Peran Guru dalam Pelaksanakan Budaya Sekolah
pelajaran yang kosong dengan memberikan tugas. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi kelas agar tidak kosong
sehingga siswa tetap belajar walaupun guru tidak bisa masuk. Hal ini dikemukakan oleh ST selaku Koor. BK dalam wawancara berikut:
Sebenernya selama ini kalau kita tidak bisa mengajar yang menjadi tanggung jawabnya, guru untuk memberikan tugas melalui
guru piket Hasil wawancara, 23 Januari 2012.
Hal senada juga dikemukakan oleh OK selaku wakil ketua IPM bahwa guru memberikan tugas bila guru tersebut tidak bisa mengajar
di kelas dalam wawancara berikut: Kalau guru yang tidak masuk karena ada keperluan atau sakit,
beliau memberikan tugas. Biasanya piket menyampaikan pada kelas yang kosong. Kalau untuk guru pengganti jarang pak Hasil
wawancara, 28 Januari 2012.
Selain mengefektifkan jam pelajaran yang kosong, guru juga dapat membina hubungan yang akrab dan harmonis dengan warga
sekolah. Misalnya, membina hubungan harmonis dengan guru dan karyawan dapat diwujudkan dengan silaturahmi ke rumah guru
karyawan, baik saat lebaran atau saat mendapat musibahsakit, sholat dhuhur dan ashar berjama’ah, bertegur sapa ketika bertemu.
Sedangkan keakraban dengan siswa dapat dimulai dengan budaya salaman, bertegur sapa, sharing, sholat berjama’ah, pengajian PHBI.
Hal ini dikemukakan oleh WD selaku waka ismuba dalam wawancara berikut ini:
Kalau sesama guru atau karyawan, ya silaturahim ke rumah guru karyawan, baik saat lebaran saat mendapat musibahsakit,
sholat dhuhur dan ashar berjama’ah, bertegur sapa ketika bertemu.
Begitu juga dengan siswa, keakraban dapat terjalin dengan dimulai dengan budaya salaman, bertegur sapa, sharing, sholat berjama’ah,
pengajian PHBI. Jadi setiap pagi sebelum jam pertama pelajaran masuk ada beberapa guru yang berdiri di depan menyalami siswa
yang datang Hasil wawancara, 12 Januari 2012.
Peneliti menemukan bahwa selain peran kepala sekolah, guru juga memiliki peran dalam mewujudkan budaya sekolah yang
positif. Peran guru dapat diwujudkan dengan mengefektifkan jam pelajaran yang kosong dengan memberikan tugas. Hal ini dilakukan
sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi kelas agar tidak kosong sehingga siswa tetap belajar walaupun guru tidak bisa masuk. Selain
itu, guru juga dapat membina hubungan yang akrab dan harmonis dengan warga sekolah. Misalnya, membina hubungan harmonis
dengan guru dan karyawan dapat diwujudkan dengan silaturahmi ke rumah gurukaryawan, baik saat lebaran atau saat mendapat
musibahsakit, sholat dhuhur berjama’ah, bertegur sapa ketika bertemu. Sedangkan keakraban dengan siswa dapat dimulai dengan
budaya salaman, bertegur sapa, sharing, sholat berjama’ah, pengajian PHBI. Hubungan harmonis atau terjalinnya keakraban ini dapat
menciptakan suasana kebersamaan dan mempererat tali persaudaraan antar warga sekolah.