Penelitian yang Relevan Cara mengembangkan budaya sekolah

oleh siswa, tetapi yang utama dan pertama adalah oleh guru. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kedisplinan guru dan siswa berpengaruh dalam menciptakan kultur sekolah yang kuat. 2. Penelitian tentang kultur sekolah yang dilakukan pada SMP Negeri dan Swasta di Kota Pangkal Pinang oleh Tarmidzi tahun 2005, menunjukkan bahwa penanaman kultur sekolah memiliki peran strategis dalam upaya peningkatan kinerja sekolah, baik siswa maupun guru. Setelah dilakukan upaya pengembangan kultur sekolah dari tatanan nilai-nilai keunggulan dan keseharian komunikasi, motivasi berprestasi, dan keterbukaan. Terjadi perubahan yang signifikan terhadap pola dan kinerja guru dan siswa. Implikasi hasil penelitian yang dikemukakan oleh Tarmidzi adalah bahwa dengan dikembangkannya kultur sekolah, nilai-nilai keunggulan di sekolah mulai tumbuh dan keharmonisan kerjasama semakin tinggi. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Imithan berjudul “Kultur Sekolah dan Kinerja Siswa di MAN Yogyakarta III” dalam penelitian tersebut diperoleh dua temuan yaitu karakteristik kultur sekolah ini disoroti dalam beberapa aspek yaitu: sejarah, visi, core culture, dan artifak. Karakteristik kinerja siswa sekolah ini dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu: 1 siswa berkinerja tinggi, memiliki sub kultur positif, berupa asumsi bahwa memenangkan persaingan membutuhkan kesungguhan dan prestasi dan prestise adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan dipertahankan; 2 siswa berkinerja rendah, memiliki kultur negatif yang diindikasikan dengan kurangnya keseriusan dalam mengikuti pelajaran dan upaya menciptakan suasana kelas yang kondusif, pesimis untuk dapat melanjutkan studi keperguruan tinggi, menyatakan rasa minder karena ada guru yang suka mengkritik dan membandingkan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, dan disiplin berpakaian. 4. Penelitian Tarmizi 2004:124 yang berjudul “Kultur Sekolah pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama Di Kota Pangkal Pinang”. Penelitian ini melakukan pengembangan budaya sekolah pada SMP N 4, SMP Budi Mulia dan SMP Setia Utama yang ada di kota Pangkal Pinang, pengembangan yang dilakukan adalah 1 membentuk tim penyusun Daftar Usul Penilaian Angka Kredit DUPAK 2 membentuk wadah para guru berupa tim jaringan informasi KBK di sekolah 3 sosialisasi visi misi sekolah 4 mengadakan inhome training dan 5 meningkatkan kesejahteraan guru.

B. Kerangka Berfikir

Budaya sekolah dibentuk oleh norma-norma, nilai-nilai dan kepercayaan dan asumsi-asumsi dasar anggota-anggota sekolah. Untuk mengetahui budaya sekolah tidaklah mudah karena merupakan sesuatu yang abstrak. Uraian di atas menyatakan bahwa pengaruh kultur sekolah terhadap prestasi kinerja sekolah secara implisit pengaruhnya dapat dikenali melalui aspek-aspek tertentu. Sekolah sebagai suatu organisasi, di dalamnya terdiri dari anggota-anggota organisasi yang memiliki tugas, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda, tetapi pada kenyataannya kesemuannya adalah dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Masing-masing anggota organisasi dimaksud membawa kulturnya sendiri, yang dipengaruhi oleh lingkungan di mana mereka lebih lama menghabiskan waktu sehari-hari. Interaksi warga sekolah yang dilandasi motivasi, kerja keras, disiplin, dan berdasar pada nilai tertentu, merupakan hal yang sangat penting dan akan mempengaruhi bagaimana sikap dari masing-masing individu bertindak, berfikir dan berbuat. Pola yang demikian dalam waktu yang lama akan menjadi bangunan kultur sekolah. Dalam perkembangan sebuah sekolah, budaya sekolah terbentuk melalui sistem kebersamaan diantara seluruh warga sekolah. Sistem kehidupan bersama di sekolah tersebut akan menumbuhkan norma, nilai, keyakinan, serta asumsi-asumsi dasar yang menjadi kesepakatan seluruh warga sekolah. Karakteristik, norma, nilai, keyakinan, dan asumsi-asumsi dasar yang diakui dan dianut serta diterapkan sebagai sesuatu yang dianggap baik dan benar akan berbeda antara sekolah yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, profil budaya sekolah pada masing-masing sekolah tampilannya akan memiliki warna yang berbeda-beda. Budaya sekolah memiliki dua unsur pokok, yakni artifak serta nilai dan asumsi dasar. Artifak dapat diamati pada benda, simbol, dan perilaku seluruh warga sekolah. Nilai bersifat abstrak, karena itu tidak dapat diamati tetapi dapat dirasakan. Nilai ini meliputi disiplin, kerja keras, budaya mutu, tata tertib, toleransi, serta perilaku lainnya yang adadan melekat pada warga sekolah. Efektifitas dan mutu sekolah menyangkut kinerja seluruh komponen yang ada di sekolah, yakni kepala sekolah,guru, siswa, staf tata usaha serta komite sekolah, serta karyawan sekolah lainnya. Kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi memiliki peran strategis dalam membangun kultur sekolah. Pola manajerial yang diperankan oleh kepala sekolah akan membentuk dan mewarnai bangunan kultur sekolah yang bersangkutan. Setiap kebijakan yang dikembangkan yang berhubungan dengan kinerja sekolah secara utuh, baik yang menyangkut guru, siswa, tenaga administrasi, dan warga sekolah lainnya termasuk dirinya, akan terefleksi dalam kehidupan keseharian di sekolah. Internalisasi konsep tentang nilai, etika, disiplin, kerja keras, dan persaingan sehat menjadi bagian penting dalam upaya