetapi melawan karena bertentangan dengan norma kepatutan
30
. Kewajiban hukum diartikan sebagai kewajiban menurut hukum, baik
tertulis maupun tidak tertulis
31
. Tetapi
Hooge Raad
menafsirkan kewajiban hukum sebagai kewajiban menurut undang-undang. Jadi perbuatan melawan
hukum diartikan antara lain, berbuat atau tidak berbuat yang melanggar suatu kewajiban yang telah diatur oleh Undang-undang
32
. Penafsiran yang demikian itu, dikarenakan rumusan
Hooge Raad
tentang pengertian perbuatan melawan hukum pada tahun 1919 menjiplak secara hurufiah
dari rancangan undang-undang tahun 1913
33
. Melanggar kewajiban menurut undang-undang tidak hanya undang-
undang arti formal. Akan tetapi juga peraturan-peraturan hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah. Termasuk dalam katagori perbuatan yang melanggar kewajiban
menurut hukum undang-undang adalah perbuatan pidana, misalnya pencurian, penggelapan, penipuan dan pengrusakan. Selain dapat dituntut secara pidana, pun
30
Ibid.
31
Baik secara tertulis, dalam hal ini ditulis dalam BL bahwa consignee adalah importir maupun secara tidak tertulis bahwa penguasaan atas BL berada di tangan PT. Bank Sajahtera Umum,
sebetulnya telah terpenuhi dalam kasus Putusan 1887.
32
Ibid.
33
Ibid. hlm., 19.
31
dapat dituntut gantirugi berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata
34
.Pada titik ini, menurut hemat Penulis, ada terlihat jelas bahwa suatu perbuatan melawan hukum
tidak hanya berdimensi hukum privat KUHPerdata saja, namun juga memiliki dimensi publik KUHP, termasuk melanggar berbagai peraturan perundang-
undangan yang mengatur ketentuan perizinan, perpajakan kepabeanan, cukai.
Tentang “kesusilaan yang baik” tidak dapat diberikan rumusan yang tepat. Dapat dinyatakan sebagai norma-norma moral yang dalam pergaulan masyarakat
telah diterima sebagai norma-norma hukum
35
.
Hingga sekarang belum ada yang dapat secara tepat mengemukakan apa yang dimaksudkan dengan “kesusilaan baik”. Namun pada umumnya para ahli
mengakui danmenerima pengertian dan asas tentang “kesusilaan baik” tersebut.
Akan tetapi ada kesulitan apabila harus menentukan lebih lanjut tentang pengertiannya
36
. Perlu diperhatikan, bahwa pendapat tentang apa yang termasuk ke dalam
“kesusilaan yangbaik” selalu berubah menurut waktu dan tempat. Mengenai perkawinan, pelaksanaan wewenang orang tua, hak-hak kebebasan manusia,
hubungan antara majikan dengan buruh, dan kedudukan sosial pada umumnya terdapat perbedaan pendapat antara masyarakat yang satu dari masyarakat yang
lain. Meskipun, harus diakui bahwa hukum itu universal sifat keabadiannya, tidak
34
Ibid.
35
Ibid.
36
Ibid.
32
terikat oleh pandangan suatu masyarakat di tempat dan waktu tertentu
37
. Sementara itu apa yang dulu dianggap tidak susila, mungkin sekarang tidak adalah
sesuatu yang terikat oleh waktu. Untuk mengatasi kesulitan tersebut pada akhirnya hakimlah yang memutuskan menurut pendapat dan nalurinya. Sebagai
mana dikte hukum kepada hakim tersebut. Memang terdapat kemungkinan bahwa pendapat hakim tersebut tidak sesuai dengan pandangan umum, akan tetapi hal
tersebut jarang sekali terjadi
38
sebab dalam banyak hal pandangan umumpun hanya mengikuti saja dikte hukum
the dictate of the law
. Diperlukan kiriterium berikut ini untuk melengkapi kreteria-kreteria
terdahulu. Dalam rancangan undang-undang tahun 1911 telah dipergunakan perkataan “bertentangan dengan kewajiban memelihara sebagai bapak rumah
tanggayang baik”. Rumusan ini pada tahun 1913 diubah menjadi suatu perbuatan yang bertentangan dengan kepatutan dalam masyarakat terhadap diri atau barang-
barang orang lain
39
. Setiap manusia sebagaimana tuntutan hukum harus menyadari bahwa ia
adalah bagian dari anggota masyarakat dan karenanya dalam perbuatan dan tingkah
lakunya harus
memperhatikan kepentingan-kepentingan
37
Ibid. Hal ini sesuai dengan Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum, yang juga jelas merupakan
sesuatu yang bernilai universal, tidak terikat oleh waktu, tempat dan penguasa atau masyarakat tertentu.
38
Ibid. hlm.,20.
39
Ibid. Pandagan seperti ini lazim dikenal dalam hubungan hukum sewa-menyewa; dimana adalah
merupakan kewajiban hukum kontraktual bagi si penyewa untuk selalu menjaga barang milik orang yang menyewakan yang sebagai “seorang bapak rumah yang baik”.
33
sesamanya
40
. Pada hemat Penulis, dimensi “angggota masyarakat” tersebut tidak
terbatas sebatas masyarakat pedagang yang bertransaksi dalam satu negara nasional saja, tetapi justru meluas meliputi semua transaksi termasuk transaksi-
transaksi bisnis internasional yang menjadi konsen penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah di bidang hukum ini.
Pada garis besarnya dapat dinyatakan, bahwa suatu perbuatan adalah bertentangan dengan kepatutan, jika perbuatan tersebut sangat merugikan orang
lain tanpa kepentingan yang layak; perbuatan yang tidak berfaedah yang menimbulkan bahaya terhadap orang lain, yang menurut manusia yang normal hal
tersebut harus diperhatikan dan tidak diperbuat
41
. Beberapa p
enulis berpendapat bahwa dengan adanya kriterium “norma kepatu
tan”, ketiga kreterium terdahulu dapat ditiadakan. Dengan mengemukakan alasan bahwa perbuatan yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan
“kepatutan”.Pendapat ini adalah tidak tepat, karena kriterium terakhir dipergunakan sesuai dengan tuntutan hukum justru untuk menambal kelemahan-
kelemahan ketiga unsur perbuatan melawan hukum yang telah terdahulu diuraikan di atas
42
.
40
Ibid.
41
Ibid.
42
Ibid. hlm., 21.
34
2.4. Syarat Materil Tuntutan Ganti Rugi