42
2.7. Unsur - Unsur dalam Konversi
Setelah memerhatikan uraian tentang hakikat konversi sebagaimana Penulis kemukakan di atas, berikut dibawah ini perlu dielaborasi atau dianalisis
lebih jauh dari kepustakaan yang ada unsur-unsur dari suatu konversi dalam perdagangan internasional yang dalam skripsi ini, Penulis pandang, secara hakiki
dapat disebut sebagai suatu PMH. Pada prinsipnya unsur-unsur konversi dalam perdagangan internasional
adalah adanya penguasaan oleh satu pihak kepemilikan barang orang lain secara melawan hukum hak;adanya kelalaian di pihak yang menguasai itu, dan terdapat
kerugian. Tentang unsur penguasaan atas barang milik barang orang lain sebagai
syarat konversi
rasionalisasinya adalah
sebagai berikut.
Kadangkala, penjualeksportir itu sebenarnya bukanlah penjualeksportir dari barang. Ia hanya
sebagai perantara pihak bank, akan tetapi karena bonafiditasnya dan reputasinya baik maka relasi luar negeri itu hanya mengenal dia dan mengingingkan dia
sebagai penyelenggara dari transaksinya. Disamping hal tersebut di atas, juga dapat disebabkan karena peraturan suatu negara mengakibatkan dalam transaksi
perdagangan internasional penjualeksportir tidak dapat berhubungan langsung
70
, dengan pembeliimportir yang sebenarnya. Menurut hemat Penulis rumusan
kepustakaan tersebut memerlihatkan bahwa jual-beli terjadi antara bank dengan
70
Prof. Pangaribuan Emmy SH, Pembukaan Kredit Berdokumen Documentery Credit Opening Cetakan Kedua, Yogyakarta, Seksi Hukum Perdata Dagang, Fakultas Hukum UGM, 1977. hal.,
32.
43
bank. Berikut di bawah ini, meskipun tidak Penulis tempatkan dalam sub-bab Analisi dalam Bab III, namun dalam rangka memberi penekanan pada kejelasan,
perlu aplikasi ke dalam kasus pada Putusan 1887. Dalam Putusan 1887, PT. Gespamindo dapat mengalihkan penguasaan
atas barang-barang yang dibeli oleh PT. Sajahtera Bank Umumdari Banknya Phosphate Mining,Co di Australia yang diambil dari pihak pengangkut dan
diserahkan kepada tiga pemesan tanpa mengunjukkan konosemen BL. Maka hal ini sejalan dengan praktek yang berkembang akhir-akhir ini, bahwa banyak sekali
pengangkut yang melepas barang-barang tanpa adanya pengunjukkan konosemen. Padahal penguasaan konosemen adalah berfungsi sebagaibukti kepemilikan atas
barang dan adanya jaminan dan
warranties.
Pada Putusan 1887 PT
.
Samudara Indonesia menyerahkan barang berupa pupuk kepada PT. Gespamindo tanpa PT. Gespamindo menunjukan
konosemen
71
. Seharusnya, dokumen-dokumen
72
itu diambil terlebih dahulu dari pihak bank PT. Sajahtera Bank sebagaimana dikehendaki di dalam kaedah
hukumperdagangan internasional yang mengatur tentang LC. Dengan tidak ditunjukannya dokumen yang diperolehdari pihak bank, PT. Gespamindo sebagai
pembeli tidak mempunyai hak untuk mengambil barang-barang itu dari pihak pengangkut. Apabila sebaliknya yang terjadi maka hal itu merupakan tindak
71
Rumusan yang Penulis kutip dari Putusan 1887 seharusnya tidak demikian adanya. Ada kemungkinan, menurut Penulis, PT. Samudera Indonesia ikut “bermain”, mengingat BL adalah
dokumen yang diterbitkan oleh perusahan pengangkutan.
72
Satu diantaranya adalah BL yang dipegang PT. Sajahtera Bank, konosemen berjumlah 3 tiga buah, semuanya asli.
44
konversi sebab perpindahan penguasaan barang, dilakukan oleh si PT. Samudra Indonesia kepada si PT. Gespamindo yang telah menyerahkan barang-barang itu
secara melawan hakdari PT. Sajahtera Bank Umum sehingga menimbulkan kerugian kepada PT. Sajahtera Bank Umum.
Mengingat PT. Gespamindo pada prinsipnya tidak “membeli” cek
berdokumen
fails to honour
maka si “pembeli” harus mengembalikan
konosemen
the bill of lading
atau satu jenis surat yang ada dalam paket cek berdokumen yang dia terima tersebut. Apabila ternyata
“Pembeli” menahan konosemen dalam paket cek berdokumen dan menjual barang yang sudah
diambilnya dari perusahan pengangkutan , maka si “Pembeli”, atas perbuatannya
tersebut mengalihkan hak kepemilikan atas barang milik penjual di luar negeri yang sudah berpindah kepada PT. Bank Sajahtera Umum, telah menimbulkan
suatu kerugian kepada PT. Bank Sejahtera Umum dan tindakan Pembeli tersebut merupakan tindakan konversi
73
, yang dalam skripsi ini telah Penulis setarakan dengan perbuatan melawan hukum yang menurut Penulis, apabila hal ini
dilakukan oleh para pengadil yang menerima, memeriksa dan mengadili dan memutus Putusan 1887 maka akan memperkuat hukum posetif Indonesia yaitu
KUHPerdata yang tidak mengabaikan karakteristik transaksi internasional
74
Kedua
, syarat kesalahankelalaian dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang juga merupakan unsur yang sama dengan dalam unsur
conversion
. Dipakai untuk
73
Jeferson Kameo., SH., LL.M., Ph.D. Op Cit. hlm., 11.
74
Lihat hal yang sama dalam Bab I, hal., 2 dan hal., 41.
45
menyatakan bahwa seseorang bertanggungjawab untuk akibat yang merugikan yang terjadi oleh perbuatannya yang salah.
Ketiga,
adanya unsur kerugiandalam Pasal 1365 BW adalah kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan melawan hukum pada harta kekayaan, berupa
pengrusakan atau penghancuran barang-barang yang karenanya harus diganti atau diperbaiki sebagaimana telah dikemukakan di atas. Artinya unsur kerugian dalam
Pasal 1365 BW adalah tidak lain sama dengan unsur kerugian dalam
conversion.
Kedua institusi hukum tersebut mengsyaratkanadanya kerugian yang ditimbulkan karena pengingkaran terhadap hak pemilik barang. Dalam hal ini kepemilikan
orang lain dilanggar dengan cara mengambil, membuang atau menolak memberi kembali.
Sedangkan
conversion
dalam perdagangan internasional merupakan suatu sanksi hukum atas perbuatan melawan hak milik orang lain dalam hal ini barang
milik penjual eksportir. Perbuatan melawan hak itu dilakukan dengan cara si importir yang belum melunasi pembayaran barang ekspor mengambil barang
milik orang lain tanpa hak, merusak, atau menjual dengan maksud memiliki atau mengalihkan hak kepemilikan atas barang milik Penjual yang berada di luar
negeri yang sudah dialihkan karena dibeli oleh
issuing bank
yang menerbitkan LC merupakan tindakan konversi
75
.
75
Ibid. hlm., 89.
46
2.8. Matrix Perbandingan PMH dan Conversion