floor price kopra, agar harga tidak mudah dipermainkan oleh pedagang-pedagang
besar. Dan perlunya dibentuk KUD yang dapat membantu petani dalam memasarkan kopra.
Pada sistem pemasaran kopra, pendapatan petani akan meningkat dengan semakin
efisiennya tata niaga kopra. Sistem tata niaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani kepada konsumen
dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen terakhir kepada semua pihak
yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan tata niaga barang tersebut Mubyarto, 1989.
Persoalan kelancaran pemasaran sangat tergantung pada kualitas produk yang
dihasilkan oleh petani produsen dan juga upaya penyempurnaan kinerja lembaga- lembaga pemasaran dan sistem pemasaran itu sendiri sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan serta kualitas tingkat kesejahteraan petani kopra yang memadai.
Berdasarkan permasalahan dan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Analisis nilai tambah dan pemasaran kopra di Desa Silo Baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan.
1.2. Identifikasi Masalah
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1 Berapa nilai tambah value added yang diperoleh petani dan pengolah kopra
di daerah penelitian? 2
Bagaimana saluran pemasaran kopra di daerah penelitian? 3
Berapa biaya pemasaran, margin pemasaran, price spread, share margin dan elastisitas transmisi harga pada masing-masing saluran pemasaran kopra di
daerah penelitian? 4
Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran kopra di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1
Untuk menganalisis nilai tambah yang diperoleh petani dan pengolah kopra di daerah penelitian
2 Untuk menganalisis saluran pemasaran kopra di daerah penelitian
3 Untuk menganalisis biaya pemasaran, marjin pemasaran, price spread, share
margin dan elastisitas transmisi harga pada masing-masing saluran pemasaran
kopra di daerah penelitian 4
Untuk menganalisis tingkat efisiensi pemasaran kopra di daerah penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Kegunaan penelitian ini adalah: 1
Sebagai informasi bagi pihak-pihak yang melakukan pembuatan kopra dan pemasaran kopra.
2 Sebagai informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik
pihak akademis dan nonakademis 3
Sebagai informasi dan referensi bagi pemerintah dan instansi yang terkait.
BAB II
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan Agronomi Kelapa
Kelapa Cocos nucifera L. merupakan jenis palem yang paling dikenal dan banyak tersebar di daerah tropis. Kelapa termasuk family palmae, dari genus
Cocos . Pohon kelapa memiliki akar serabut yang mencapai 4000-7000 helai pada
pohon yang telah dewasa. Banyak sedikitnya perakaran tergantung pada keadaan pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah Setyamidjaja, 1991.
Pada tanaman dewasa dapat mempunyai 30-35 daun pada mahkotanya dengan
panjang kurang lebih 6 meter. Daun yang segar beratnya 10-15 kg. Batang kelapa terbentuk bersamaan dengan pembentukan daun. Batang kelapa nampak dengan
jelas setelah berumur 3-5 tahun dan daun pada bagian bawah telah gugur. Batang ini tidak berkambium, sehingga tidak mempunyai pertumbuhan sekunder, hal ini
berakibat sekali batang telah terbentuk, maka tidak akan membesar lagi. Tanaman kelapa merupakan tanaman berumah satu. Bunga betina dan bunga jantan terdapat
pada satu malai. Bunga jantan terdapat pada ujung malai dan bunga betina terletak pada dasar malai Suhardiyono, 1988.
Tanaman kelapa membutuhkan lingkungan hidup yang sesuai untuk pertumbuhan
dan produksinya. Kelapa tergolong tanaman yang menyenangi matahari dan pertumbuhannya akan terhambat jika kekurangan sinar matahari. Lama
penyinaran yang dikehendaki adalah 2.000 jam per tahun atau minimal 120 jam per bulan Palungkun, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan tanaman kelapa sangat dipengaruhi oleh suhu, terutama saat
berbuah. Suhu rendah tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa. Tanaman kelapa dapat tumbuh pada ketinggian 0-900 m dpl. Suhu optimum yang
dibutuhkan untuk pertumbuhannya adalah 27-28°C. Selain cuaca panas tanaman kelapa juga menyukai udara yang lembab. Namun, bila udara terlalu lembab
dalam waktu lama pertumbuhan tidak akan baik Palungkun, 1999. Lokasi yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa adalah daerah yang
mempunyai curah hujan rata-rata 1200-2500 mm per tahun dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun. Bila terjadi kekeringan selama 3 bulan, maka
tanaman akan kritis. Sebaliknya bila rata-rata curah hujannya terlalu tinggi, tanaman juga sulit melakukan penyerbukan Palungkun, 1999.
Tanaman kelapa dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik tanah alluvial,
laterit, berpasir, tanah liat, maupun tanah berbatu. Namun tanah yang baik untuk tanaman kelapa adalah tanah alluvial. Derajat kemasaman pH tanah yang terbaik
untuk pertumbuhan kelapa adalah 6,5-7,5. Namun demikian kelapa masih dapat tumbuh pada tanah yang mempunyai pH 5-8 Palungkun, 1999.
Pada mulanya hanya ada dua varietas kelapa yang dikenal, yaitu varietas dalam
tall variety dan varietas genjah dwarf varety. Kelapa varietas dalam diantaranya adalah kelapa dalam afrika barat west African tall kelapa dalam bali,
kelapa dalam palu, dan kelapa dalam tenga. Sedangkan varietas genjah diantaranya adalah kelapa genjah nias kuning nias yellow dwarf, kelapa genjah
malaya kuning Malaya yellow dwarf, dan kelapa genjah Malaya merah Malaya
Universitas Sumatera Utara
red dwarf . Dengan perkembangan ilmu pemuliaan tanaman, maka muncul lagi
varietas baru, yaitu kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan antara varietas genjah ibu dengan varietas dalam bapak Palungkun, 1999.
Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia.
Kelapa dikenal sebagai tanaman serba guna karena seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia. Berikut adalah bagian-bagian dari pohon
kelapa yang bisa dimanfaatkan oleh manusia : 1
Daging buah Daging buah kelapa bisa diolah menjadi produk kebutuhan rumah tangga
seperti bumbu dapur, santan, kopra, minyak kelapa, dan kelapa parut kering. 2
Air Air kelapa dapat digunakan untuk berbagai keperluan, selain sebagai penyegar
tenggorokan, juga dapat diolah menjadi sirup, nata de coco, dan lain-lain. 3
Batang Batang tanaman yang sudah tua dapat digunakan untuk bahan bangunan,
jembatan, kerangka papan perahu, atau kayu bakar. Agar dapat digunakan sebagai bahan bangunan, batang kelapa dibelah dahulu menjadi beberapa
bagian, kemudian dihaluskan hingga menyerupai balok-balok atau silinder. 4
Tempurung Tempurung kelapa dimanfaatkan untuk berbagai industri, seperti arang
tempurung dan karbon aktif yang berfungsi untuk mengabsorbsi gas dan uap.
5 Daun
Universitas Sumatera Utara
Daun-daun yang muda sering dipakai sebagai hiasan janur atau bungkus ketupat, sedangkan yang tua dijadikan atap, lidinya untuk sapu, tusuk sate dan
lain-lain. 6
Bunga Bunga kelapa yang belum mekar dapat disadap untuk menghasilkan nira
kelapa. Nira ini bermanfaat untuk berbagai produk, antara lain gula kelapa, asam cuka, nata de coco dan lain-lain.
7 Sabut
Sabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri, seperti karpet, keset, sikat, bahan pengisi jok mobil, tali
dan lain-lain. Palungkun, 1999
2.1.2. Tinjauan Sosial Ekonomi Kopra
Kopra adalah daging buah yang dikeringkan. Kopra merupakan salah satu produk turunan kelapa yang sangat penting. Pada tahun 2005 volume ekspor kopra
hampir mencapai 50 ribu ton, dan nilai ekspor kopra menempati peringkat tiga setelah minyak kelapa dan minyak goreng dalam volume dan nilai ekspor produk
turunan kelapa Jai, 2011. Ekspor kelapa dalam bentuk kopra pertama kali dilakukan pada tahun 1884 tanpa
campur tangan pemerintah Belanda. Barulah di tahun 1915 hak monopoli perdagangan kopra diberikan kepada Moluksche Handel Mij. Setelah terjadi
perang di Eropa, pemerintah Belanda pada tahun 1940 mengubahnya menjadi Het Copra Fonds
dengan hak monopoli perdagangan kopra khususnya di daerah
Universitas Sumatera Utara
wilayah Indonesia Timur. Kelembagaan ini menyediakan rumah pengasapan kopra yang disebut “Keur Master”. Keberadaan lembaga ini baik struktur dan
fungsinya tidak mewakili kepentingan petani sebagai produsen kopra. Pendudukan Jepang di Indonesia mengubah lembaga ini dengan nama “Jajasan
Kopra” Dewan Kelapa Indonesia, 2009. Kopra menjadi tanaman unggulan di beberapa daerah seperti Lampung,
Makasar, Maluku dll. Adapun Sentra produksi kopra berada di daerah Riau, Jambi, Lampung, Bangka Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Makasar,
Manado, Gorontalo, Donggala, Toli-toli, Bali, Lombok dan Maluku. Daerah sentra penghasil kopra di Bangka Tengah yakni Desa Kurau dan Penyak. Di
daerah seperti Manggarai, Maumere, Bajawa, Ende hingga Larantuka merupakan sentra poduksi yang cukup besar. Rata-rata produksinya bisa mencapai 300 ton
tiap bulan Suhardiyono, 1988. Karakteristik produk pertanian yaitu:
1 Perishable goods product artinya produk pertanian yang mudah busuk, rusak
atau tidak tahan lama. Misalnya sayur-sayuran, buah-buahan, ikan yang dihasilkan di panen di tangkap pada pagi hari hanya beberapa jam saja
sudah layu, layu berarti penurunan kualitas dan efeknya, harga jual jadi turun. Sifat mudah rusak ini yang membuat hasil-hasil pertanian di dalam
pengangkutannya banyak mengalami kerusakan layu, pecah dan sebagainya. 2
Seasonal product Berproduksi secara musiman artinya dihasilkan secara musiman sehingga untuk meningkatkan produksi tidak dapat dilakukan
sehendak orang. Produk pertanian dikatakan bersifat musiman dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
ketika panen raya, produksi pertanian meningkat sementara permintaan pasar tidak mengalami peningkatan, sehingga harga jual rendah dan petani
mengalami kerugian. 3
Bulky atau voluminous product. Yang berarti produk usahatani pertanian sifatnya memakan ruangan atau tempat yang relatif besar sedangkan nilai
produk itu sendiri relatif rendah. Sihombing, 2011.
Karakteristik produksi pertanian yaitu :
1 Varying cost of production biaya produksi yang bermacam-macam
Adapun produksi dari hasil pertanian juga memiliki biaya produksi yang beraneka ragam yang mana juga memiliki produk olahan jadi.
2 Quality variation variasi mutunya sangat tinggi
Hasil produksi pertanian juga memiliki mutu yang harga untuk dikembangkan sebagai hasil industri yang mana harus memenuhi syarat mutu yang diminta
dari segi fisik bentuk, tingkat kematangan, kebersihan warna, organoleptik warna, rasa, aroma, dan kimia kadar air dan kandungan mikroba. Sehingga
hasil produk olahan tersebut dapat dikonsumsi masyarakat dan dapat diekspor 3
Geographic concentration of production konsentrasi geografi produksi Konsentrasi geografis produksi dimaksudkan bahwa pada pemakaian produk,
sikap terhadap produk yang artinya bahwa produk pertanian memiliki keunggulan masing-masing.
Sihombing, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Petani kopra selama ini masih jauh dari sejahtera. Setiap hari mereka memproduksi kopra, hanya untuk melunasi hutang-hutangnya. Uang yang
diperoleh oleh petani kopra memang tidak mencukupi untuk dapat hidup layak, untuk menyekolahkan anak-anaknya, untuk mendapatkan perawatan kesehatan
yang maksimal. Petani selalu terjerat oleh kopra yang dihargai sangat rendah. Selama ini petani belum ada alternatif lain untuk mengolah daging kelapa
selain menjadi kopra, kopra inilah selama ini yang menjadi andalan penghidupan petani Mashuri, 2010.
Karakteristik petani kopra meliputi umur, pengalaman dan pendidikan formal yang pernah diikuti. Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
kemampuan kerja seseorang. Umur sangat berhubungan erat dengan kemampuan fisik petani dalam mengerjakan usahataninya. Umumnya semakin bertambah
umur seseorang akan diikuti dengan semakin menurunnya kemampuan fisiknya
untuk mengerjakan pekerjaan dibebankan kepadanya. Data umur dapat dipakai sebagai dasar untuk mengelompokkan petani ke dalam kelompok umur produktif
atau kelompok umur yang sudah tidak produktif lagi Patty, 2010. Pengalaman berusahatani yaitu lamanya petani menekuni kegiatan usahataninya.
Petani yang telah memiliki pengalaman kerja yang lebih, biasanya akan memberikan hasil dan kemampuan kerja yang lebih baik dibandingkan dengan
yang belum berpengalaman. Umumnya petani telah mengenal metode pengolahan kopra sejak masih muda, karena pengolahan kopra pada usahatani kelapa
rakyat merupakan hal yang ditekuni secara turun temurun dengan teknologi yang
Universitas Sumatera Utara
masih sangat tradisional. Ini menyebabkan faktor pengalaman akan sangat penting artinya bagi petani Patty, 2010.
Tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi keberhasilan usahatani yang
dijalankannya. Umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan petani, akan semakin mudah menerima dan menerapkan teknologi baru dalam usahatani, sehingga
diharapkan tingkat keberhasilan usahatani dapat ditingkatkan. Secara umum petani pernah mengikuti pendidikan formal, meskipun terbatas pada pendidikan
dasar dan menengah Patty, 2010.
2.1.3. Teknis Pengolahan Kopra Dari Buah Kelapa
Salah satu hasil olahan kelapa yang banyak diusahakan oleh masyarakat indonesia adalah kopra. Komoditi ini umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan
minyak kelapa. Kopra dihasilkan dari daging buah kelapa yang dikeringkan. Daging buah kelapa tua segar mempunyai kandungan air sekitar 50 dan lemak
30. Setelah menjadi kopra kandungan lemaknya menjadi 60-65, air 5-7, zat organis karbohidrat, selulose, protein 20-30, dan mineral 2-3
Palungkun, 1999. Sebelum dilakukan pengolahan kopra, buah kelapa yang baru dipetik disimpan
dulu selama beberapa hari. Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan penyimpanan buah kelapa antara lain :
1 Pengupasan sabut menjadi lebih mudah
2 Daging buah kelapa menjadi keras, sehingga kopra yang dihasilkan
berkualitas baik
Universitas Sumatera Utara
3 Tempurung menjadi lebih kering, sehingga pada waktu dibakar tidak banyak
menimbulkan asap. Suhardiyono, 1988.
Tahapan-tahapan pembuatan kopra adalah sebagai berikut :
1 Pengupasan sabut
Pengupasan sabut dilakukan dengan menggunakan alat yang terbuat dari besi berbentuk seperti linggis. Pengupasan dilakukan sampai bagian demi bagian
sabutnya dikupas sehingga diperoleh kelapa butir. 2
Pembelahan kelapa butiran Pembelahan butiran kelapa dilakukan dengan golok atau kampak. Air
kelapanya ditampung dan digunakan untuk diproses dan menghasilkan produk lain.
3 Pengeringan
Buah kelapa yang sudah dibelah harus segera dikeringkan. Jika tetap berair permukaan daging buah akan berlendir dan berwarna kuning. Cara
pengeringan buah kelapa digolongkan dalam 2 cara, yaitu pengeringan dengan sinar matahari dan pengeringan buatan.
a Pengeringan menggunakan sinar matahari
Pengeringan daging buah kelapa menurut cara ini dilakukan dengan menjemur daging buah kelapa secara langsung di bawah terik matahari selama 3-5 hari,
apabila cuaca cerah dan pengeringan berjalan dengan baik, maka kopra yang dihasilkan berwarna putih segar. Biasanya pengeringan lanjutan dilakukan
secara buatan terutama apabila cuaca buruk. Pengeringan dapat berlangsung selama 7-9 hari.
Universitas Sumatera Utara
b Pengeringan buatan
Cara pengeringan ini umumnya digunakan pada daerah-daerah yang curah hujannya tinggi dan sering terjadi cuaca buruk. Umumnya pengeringan buatan
dilakukan dengan 2 cara yaitu: -
Pengeringan dengan panas api atau pengasapan langsung Pada pengeringan ini, daging buah akan mengadakan kontak langsung dengan
gas-gas atau panas yang timbul dari pembakaran yang berasal dari sumber api. Biasanya cara ini disebut dengan pengasapan. Pengasapan dapat dilakukan
diruangan terbuka atau tertutup. -
Pengeringan dengan panas tidak langsung Pada pengeringan ini, daging buah tidak berhubungan langsung dengan
sumber panas. Pengeringan dilakukan di dalam ruang pengering yang dilengkapi pipa pemanas dan plat pemanas. Cara ini hanya membutuhkan
waktu 1-2 hari saja dan kualitas kopra yang diperoleh pun cukup baik karena tidak berbau asap. Ruang yang digunakan untuk pemanasan terdiri dari 2
macam yaitu : lade oven yaitu ruangan tempat pengeringan yang tertutup dan kedalamnya dialirkan panas. Kopra yang masih basah disusun dalam kotak-
kotak yang telah tersedia. Pemanasan dilakukan dengan suhu 40-80°C. dan plaat oven adalah ruangan pengeringan yang berupa dapur setinggi 1 m yang
di atasnya terdapat besi plat yang berlubang-lubang. Pada dapur tersebut dibuatkan cerobong asap. Sehingga ketika pengeringan asap akan keluar
melalui cerobong dan panas keluar melalui plat besi. Palungkun, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya penilaian kopra dilakukan berdasarkan atas : -
Warna : putih, sehingga kandungan asam lemak bebasnya rendah dan minyak yang diperoleh berkualitas baik
- Besar dan tebal : semakin besar dan tebal kopranya semakin baik. Kopra yang
cukup besar dan tebal diharapkan menghasilkan minyak yang lebih banyak -
Kebersihan : kopra bersih dan bebas kotoran seperti arang, hangus, dan kotoran yang ikut saat pengangkutan dan penyimpanan.
- Kadar air : kadar air harus rendah dan bebas dari cendawan. Kopra yang
cukup kering kadar airnya 5-7. Palungkun, 1999.
Dalam perdagangan kopra internasional belum ditetapkan standar mutu kopra.
Mutu kopra biasanya merupakan kesepakatan antara produsen dan pembeli. Di Indonesia mutu kopra ditentukan berdasarkan Standar Industri Indonesia sebagai
berikut : -
Mutu A mengandung : Air maksimum 5, Lemak maksimum 65, Asam lemak bebas maksimum 5, tidak mengandung bagian berjamur dan berulat
lebih dari 8 -
Mutu B mengandung : Air maksimum 5, Lemak maksimum 60, Asam lemak bebas maksimum 5, tidak mengandung bagian berjamur dan berulat
lebih dari 8 -
Mutu C adalah kopra yang tidak memeluhi syarat untuk mutu A dan mutu B. tidak mengandung bagian berjamur dan berulat lebih dari 8.
Suhardiman, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Mutu kopra yang dihasilkan oleh produsen di daerah pedesaan, terutama di daerah sentra produksi kopra belumlah memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan di
dalam Standar Industri Indonesia, terutama yang menyangkut kadar air dan kadar lemaknya. Keengganan para produsen di daerah pedesaan ini untuk meningkatkan
mutu kopra pada umumnya disebabkan oleh tidak adanya premi atau perbedaan harga yang wajar antara kopra yang bermutu baik dan kopra yang bermutu rendah
Suhardiyono, 1988.
2.2. Landasan Teori
Komoditi pertanian pada umumnya dihasilkan sebagai bahan mentah dan mudah rusak perishable, sehingga perlu penyimpanan, perawatan dan pengolahan.
Proses pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan guna komoditi pertanian. Salah satu konsep yang sering digunakan membahas pengolahan komoditi ini
adalah nilai tambah Soekartawi, 2002. Komponen pengelolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan
sebagai berikut: 1
Meningkatkan nilai tambah Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh
produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas
pengolahan pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain. Bagi pengusaha, kegiatan
pengolahan menjadi kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik
Universitas Sumatera Utara
maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.
2 Kualitas hasil
Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan
keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi
harga barang itu sendiri. 3
Penyerapan tenaga kerja Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap.
Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan.
4 Meningkatkan keterampilan
Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh
hasil penerimaan usahatani yang lebih besar. 5
Peningkatan pendapatan Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total
penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan hasil
penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar. Soekartawi, 1999.
Pada pengolahan hasil pertanian dapat dikatakan juga adanya diversifikasi vertikal
yaitu kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan memasukkan tambahan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan atau perlakuan terhadap komoditas setelah panen, sehingga para petaniprodusen bersangkutan dapat memperoleh nilai tambah dari komoditas
yang dihasilkan. Melalui kegiatan ini penyimpanan, pengeringan, pengolahan, pengangkutan, nilai tambah yang semula dinikmati oleh pihak lain pengolah,
pedagang sekarang diterima oleh petani produsen bersangkutan, sehingga dengan demikian pendapatan petani dapat ditingkatkan Suryana, 1995.
Peningkatan nilai tambah dari suatu produk agribisnis pada dasarnya tidak
terlepas dari aplikasi teknologi yang tepat dan sistem manajemen yang professional. Besarnya nilai tambah tergantung dari teknologi yang digunakan
dalam proses produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut terhadap produk yang dihasilkan. Suatu perusahaan dengan teknologi yang lebih baik akan
meningkatkan produk dengan kualitas yang lebih baik pula, sehingga harga produk olahan akan lebih tinggi dan akhirnya akan memperbesar nilai tambah
yang diperoleh Suryana, 1995. Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses
pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai
produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan
bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan
Hayami et al., 1987.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hayami et al. 1987, ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah
kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja,
harga bahan baku, dan nilai input lain. Perhitungan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan suatu produk
dapat menggunakan Metode Hayami. Kelebihan dari analisis nilai tambah dengan menggunakan Metode Hayami adalah pertama, dapat diketahui besarnya nilai
tambah, nilai output, dan produktivitas, kedua, dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi, serta ketiga, prinsip nilai tambah
menurtu Hayami dapat diterapkan untuk subsistem lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran Suprapto, 2006.
Suatu agroindustri diharapkan mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi
selain mampu untuk memperoleh keuntungan yang berlanjut. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan merupakan selisih antara nilai komoditas yang
mendapat perlakuan pada suatu tahap dengan nilai korbanan yang harus dikeluarkan selama proses produksi terjadi. Nilai tambah yang diperoleh lebih
dari 50 maka nilai tambah dikatakan besar dan sebaliknya, nilai tambah yang diperoleh kurang dari 50 maka nilai tambah dikatakan kecil Sudiyono, 2004.
Agroindustri pengolahan kopra merupakan pengolahan hasil produk olahan
sehingga agroindustri adalah bagian dari subsistem agribisnis. Agroindustri adalah
Universitas Sumatera Utara
industri yang berbahan baku utama dari industri pertanian. Agroindustri pada konteks ini menekankan pada food processing management dalam suatu produk
olahan, yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian. Dalam lingkup agroindustri ini digunakan teknologi untuk mampu memberikan nilai tambah yang
relatif tinggi terhadap produk yang dihasilkan Husodo dkk, 2004. Pemasaran adalah suatu proses sosial dengan individu dan kelompok dengan
kebutuhan dan keinginan dalam menciptakan, penawaran, dan perubahan nilai barang dan jasa secara bebas dengan lainnya Kotler, 1993.
Rangkaian proses penyaluran produk dari produsen hingga sampai ke konsumen
akhir disebut saluran pemasaran. Saluran pemasaran menurut bentuknya dibagi dua yaitu :
a Saluran distribusi langsung direct channel of distribution yaitu penyaluran
barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen dengan tidak melalui perantara, seperti penjualan di tempat produksi, penjualan di tokogerai
produsen, penjualan dari pintu ke pintu, penjualan melalui surat. b
Saluran distribusi tak langsung indirect channel of distribution yaitu bentuk saluran distribusi yang menggunakan jasa perantara dan agen untuk
menyalurkan barang atau jasa kepada konsumen Rahim, 2008.
Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil komoditas
pertanian tergantung pada beberapa faktor yaitu : 1
Jarak antara produsen dan konsumen
Universitas Sumatera Utara
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, semakin panjang saluran yang ditempuh produk
2 Cepat tidaknya produk rusak
Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen dan dengan demikian menghendaki saluran pemasaran yang pendek dan cepat.
3 Skala produksi
Bila produksi berlangsung dengan ukuran-ukuran kecil, maka jumlah yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal ini tidak akan menguntungkan bila
produsen langsung menjual ke pasar 4
Posisi keuangan pengusaha Produsen yang mempunyai modal yang banyak cenderung untuk
memperpendek saluran pemasaran Rahim, 2008.
Menurut Rahim 2008, Salah satu karakteristik produk pertanian adalah
perishable yang artinya produk pertanian yang mudah busuk, rusak atau tidak
tahan lama. Kopra merupakan produk pertanian yang tidak mudah busuk, tahan lama dan dapat disimpan.
Kopra adalah produk pertanian yang sedikit diusahakan oleh masyarakat lainnya.
Pemasaran kopra tertutup karena banyak yang tidak tahu. Struktur pasar pemasaran kopra ini adalah pasar Oligopoli. Pasar oligopoli adalah pasar yang
didalamnya terdapat beberapa penjual terhadap satu komoditi sehingga tindakan satu penjual akan mempengaruhi tindakan penjual lainnya. Sifat ini menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
setiap perusahan harus mengambil keputusan dengan hati-hati dalam mengubah harga, bentuk barang, corak produksi dan sebagainya Pratama, 2009.
Dalam sistem pemasaran hasil pertanian ada tiga kelompok perantara yang
terlibat: pengumpul, pedagang besar, dan pedagang eceran. Dengan demikian, tingginya marjin pemasaran melalui lembaga pemasaran akan berhubungan
dengan kebijaksanaan pedagang perantara yang terlibat. Dilihat dari fungsinya, pedagang tersebut terlibat dalam pelaksanaan fungsi pemasaran baik fungsi
pertukaran seperti penjualan dan pembelian, fungsi fisik seperti pengangkutan dan penyimpanan, maupun fungsi fasilitas seperti standarisasi, penggunaan resiko,
informasi harga dan penyediaan dana Ginting, 2006. Marketing pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi pemasaran
dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran. Setiap lembaga pemasaran biasanya melakukan fungsi-fungsinya yang berbeda sehingga share margin
diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat akan berbeda Sudiyono, 2004.
Biaya pemasaran komoditas pertanian merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan atau aktivitas usaha pemasaran komoditas pertanian. Biaya pemasaran komoditas pertanian meliputi biaya transportasi, atau biaya angkut, biaya
pungutan retribusi, dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh lokasi pemasaran, macam lembaga pemasaran
pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan sebagainya dan efektifitas pemasaran yang dilakukan, serta macam komoditasnya Rahim, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat, semakin panjang rantai tata niaga dan semakin besar biaya pemasaran komoditi tersebut. Secara teknis dapat
dikatakan bahwa semakin pendek rantai tata niaga suatu barang hasil pertanian maka :
a Biaya tata niaga semakin rendah
b Margin tata niaga juga semakin rendah
c Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah
d Harga yang diterima produsen semakin tinggi
Daniel, 2002. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen
dengan harga yang diterima oleh produsen. Perhitungan margin pemasaran digunakan untuk melihat setiap saluran pemasaran aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yang mengakibatkan adanya perbedaan harga ditingkat produsen dan di tingkat
konsumen Sudiyono, 2004. Margin pemasaran dapat tersusun melalui kurva permintaan dan kurva penawaran,
karena melalui mekanisme permintaan dan penawaran akan terbentuk harga di tingkat pengecer dan harga di tingkat produsen Sihombing, 2011. Berikut adalah
kurva permintaan primer dan turunan, kurva penawaran primer dan turunan serta margin pemasaran
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Kurva permintaan primer dan turunan, kurva penawaran primer dan turunan serta margin pemasaran
Dari gambar di atas ditunjukkan bahwa kurva permintaan primer yang berpotongan dengan kurva penawaran turunan membentuk harga di tingkat
pengecer Pr, sedangkan kurva permintaan turunan berpotongan dengan kurva penawaran primer membentuk harga di tingkat petani Pf. Margin tata niaga
merupakan selisih harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani M = Pr – Pf dengan asumsi jumlah produk yang ditransaksikan di tingkat
petani sama dengan jumlah produk di tingkat pengecer yaitu sebesar Q Sihombing, 2011.
Price spread adalah perbedaan harga dari barang yang sama yang berada pada 2
middleman atau pedagang perantara yang berbeda. Price spread ataupun margin yang diterima oleh petani dari harga konsumen merupakan suatu indikator umum
dalam mengukur tingkat kesejahteraan kemakmuran petani Sihombing, 2011. Elastisitas transmisi merupakan perbandingan perubahan nisbi dari harga di
daerah pengecer dengan perubahan harga ditingkat petani. Pada umumnya nilai elastisitas transmisi lebih kecil daripada satu, yang artinya pada volume dan harga
Pr Pf
Q Jumlah Q
Kurva Permintaan Primer Kurva Permintaan Turunan
Kurva Penawaran Primer Mo
Kurva Penawaran Turunan
Universitas Sumatera Utara
input konstan maka perubahan nisbi harga ditingkat pengecer tidak akan melebihi perubahan nisbi harga ditingkat petani Sudiyono, 2004.
Sistem tata niaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu mampu
menyampaikan hasil-hasil dari petani kepada konsumen dengan biaya semurah- murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga
yang dibayarkan konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang tersebut Mubyarto, 1989.
Cara-cara mempertinggi efisiensi tata niaga dalam mengurangi ongkos tata niaga
yaitu dengan menentukan besar dan jumlah perusahaan-perusahaan yang melakukan fungsi tata niaga dalam tingkat optimum, sehingga ongkos akan lebih
minim atau tetap sehingga efisien dan memperbaiki cara kerja dari masing-masing lembaga dalam penjualan harga Sihombing, 2011.
Cara-cara memperbaiki efisiensi tata niaga dengan mengurangi profit yaitu
dengan mengurangi kemungkinan adanya resiko bidang teknis seperti: packing, handling
, transport, dan lain-lain yang lebih baik dan mengurangi profit bahan- bahan tata niaga itu sendiri Sihombing, 2011.
2.3. Kerangka Pemikiran