Tinjauan Sosial Ekonomi Kopra

Daun-daun yang muda sering dipakai sebagai hiasan janur atau bungkus ketupat, sedangkan yang tua dijadikan atap, lidinya untuk sapu, tusuk sate dan lain-lain. 6 Bunga Bunga kelapa yang belum mekar dapat disadap untuk menghasilkan nira kelapa. Nira ini bermanfaat untuk berbagai produk, antara lain gula kelapa, asam cuka, nata de coco dan lain-lain. 7 Sabut Sabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri, seperti karpet, keset, sikat, bahan pengisi jok mobil, tali dan lain-lain. Palungkun, 1999

2.1.2. Tinjauan Sosial Ekonomi Kopra

Kopra adalah daging buah yang dikeringkan. Kopra merupakan salah satu produk turunan kelapa yang sangat penting. Pada tahun 2005 volume ekspor kopra hampir mencapai 50 ribu ton, dan nilai ekspor kopra menempati peringkat tiga setelah minyak kelapa dan minyak goreng dalam volume dan nilai ekspor produk turunan kelapa Jai, 2011. Ekspor kelapa dalam bentuk kopra pertama kali dilakukan pada tahun 1884 tanpa campur tangan pemerintah Belanda. Barulah di tahun 1915 hak monopoli perdagangan kopra diberikan kepada Moluksche Handel Mij. Setelah terjadi perang di Eropa, pemerintah Belanda pada tahun 1940 mengubahnya menjadi Het Copra Fonds dengan hak monopoli perdagangan kopra khususnya di daerah Universitas Sumatera Utara wilayah Indonesia Timur. Kelembagaan ini menyediakan rumah pengasapan kopra yang disebut “Keur Master”. Keberadaan lembaga ini baik struktur dan fungsinya tidak mewakili kepentingan petani sebagai produsen kopra. Pendudukan Jepang di Indonesia mengubah lembaga ini dengan nama “Jajasan Kopra” Dewan Kelapa Indonesia, 2009. Kopra menjadi tanaman unggulan di beberapa daerah seperti Lampung, Makasar, Maluku dll. Adapun Sentra produksi kopra berada di daerah Riau, Jambi, Lampung, Bangka Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Makasar, Manado, Gorontalo, Donggala, Toli-toli, Bali, Lombok dan Maluku. Daerah sentra penghasil kopra di Bangka Tengah yakni Desa Kurau dan Penyak. Di daerah seperti Manggarai, Maumere, Bajawa, Ende hingga Larantuka merupakan sentra poduksi yang cukup besar. Rata-rata produksinya bisa mencapai 300 ton tiap bulan Suhardiyono, 1988. Karakteristik produk pertanian yaitu: 1 Perishable goods product artinya produk pertanian yang mudah busuk, rusak atau tidak tahan lama. Misalnya sayur-sayuran, buah-buahan, ikan yang dihasilkan di panen di tangkap pada pagi hari hanya beberapa jam saja sudah layu, layu berarti penurunan kualitas dan efeknya, harga jual jadi turun. Sifat mudah rusak ini yang membuat hasil-hasil pertanian di dalam pengangkutannya banyak mengalami kerusakan layu, pecah dan sebagainya. 2 Seasonal product Berproduksi secara musiman artinya dihasilkan secara musiman sehingga untuk meningkatkan produksi tidak dapat dilakukan sehendak orang. Produk pertanian dikatakan bersifat musiman dikarenakan Universitas Sumatera Utara ketika panen raya, produksi pertanian meningkat sementara permintaan pasar tidak mengalami peningkatan, sehingga harga jual rendah dan petani mengalami kerugian. 3 Bulky atau voluminous product. Yang berarti produk usahatani pertanian sifatnya memakan ruangan atau tempat yang relatif besar sedangkan nilai produk itu sendiri relatif rendah. Sihombing, 2011. Karakteristik produksi pertanian yaitu : 1 Varying cost of production biaya produksi yang bermacam-macam Adapun produksi dari hasil pertanian juga memiliki biaya produksi yang beraneka ragam yang mana juga memiliki produk olahan jadi. 2 Quality variation variasi mutunya sangat tinggi Hasil produksi pertanian juga memiliki mutu yang harga untuk dikembangkan sebagai hasil industri yang mana harus memenuhi syarat mutu yang diminta dari segi fisik bentuk, tingkat kematangan, kebersihan warna, organoleptik warna, rasa, aroma, dan kimia kadar air dan kandungan mikroba. Sehingga hasil produk olahan tersebut dapat dikonsumsi masyarakat dan dapat diekspor 3 Geographic concentration of production konsentrasi geografi produksi Konsentrasi geografis produksi dimaksudkan bahwa pada pemakaian produk, sikap terhadap produk yang artinya bahwa produk pertanian memiliki keunggulan masing-masing. Sihombing, 2011. Universitas Sumatera Utara Petani kopra selama ini masih jauh dari sejahtera. Setiap hari mereka memproduksi kopra, hanya untuk melunasi hutang-hutangnya. Uang yang diperoleh oleh petani kopra memang tidak mencukupi untuk dapat hidup layak, untuk menyekolahkan anak-anaknya, untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang maksimal. Petani selalu terjerat oleh kopra yang dihargai sangat rendah. Selama ini petani belum ada alternatif lain untuk mengolah daging kelapa selain menjadi kopra, kopra inilah selama ini yang menjadi andalan penghidupan petani Mashuri, 2010. Karakteristik petani kopra meliputi umur, pengalaman dan pendidikan formal yang pernah diikuti. Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan kerja seseorang. Umur sangat berhubungan erat dengan kemampuan fisik petani dalam mengerjakan usahataninya. Umumnya semakin bertambah umur seseorang akan diikuti dengan semakin menurunnya kemampuan fisiknya untuk mengerjakan pekerjaan dibebankan kepadanya. Data umur dapat dipakai sebagai dasar untuk mengelompokkan petani ke dalam kelompok umur produktif atau kelompok umur yang sudah tidak produktif lagi Patty, 2010. Pengalaman berusahatani yaitu lamanya petani menekuni kegiatan usahataninya. Petani yang telah memiliki pengalaman kerja yang lebih, biasanya akan memberikan hasil dan kemampuan kerja yang lebih baik dibandingkan dengan yang belum berpengalaman. Umumnya petani telah mengenal metode pengolahan kopra sejak masih muda, karena pengolahan kopra pada usahatani kelapa rakyat merupakan hal yang ditekuni secara turun temurun dengan teknologi yang Universitas Sumatera Utara masih sangat tradisional. Ini menyebabkan faktor pengalaman akan sangat penting artinya bagi petani Patty, 2010. Tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi keberhasilan usahatani yang dijalankannya. Umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan petani, akan semakin mudah menerima dan menerapkan teknologi baru dalam usahatani, sehingga diharapkan tingkat keberhasilan usahatani dapat ditingkatkan. Secara umum petani pernah mengikuti pendidikan formal, meskipun terbatas pada pendidikan dasar dan menengah Patty, 2010.

2.1.3. Teknis Pengolahan Kopra Dari Buah Kelapa

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani Dan Prospek Pengembangan Kopra

28 245 101

Analisis Strategi Peningkatan Produksi Komoditi Kakako Rakyat di Kecamatan Silau Laut (Studi Kasus : Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 14

Analisis Strategi Peningkatan Produksi Komoditi Kakako Rakyat di Kecamatan Silau Laut (Studi Kasus : Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara)

0 1 1

Analisis Strategi Peningkatan Produksi Komoditi Kakako Rakyat di Kecamatan Silau Laut (Studi Kasus : Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara)

0 2 9

Analisis Strategi Peningkatan Produksi Komoditi Kakako Rakyat di Kecamatan Silau Laut (Studi Kasus : Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara)

0 1 17

Analisis Strategi Peningkatan Produksi Komoditi Kakako Rakyat di Kecamatan Silau Laut (Studi Kasus : Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 2

Analisis Strategi Peningkatan Produksi Komoditi Kakako Rakyat di Kecamatan Silau Laut (Studi Kasus : Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 27

Analisis Nilai Tambah Dan Pemasaran Kopra (Studi Kasus : Desa Silo Baru Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan)

0 0 30

Analisis Nilai Tambah Dan Pemasaran Kopra (Studi Kasus : Desa Silo Baru Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan)

0 2 11

ANALISIS USAHATANI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN KOPRA (Studi Kasus: Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan) SKRIPSI

0 12 11