Peran Budaya Sekolah Terhadap Peningkatan Kinerja Sekolah
ulangan umum, ujian akhir sekolah, dan ujian nasional, dan b prestasi bidang non akademik, seperti olahraga, seni, dan ketrampilan.
Pengaruh budaya sekolah atas prestasi siswa memiliki korelasi yang tinggi dengan a prestasi dan motivasi untuk berprestasi, b sikap dan
motivasi kerja guru, dan c produktivitas dan kepuasan kerja guru. Namun demikian, analisis kultur sekolah harus dilihat sebagai bagian suatu kesatuan
sekolah yang utuh Zamroni, 2000:149. Selanjutnya dikemukakan bahwa, sesuatu yang ada pada kultur sekolah hanya dapat dilihat dan dijelaskan dalam
kaitannya dengan aspek yang lain, seperti a rangsangan untuk berprestasi, b penghargaan terhadap prestasi, c komunitas sekolah yang tertib, d
kepemimpinan, dan e hubungan akrab sesama guru. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa dampak kultur sekolah terhadap prestasi siswa meskipun
sangat kuat tetapi tidaklah bersifat langsung, melainkan melalui berbagai variabel, antara lain semangat kerja dan motivasi untuk berprestasi.
Budaya sekolah bersifat dinamik, milik kolektif semua warga sekolah, merupakan hasil perjalanan sekolah, dan produk dari interaksi berbagai
kekuatan yang masuk ke sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut, Depdiknas 2004:2 mengemukakan bahwa sekolah perlu menyadari keberadaan aneka
kultur sekolah dengan sifat negatif dan positif. Nilai-nilai dan keyakinan tidak akan hadir dalam waktu singkat. Mengingat pentingnya sistem nilai yang
diinginkan untuk perbaikan sekolah, maka langkah-langkah kegiatan yang jelas perlu disusun untuk membentuk kultur sekolah yang positif.
Djohar 2003:3 mengemukakan bahwa hasil penelitian dapat mengumpulkan bukti-bukti impresif tentang kultur sekolah. Menurutnya
kultur sekolah mempunyai korelasi yang kuat dengan peningkatan motivasi
dan pencapaian belajar dari para siswa, dan berkorelasi dengan produktivitas dan kepuasan guru. Disamping itu juga dikemukakan bahwa kultur sekolah
tampak berdampak pada lima hal: 1 tantangan akademik, 2 pencapaian belajar, 3 pengenalan atau pemahaman pencapaian mereka, 4 komunitas
sekolah, dan 5 persepsinya terhadap tujuan sekolah. Dari hasil penelitian itu dapat disimpulkan bahwa siswa lebih termotivasi belajar di sekolah dengan
dukungan kultur sekolah yang kuat. Mengenai peran budaya sekolah dalam hubungannya dengan
peningkatan kinerja, juga dikemukan oleh SaphierMatiew KingButler Kate M. Dikson, 1987:2 mengemukakan bahwa,
... cite 12 norms of school culture which, if strong, contribute to instructional effectivenss of a school. These include: 1 collegiality, 2
experimentation 3 high expectations 4 trust of confidence 5 tangible support 6 reaching out to the knowledge bases 7 appreciation and
recognition8 caringcelebration and humor 9 involvement in decision making 10 protection of what important 11 traditions, and 12 honest,
open comunication.
Penyataan tersebut mengisyaratkan bahwa terdapat dua belas norma dalam budaya sekolah yang dapat memberikan sumbangan terhadap upaya
peningkatan efektifitas sekolah. Norma-norma tersebut adalah: 1 Kebersamaan, 2 experimentasiujicoba 3 kepercayaan yang tinggi 4
kepercayaan diri 5 dukungan yang nyata 6 pencapaian dasar pengetahuan 7 apresiasi dan penghargaan 8 perhatian, perayaan dan humor 9
keterlibatan dalam pengambilan keputusan 10 perlindungan terhadap sesuatu yang penting 11 tradisi dan 12 kejujuran.
Pemikiran tersebut mengisyaratkan bahwa kultur sekolah yang berintikan nilai dan norma mempunyai hubungan dan memberikan sumbangan
yang kuat terhadap kesuksesan belajar mengajar. Kriteria yang dikemukakan
tersebut memberikan pengertian bahwa dalam menciptakan sekolah yang efektif diperlukan langkah-langkah strategis yang terdiri dari dua belas kriteria
dalam membangun kultur sekolah. Kriteria tersebut harus berjalan seiring agar terdapat keseimbangan untuk mencapai kondisi kultur sekolah yang positif.
Dalam komunitas
sekolah, pengajar
akan mempengaruhi
pembentukkan watak secara positif atau negatif lewat hidupnya sendiri sebagai teladan. Keteladanan yang baik dari para pengajar akan menumbuhkan
pesan-pesan positif yang dapat ditangkap siswa. Terkait dengan penciptaan kesan dan pesan positif, Drost 2006:121 mengemukakan bahwa teladan
pribadi pengajar lebih penting sebagai sarana guna membantu pelajar berkembang lebih pada bidang nilai daripada pelajaran atau uraian. Teladan
pribadi pengajar yang berupa perilaku budaya positif tersebut sangat diperlukan karena sesungguhnya di sekolah siswa tidak hanya memperoleh
transfer ilmu pengetahuan, tetapi memperolah pendidikan, di mana di dalamnya terdapat proses internalisasi nilai-nilai hidup yang bermanfaat bagi
siswa untuk bekal hidup di masyarakat. Hal tersebut hanya mungkin dapat berlangsung dengan baik jika kultur sekolah dalam keadaan positif yang
berupa suasana kondusif, kekeluargaan, semangat maju, ada motivasi kerja keras, disiplin, penciptaan dan penerapan tatakrama komunikasi sosial yang
baik, penciptaan kesan dan pesan positif dari para penyelenggara sekolah kepada siswa, serta semua elemen mengupayakan yang terbaik bagi sekolah.
Menurut Zamroni 2005:11, mutu sekolah merupakan fondasi untuk terciptanya pendidikan yang berkualitas. Proses peningkatan mutu sekolah
merupakan suatu proses yang panjang yang disertai dengan perubahan- perubahan yang mendasar pada filosofi, tujuan, kegiatan, struktur organisasi
sekolah. Dalam kaitan ini, muncul fenomena kultur sekolah yang tidak dapat dilepaskan atau bahkan merupakan faktor yang menentukan pada proses
peningkatan mutu. Pandangan ini memberikan wacana bahwa untuk menciptakan kinerja sekolah yang efektif, sekolah memerlukan rancangan
kultur baru yang sesuai dengan situasi sekolah. Oleh karena itu komitmen seluruh warga sekolah menjadi kunci utama dalam membangun dan
mengembangkan kultur positif agar seluruh proses kinerja sekolah berlangsung efektif.