39
pertangungjawaban pelaku menjadii terlalu luas
60
. Sebagaimana telah banyak diketengahkan oleh sementara kepustakaan yang membicarakan mengenai hal ini.
2.5. Sejarah Conversion
Perdagangan internasionalmengenal konversi
conversion
sebagai suatu institusi hukum
61
, yang dapat disejajarkan dengan perkembangan sejarah perbuatan melawan hukum sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas. Hanya
saja, aspek historis yang tidak dapat diabaikan begitu saja, seperti telah Penulis kemukakan di atas adalah bahwa tumbuh dan berkembangnya konsep konversi ini
tidak dapat dipisahkan dengan sistem hukum Inggris
English common law
. Namun pada hakikatnya “akar” konversi tersebut bertumbuh pada awalnya
dari tanah sistem hukum sipil yang dikenal di Skotlandia
Scots Common Law
62
.
2.6. Hakikat Conversion dalam Perdagangan Internasional
Seperti telah disinggung di atas, konversi merupakan prinsip atau kaedah- kaedah hukum perdagangan internasional yang dalam bahasa Inggris Hukum
dikenal dengan terminologi
conversion
63
.
60
Ibid. Lihat pendapat Voni buri.
61
Jeferson Kameo., SH., LL.M., Ph.D. Op Cit. hlm., 11.
62
Uraian mengenai hal ini memerhatikan buku kontrak sebagai nama Ilmu hukum.
63
Oxford Dictionary of Law, Op.Cit., p., 107 Definisi leksikal ini sebelumnya telah Penulis
kemukakan dalam Bab I. Lihat hal.,11 Skripsi ini.
40
”
atort of
wrongful with person good’s in
a way that constitutes a denial of
the owner’s right or an assertion of right
inconsistent
with the owner’s.
Wrongfully taking possession of good, disposing of them, destroying them, or refusing to give them back are acts of
conversion”. Mere negligence in allowing goods to be lost or
destroyed was not conversion. The plaintiff in conversion must prove that he had ownership, possession, or the right to immediate
possession of the goods at the time of the defendant’s wrongful
act. Subject to some exceptions, it
64
is no defence that the defendant acted
innocently”.
Aplikasi pengertian konversi sebagaimana dikemukakan di atas dilihat dalam perdagangan internasional melalui uraian berikut dibawah ini:
Apabila si Pembeli dalam hal ini adalah importir gagal membeli suatu cek berdokumen
fails to honours
maka si Pembeli importir harus mengembalikan konosemen
the bill of lading
satu jenis surat berharga yang ada dalam paket cek berdokumen
documentary credit
yang dia terima tersebut
65
. Sedangkan, apabila ternyata si Pembeli importir menahan BL dalam paket cek berdokumen
docementary credit
yang ada sebelum membayar, maka barang yang rencananya akan dibeli tidak bisa menjadi milik si Pembeli importir, atau si Pembeli
importir belum menjadi Pembeli importir
66
.
64
Uaraian ini adalah upaya Penulis untuk menjawab rumusan permasalahan penelitian dan penulisan karya tulis kesarjanaan sebagai tertera dalam Bab I skripsi ini lihat hal., 17.
65
Di Inggris, sebagai ilustrasi saja perlu dikemukakan di sini, bahwa berdasarkan hasil temuan
dalam Penelitian Jeferson Kameo, SH., LL.M., Ph.D, ditemukan bahwa hal seperti itu diatur dalam undang-undang negara setempat, tepatnya undang-undang tentang Jual-Beli Barang Sale of
Goods Act , dapat dilihat rumusan dalam Pasal 19 Ayat 3. Undang-Undang tersebut.
66
Ibid.
41
Akibat dari ditahanya BL dan tidak mau membayar maka si “Pembeli”
67
itu melakukan perbuatan melawan hukum atau konversi
conversion
. Itulah suatu gambaran tentang konversi
conversion
yang dalam skripsi ini dipandang sama dalam hakikatnya dengan konsep perbuatan melawan hukum yaitu sebagai suatu
kontrak
a contract
68
. Dalam Pasal 574 KUHPerdata pembuat undang-undang mengemukakan
bahwa “tiap-tiap pemilik sesuatu kebendaan, berhak menuntut kepada siapa pun juga yang menguasai barang miliknya tersebut, untuk pengembalian kebendaan
itu dalam keadaan beradanya. Menurut Penulis dari rumusan ketentuankaedah dalam Pasal tersebut berdimensi konversi sebagai suatu perbuatan melawan
hukum dan bunyi Pasal 574 KUHPerdata itu bisa menjadi pintu masuk dengan demikian untuk menempatkan kaedah konversi dalam hukum positif Indonesia.
Dan dengan demikian, seperti telah penulis kemukakan dalam Bab I skripsi ini; “Usaha seperti itu, juga apabila dilakukan oleh para hakim yang
menerima, memeriksa dan mengadili serta memutus Putusan seperti Putusan 1887 maka akan memperkuat hukum positif
Indonesia yaitu KUHPerdata yang tidak mengabaikan karakteristik
internasional”
69
.
67
Lihat catatan kaki nomor 12 dalam Bab I, supra untuk maksud penempatan “.....” pada kata
pembeliimportir.
68
Dapat diperiksa kembali pengertian kontrak menurut kontrak sebagai nama ilmu hukum yang telah, Penulis kemukakan terdahulu. Lihat sub
– bab 2.2, catatan kaki nomor9 Bab ini.
69
Lihat Bab I, hal., 2.
42
2.7. Unsur - Unsur dalam Konversi