Jenis-jenis budaya sekolah dan karakteristiknya
8 Humor. Kepedulian diekspresikan melalui candaan kidding dan gurauan joking yang penuh perasaan.
9 Shared decision making by all participants. Seluruh partisipan yang menjalankan
keputusan dilibatkan
dalam membuat
dan mengimplementasikan keputusan.
10 Shared vision. Seluruh partisipan memahami apa yang penting dan menghindari tugas-tugas yang sepele.
11 Traditions. Sekolah memiliki perayaan-perayaan dan ritual-ritual yang identifiable, karena penting bagi komunitas sekolah.
12 Open and honest comunications. Informasi-informasi mengalir di seluruh organisasi baik formal maupun informal. Setiap orang menerima
informasi berdasarkan “need-to-know”. 13 Metaphors and stories. Bukti perilaku dikomunikasikan dan
dipengaruhi oleh perumpamaan imagery internal. Karakteristik-karakteristik tersebut merupakan landasan yang dapat
dijadikan sebagai acuan atau indikator untuk menentukan bagaimana budaya dalam sebuah sekolah, 13 karakteristik tersebut merupakan bagian
dari tiga tipe perilaku behaviour atau tiga indikator utama budaya sekolah. Ketiga indikator tersebut adalah 1 Professional Collaboration, 2
Affilition, 3 Efficacy dan Self Determination. Professional Collaboration, yakni para guru dan staf yang lain bertemu
secara reguler
untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan instruksional, organisasi dan atau kurikulum. Affiliation dan Collegiality,
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang bekerja bersama, saling mendukung satu dan lainnya, merasa bernilai dan terlibat, dan memiliki
rasa kekeluargaan dan saling memiliki. Efficacy dan Self-Determination, orang-orang dalam hal ini memiliki perasaan akan kepuasan karir dan tidak
memandang diri mereka sebagai musuh dari sebuah birokrasi Budaya sekolah itu sendiri menurut Rahmani Abdi Peterson, 2002 ada
dua jenis, yaitu budaya “positif’ dan budaya “negatif”. Rahmani Abdi menyatakan bahwa sekolah dengan budaya yang positif akan mendukung
pengembangan profesional diantara guru-guru, adanya rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran siswa, dan adanya atmosper yang positif dan peduli’
dan sebaliknya sekolah dengan budaya negatif, hubungan diantara guru sering terjadi konflik, para staf tidak percaya kemampuan siswa untuk
mencapai kesuksesan, dan secara umum berlaku sikap negatif. Adapun karakteristik budaya sekolah yang positif dan yang negatif adalah
sebagaimana menurut Cromwell 2005 pada Tabel 1 di bawah. Tabel 1. Karakteristik Budaya Sekolah yang Positif dan Negatif
No Budaya Positif
Budaya Negatif 1.
2.
3. Merayakan keberhasilan
Menekankan prestasi dan kerjasama
Membantu perkembangan komitmen staf dan
pembelajaran siswa Menyalahkan siswa jika terjadi
kemunduran. Menyepelekan kerjasama.
Meningkatkan permusuhan antara staf.
Lebih dari itu, Cavanagh dan Dellar 1998:7-8 menawarkan sebuah model peningkatan sekolah melalui budaya sekolah Improvement Model of
School Culture dengan enam elemen yang juga merupakan indikator dari budaya sekolah. Keenam elemen tersebut adalah sebagai berikut:
1 Professional values, menyangkut tentang pentingnya institusi sosial
pendidikan dan kebutuhan terhadap pertumbuhan sekolah yang berdasarkan pada prinsip-prinsip “pedagogical”.
2 An emphasis on learning, menciptakan “learning community”
sebagai sebuah komitmen terhadap pertumbuhan sekolah dan peningkatan “outcomes”siswa.
3 Collegiality, memberikan wewenang kepada guru untuk melakukan
keputusan-keputusan profesional melalui pengembangan hubungan interpersonal yang suportip.
4 Collaboration, interaksi antara para guru, dimana informasi
digunakan secara bersama-sama sebagai bahan operasional sekolah seperti program instruksional.
5 Shared planning, proses kolektif dimana visi bersama sekolah
diaktualisasikan melalui perencanaan yang logis. 6
Transformational leaders, membagi kekuasaan dan memfasilitasi proses pengembangan sekolah yang melibatkan potensi manusia
human potential dan komitmen para guru.