Hasil wawancara dengan Bapak Sunarto Kepala Dusun Pedurenan dan tokoh kesenian
Jamjaneng Dusun Pedurenan 13 Oktober 2014. P: Peneliti
N: Narasumber P:
Selamat siang pak, maaf mengganggu waktu bapak.
N: Selamat siang mas, ya ada apa mas? Ada yang bisa saya bantu?
P: Langsung saja pak, perkenalkan saya Hasbi dari seni musik UNY. Saya sedang
melakukan penelitian tentang kesenian Jamjaneng di Dusun Pedurenan sini pak. Ini proposal penelitian saya, monggo bapak baca pak. Saya juga
bermaksud melakukan wawancara dengan bapak. Sebelumnya mohon maaf baru bisa sowan sekarang.
N: Oh iya mas tidak apa-apa, silahkan mas.
P: Kemarin saya sudah bertemu dengan Pak Muhriyanto dan sempat datang ke
latihan Jamjaneng malam minggu tapi tidak kepanggih dengan bapak.
N: Iya mas, kebetulan kemarin itu saya ada keperluan jadi tidak bisa datang
latihan Jamjaneng. Gimana mas?
P: Begini pak, skripsi saya membahas tentang fungsi bentuk penyajian kesenian
Jamjaneng di Dusun Pedurenan. Pertama Saya ingin bertanya tentang bagaimana keadaan masyarakat di dusun Pedurenan ini pak?
N: Masyarakat pedurenan kebanyakan bekerja sebagai petani karena wilayahnya
sebenarnya sangat luas dan sebagian besar masih berupa sawah dan kebon. Ada juga yang berprofesi sebagai pegawai, guru, serta pedagang.
P: Untuk kesenian tradisional, di sini ada apa saja ya pak?
N: Kesenian tradisional yang ada di sini yaitu ada Jamjaneng itu mas, ada ebeg
atau ebleg atau kuda lumping, rebana atau hadroh. Ada juga kesenian keterampilan dari bahan ijuk kelapa.
P: Dalam hal kesenian Jamjaneng, bagaimana antusiasme masyarakat terhadap
kesenian tersebut?
N: Warga sini sangat menjunjung tinggi adat atau tradisi yang ada, termasuk
dalam hal kesenian khususnya kesenian Jamjaneng. Ada warga yang aktif mengikuti ada juga yang sekedar menikmati saja. Tapi anak muda sekarang
kurang begitu tertarik, banyak yang menganggap ketinggalan zaman. Kebanyakan yang aktif dari kaum orang tua, ya 30 tahun ke atas mas.
P: Apakah ada lebih dari satu grup di dusun ini pak?
N: Grup Jamjaneng ada dua mas, yang sebenarnya awalnya hanya bapak-bapak
sekarang nambah ibu-ibu juga ikut memainkan Jamjaneng. Namun yang sekarang lebih aktif atau rutin latihan ibu-ibu, walaupun yang laki-laki juga
terkadang ikut latihan bersama atau bergantian. Yang kemarin latihan itu ibu- ibu kan mas?
P: Iya pak, banyak ibu-ibunya, tapi ada bapak-bapknya juga sedikit. Untuk
sejarahnya disini bagaimana pak?
N: Kalau sejarah Jamjaneng di Pedurenan sudah ada sejak dulu mas, dari setelah
zaman Syeikh Jamjani di Krakal sudah ada, baru setelah itu masing-masing dusun membentuk sendiri-sendiri. Awlanya hanya kaum laki-laki itu, tapi
sekarang juga ada Janeng kaum wanita.