23
2.2. Hakikat Perbuatan Melawan Hukum
Hakikat perbuatan melawan hukum dapat dilihat dari pengertian perbuatan melawan hukum yang Penulis kaji dari sejumlah kepustakaan sebagaimana
gambarannya dikemukakan di bawah ini: Perbuatan melawan hukum
orenchtmatige daad
diatur dakam Buku III titel 3 Pasal 1365
– 1380 KUHPerdata adalah suatu kontrak
a contract
yang, termasuk ke dalam perikatan
obligation
yang timbul dari undang-undang.
Berikut di bawah ini, Penulis marasa perlu mengemukakan pengertian kontrak sebagai nama ilmu hukum, sebelum membicarakan lebih lanjut mengenai
hakikat perbuatan melawan hukum yang pada hakikatnya adalah suatu kontrak
a contract
tersebut
9
. Perbuatan
melawan hukum adalah istilah “
technis juridis
” yang arti sebenarnya secara tepat hanya mungkin didapatkan dari peninjaun tujuan Pasal
1365 KUHPerdata
10
, sebagaimana dikemukakan sebagai berikut di bawah ini. Merujuk Pasal 1365 KUHPerdata tersebut, ada yang berpendapat bahwa
b elum terdapat kesepakatan tentang penggunaan istilah “perbuatan melawan
hukum”. Ini dapat diketahui dengan melihat beberapa literatur yang menggunakan
9
“Segenap kewajiban bagi setiap orang berjanji dan bersepakat dengan orang lain untuk memberikan, atau tidak berbuat sesuatu terhadap atau orang lain tersebut, atau berkenaan dengan
segenap kewajiban yang dituntut oleh hukum kepada setiap orang untuk memberikan atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap atau untuk orang lain apabila keadilan menghendaki meskipun
tidak diperjanjikan sebelumnya”. Definsi kontrak tersebut terdapat dalam Jeferson Kameo Ph.D., Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum,
Fakultas Hukum UKSW, Salatiga 2010, hlm., 2.
10
Dr. R. Wirjono Prodjodikoro SH.,Perbuatan Melawan Hukum, Cetakan Ke-lima, Penerbit Sumur Bandung 1966, hlm., 45.
24
istilah yang beragam mulai dari; “perbuatan melanggar hukum”
11
; “perbuatan
yang bertentangan dengan asas- asas hukum”
12
serta ada juga yang menggunakan istilah “tindakan melawan hukum”
13
. Ada pendapat
14
yang menjelaskan bahwa; “perbuatan melawan hukum”
terdiri dari “melawan” yang di dalamnya melekat dua sifat aktif dan sifat melawan
yang pasif. Kalau seseorang dengan sengaja melakukan sesuatu perbuatan yang menimbulkan kerugian pada orang lain, misalnya sengaja melakukan gerakan
yang merugikan orang lain, maka nampaklah dengan jelas sifat aktifnya dari istilah “melawan” dalam konsep perbuatan melawan hak tersebut. Sebaliknya
kalau seseorang dengan sengaja diam saja, sedangkan orang itu sudah mengetahui ia harus melakukan sesuatu perbuatan untuk tidak merugikan orang lain.Atau
dengan kata lain, bilamana orang yang bersangkutan itu dengan sikap pasif saja tidak melakukan suatu keharusan, maka sejatinya orang itu sudah melanggar suatu
keharusan yang menimbulkan kerugian pada orang lain. Maka orang itu telah “melawan”, tanpa harus menggerakan badannya terhadap orang lain. Inilah sifat
pasif daripada istilah “melawan” hukum.
Perumusan konsep perbuatan melawan hukum oleh banyak sarjana di Indonesia dianggap terdapat dalam Pasal 1365 KUH Perdata. Namun seperti telah
11
Ibid, hlm.,7.
12
E. Utrecht SH,Pengatar dalam Hukum Indonesia, Cetakan ke-empat, PT Penerbit dan Balai Buku Ikhtiar Jakarta 1957, hlm., 255.
13
Sudiman Kartohadiprodjo SH, Pengantar Tata Hukum di Indonesia, Cetakan ke-lima, Penerbit PT. Pembangunan, Jakarta 1967, hlm., 100.
14
Moegni Djojodirdjo SH, Perbuatan Melawan Hukum, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta 1978, hlm., 13.
25
Penulis kemukakan di atas dalam catatan sejumlah literatur, Pasal 1365 KUHPerdata tidaklah memberikan perumusan mengenai arti perbuatan melawan
hukum. Melainkan Pasal 1365 KUHPerdata hanya mengatur bilakah seseorang yang mengalami kerugian karena perbuatan melawan hukum, yang dilakukan oleh
orang lain terhadap dirinya maka orang atau pihak yang dirugikan tersebut dapat mengajukan tuntutan ganti kerugian pada Pengadilan.
Berkaitan dengan uraian kepustakaan sebagaimana dikemukakan di atas, rumusan pengertian perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUH Perdata
tersebut di atas sudah mencakup perumusan
onrechmatige daad
. Ada dua macam pengertian perbuatan melawan hukum. Meliputi, perbuatan melawan hukum
dalam
perumusan sempit
dan perbuatan melawan hukum dalam
perumusan luas.
Pengertian perbuatan melawan hukum dalam arti yang sempit yakni
15
; “tiap perbuatan yang timbul karena undang-undang, jadi
bertentangan dengan
wettelijkrecht
atau tiap perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri yang timbul
karena undang-undang jadi bertentangan dengan
wettelijke plicht
” Dengan demikian dalam pengertian yang sempit maka perbuatan melawan
hukum adalah` sama dengan
onwetmatig
bertentangan dengan Undang- Undang
16
. Terhadap ajaran sempit yang mengartikan perbuatan melawan hukum yang demikian itu, terdapat banyak tantangan-tantangan.
15
Ibid. hlm., 21.
16
Pitlo Mr. A. : Het Verbintenissenrecht naar het Nederlands Burgerlijk Wetboek – H.D. Tjeenk
Willink Zoon N.V. Haarlem 1952, hlm., 21. Lihat M. A. Moegni Djojodirdjo SH, Perbuatan Melawan Hukum,
Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta 1982, hlm., 21.
26
Para penulis Hukum Perdata hampir
unaniem
mengusulkan perumusan yang luas. Kesadaran hukum yang dimiliki oleh masyarakat sejak akhir Abad 19
sudah menghendaki adanya pengertian luas terhadap perbuatan melawan hukum. Belanda, pada tahun 1911 mengajukan suatu rancangan undang-undang
pada
Tweede Kamer
. Setelah rancangan undang-undang tersebut, pada tahun 1913 terjadi perubahan penting tentang konsep perbuatan melawan hukum. Meskipun
racangan undang-undang tersebut seperti lazimnya terjadi dengan kebanyakan rancangan undang-undang lainnya di banyak negara, kemudian dilupakan
17
namun dalam rancangan undang-undang Belanda yang telah mengalami perubahan
tersebut diketengahkan rumusan tentang perbuatan melawan hukum, yakni
18
: “suatu perbuatan atau suatu kealpaan berbuat, yang melanggar hak
orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku orang yang melakukan perbuatan atau melanggar, baik kesusilaan
baik, ataupun bertentangan dengan keharusan, yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat tentang orang lain atau
barang”. Enam tahun setalah RUU kepada
Tweede Kamer
Belanda itu, pada tahun 1919
Hoge Raad
dalam hal ini lembaga yudikatif yang menjadi tempat berhimpun para hakim dan bukan para legislator memberikan keputusan yang penting dalam
bidang hukum perdata, yakni pada tanggal 31 Januari 1919, dalam perkara
17
Veegens Oppenheim Schets van het Nederlands Burgerlijk Recht, hlm., 132. Lihat catatan kaki
nomor 24, MA Mugni Djojodirdjo SH, Perbuatan Melawan Hukum, Penerbit Pradnya Pramita, Jakarta 1982, hlm., 24.
18
Pitlo, Op. Cit. hlm., 218.
27 Lindebaum vs Cohen
19
yurisprudensi memberikan pengertian perbuatan melawan hukum secara luas yaitu:
“bahwa dengan perbuatan melawan hukum
onrecgtmatige daad
diartikan suatu perbuatan atau kealpaan, yang bertentangan dengan hak orang lain
20
, atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku atau bertentangan, baik dengan kesusilaan baik, pergaulan
hidup terhadap orang lain atau benda. Sedangkan barang siapa karena
salahnya sebagai
akibat perbuatannya
itu telah
mendatangkan kerugian pada orang lain, berkewajiban membayar ganti kerugian”.
Penafsiran luas tentang perbuatan melawan hukum yang dikembangkan oleh para hakim
Hoge Raad
Belanda tersebut sudah diikuti oleh pengadilan di Indonesia. Ini ternyata dari putusan Pengadilan Tinggi Surabaya
21
tanggal 31 Desember 1951 No. 921950 Pdt, yang dalam pertimbangan hukumnya telah
menyitir tafsiran luas dari
Hooge Raad
tentang perbuatan melawan hukum dalam putusan
Hoge Raad
31 Januari 1919 tersebut. Dari uraian mengenai hakikat perbuatan melawan hukum di atas, terlihat
dengan jelas bahwa ada keinginan yang cukup besar dari para ahli hukum, maupun pihak yang memiliki otoritas dalam bidang pembangunan kaedah hukum
khususnya tentang konsep perbuatan melawan, baik di Belanda maupun di Indonesia untuk mengikuti dikte hukum mengenai pengertian perbuatan melawan
hukum yang ideal. Dalam konteks penulisan skripsi ini, yang dimaksudkan
19
Loc.Cit. hlm., 25-26.
20
Menurut pendapat Penulis, pada rumusan arti perbuatan melawan hukum di atas, terdapat konsep perbuatan melawan yang bertentangan dengan hak orang lain yang berkonvergensi atau
koheren dengan makna konversi conversion.
21
Chidir Ali SH, Yurisprudensi Indonesia Tentang Perbuatan Melanggar Hukum, Penerbit Bina Cipta, hlm., 3.
28
Penulis dengan pengertian perbuatan melawan hukum yang ideal tersebut adalah, termasuk dalam pengertian perbuatan melawan hukum itu, ada konsep perbuatan
melawan hak orang lain, atau yang dalam konsep hukum perdagangan internasional yang dibicarakan dalam skripsi ini yaitu konversi
conversion
.
2.3. Unsur-Unsur dalam Perbuatan Melawan Hukum