30
2.4. Faktor Risiko Sepsis
Sepsis pada neonatus dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, yaitu faktor risiko pada ibu, bayi dan lain-lain.
a. Faktor risiko ibu adalah sebagai berikut ini: 1. Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila
ketuban pecah lebih dari 24 jam, kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar 1 dan bila disertai korioamnionitis, kejadian sepsis akan
meningkat menjadi 4 kalinya.
8
2. Infeksi kuman, parasit, virus
8
dan demam suhu axilla lebih dari 38°C pada masa peripartum akibat korioamnionitis
18
, infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina oleh Streptokokus grup B SGB, kolonisasi
perineal oleh E. coli, dan komplikasi obstetrik lainnya.
25
3. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau.
8
4. Kehamilan multipel.
25
5. Persalinan dan kehamilan kurang bulan.
8,25
6. Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu
26
b. Faktor risiko pada bayi adalah sebagai berikut ini: 1. Prematuritas dan berat lahir rendah
25
2. Asfiksia neonatorum
8
3. Resusitasi pada saat kelahiran, misalnya pada bayi yang mengalami fetal distress dan trauma pada proses persalinan
25
Universitas Sumatera Utara
31
4. Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal, pemakaian ventilator, kateter, infus, pembedahan, akses vena sentral, kateter
intratorakal.
8
5. Bayi dengan galaktosemia predisposisi untuk sepsis oleh E. coli, defek imun, atau asplenia
25
c. Faktor risiko lain: Laki-laki empat kali lebih besar terinfeksi daripada perempuan, hal ini
dapat terjadi kemungkinan adanya variasi pada fungsi sistem imun. Pemberian minuman yang tidak higienis merupakan predisposisi untuk
terjadinya infeksi. Status sosial ekonomi yang rendah sering dilaporkan menjadi faktor risiko tambahan, hal ini mungkin dapat menyebabkan
terjadinya berat badan lahir rendah.
25
2.5. Manifestasi Klinis Sepsis
Pada saat mikroorganisme masuk kedalam tubuh, maka akan terjadi respon tubuh yaitu SIRS berupa suhu tubuh yang abnormal, jumlah leukosit
abnormal, takikardia, dan laju napas yang cepat.
15,26
Manifestasi klinis sepsis yang dijumpai pada anak jarang ditemukan pada neonatus, namun
keterlambatan dalam menegakkan diagnosis dapat berakibat fatal bagi kehidupan bayi. Pada neonatus tanda SIRS berdasarkan pada suhu tubuh
dan leukosit yang abnormal.
15,38,39
Suhu tubuh yang tinggi ditemukan pada
Universitas Sumatera Utara
32
10 neonatus, namun lebih banyak ditemukan dengan suhu tubuh normal atau rendah.
3,26,40
Sepsis pada neonatus dengan manifestasi dan fokus infeksi yang tidak spesifik. Pada neonatus dapat ditemukan ketidakstabilan suhu, hipotensi,
perfusi yang buruk sianosis, pucat, mottled, takikardia, bradikardia, apnu, distres pernapasan, iritabilitas, letargi, kejang, intoleransi minum, kuning, dan
perdarahan petechiae atau purpura.
13
Pada neonatus dapat disangkaan sepsis jika ditemukan tiga atau lebih kriteria berikut ini:
5,41
a. Ketidakstabilan suhu, dimana hipotermia didefinisikan dengan pengukuran suhu pada aksila kurang dari 36
o
C atau hipertermia jika suhu aksila lebih dari 37.9
o
C. b. Gangguan gastrointestinal, ditemukan gejala muntah, perut
distensi, buang air besar berdarah, peningkatan residu diet, intoleransi minum.
c. Gangguan kardiovaskular, dijumpai takikardia persisten denyut jantung lebih dari 180 kali per menit, bradikardia denyut jantung
kurang dari 80 kali per menit, perfusi jaringan yang buruk capillary refill time lebih dari 3 detik, hipotensi penggunaan
inotropik. d. Gangguan pernafasan, dijumpai takipnu frekuensi nafas lebih
dari 70 kali per menit, dijumpai retraksi pernafasan dan peningkatan kebutuhan oksigen dan kemungkinan apnu.
Universitas Sumatera Utara
33
e. Abnormalitas laboratotium dengan dijumpai metabolik asidosis, hiperglikemia atau hipoglikemia.
f. Abnormalitas laboratorium hematologi dengan nilai leukositosis, leukopenia, peningkatan neutrofil imatur, atau trombositopenia.
2.6. Diagnosis Sepsis