35
Prokalsitonin akan meningkat seiring dengan perjalanan sepsis sampai syok sepsis.
Peningkatan nilai prokalsitonin atau nilai yang tetap konsisten tinggi menunjukkan aktivitas penyakit yang berkelanjutan.
Penurunan nilai prokalsitonin menunjukkan reaksi inflamasi menurun dan terjadi penyembuhan infeksi.
5,31,41
Penelitian di Amerika yang menilai prokalsitonin sebagai diagnosis sepsis awitan lambat pada bayi berat lahir
sangat rendah mendapatkan prokalsitonin dengan nilai 0.5 µgml lebih sensitif daripada CRP pada sepsis awitan lambat.
41
Prokalsitonin dikombinasikan dengan penanda sepsis lainnya seperti sitokin lebih efisien.
Penelitian di Denmark tahun 2008 mendapatkan kombinasi IL-6 dan prokalsitonin dapat digunakan untuk skrining sepsis dini pada neonatus
tersangka sepsis.
36
2.6.2. Alat Uji Diagnostik Hematological Scoring System HSS
Pemeriksaan penanda awal infeksi seperti CRP masih sering dilakukan, namun CRP kurang sensitif untuk diagnosis sepsis.
14
Pemeriksaan sitokin dan prokalsitonin lebih sensitif untuk sepsis, namun memiliki harga
yang mahal dan tidak semua fasilitas kesehatan menyediakannya.
36,41
Penegakan diagnosis dini sepsis tanpa menunggu hasil kultur darah sangat diperlukan agar neonatus mendapatkan pengelolaan yang tepat, dengan
alasan tersebut pada tahun 1988 Rodwell, dkk memformulasikan suatu sistem skoring sebagai alat uji diagnostik yang lebih sederhana untuk
Universitas Sumatera Utara
36
menegakkan diagnosis dini sepsis pada neonatus secara lebih cepat dan akurat.
1,2,10
Penilaian dengan sistem skoring dilakukan pada parameter hematologi melalui pemeriksaan hitung darah lengkap dan hapusan darah
tepi.
1
Penelitian di Filipina tahun 2005 didapatkan bahwa suatu sistem skoring pada parameter hematologi neonatus dan ibu dan manifestasi klinis
mereka dapat memprediksi sepsis pada neonatus.
10
Kombinasi antara skrining hematologi dan kultur darah memiliki sensitifitas yang tinggi pada
skrining sepsis awitan dini.
37
Pemeriksaan hitung darah lengkap dapat memprediksi sepsis dalam 72 jam pertama setelah kelahiran.
42
Penilaian parameter hematologi berupa jumlah leukosit, neutrofil absolut, rasio neutrofil imatur dan matur, trombosit,
granular toksik, dan vakuolisasi sitoplasma pada hapusan darah tepi dapat digunakan untuk menyederhanakan analisa darah lengkap pada diagnosis
dini sepsis.
10-12,14
Penilaian pada leukosit, total neutrofil, atau neutrofil imatur lebih banyak digunakan untuk diagnosis infeksi bakteri.
7,11,12
Pada neonatus nilai leukosit yang rendah kurang dari 5000mm
3
, neutrofil imatur yang tinggi, dan nilai hitung total neutrofil yang rendah dapat
memprediksi sepsis pada neonatus.
2,5,10
Penelitian di San Fransisco tahun 2012 pada neonatus usia dibawah 72 jam ditemukan rata-rata nilai leukosit
rendah, neutrofil absolut rendah, dan neutrofil imatur yang tinggi pada bayi dengan kultur darah positif, namun tidak terdapat perbedaan pada nilai
trombosit.
42
Universitas Sumatera Utara
37
Parameter hematologi dengan nilai trombosit yang rendah kurang dari 100.000 atau trombositopenia juga berhubungan dengan sepsis pada
neonatus dan menunjukkan prognosis yang buruk.
2,5,22
Penelitian di Durham tahun 2012 didapatkan bahwa leukosit dibawah 5000mm
3
area under curve AUC 0.668, neutrofil imatur dibandingkan total neutrofil diatas atau sama
dengan 0.2 AUC 0.686, trombosit dibawah 148.000mm3 AUC 0.586 berhubungan signifikan dengan bakterimia.
43
Penelitian di Saudi Arabia tahun 2011 mendapatkan bahwa trombositopenia, DIC, peningkatan prothrombine
time PT dan active partial thromboplastin time aPTT dapat digunakan sebagai indikator adanya bakterimia.
44
Parameter hematologi berupa perbandingan PMN imatur ke total rasio PMN I:T, perbandingan PMN imatur ke matur rasio PMN I:M, dan
perubahan degeneratif PMN, dan rasio PMN I:M merupakan pemeriksaan yang paling diandalkan pada diagnosis dini sepsis dan dapat dinilai melalui
sediaan hapusan darah tepi.
1,2
Penelitian di Indonesia tahun 2003 mendapatkan rasio PMN I:T dapat digunakan untuk diagnosis dini sepsis
pada neonatus, pada penelitian ini didapatkan nilai cut off sebesar 0.13.
12
Penggunaan suatu alat uji diagnostik yaitu HSS yang meliputi tujuh parameter hematologi dapat meningkatkan keakuratan diagnostik dini
sepsis.
1,2,23
Penelitian di Australia tahun 1988 melaporkan bahwa HSS dapat digunakan sebagai alat skrining sepsis dan telah distandarisasi secara
global.
1
Penelitian di India tahun 2011 menyatakan bahwa HSS merupakan
Universitas Sumatera Utara
38
alat uji diagnostik yang sederhana, cepat, dan efektif untuk skrining sepsis pada neonatus.
3
Parameter hematologi pada alat HSS adalah hitung total leukosit, hitung total PMN, hitung total PMN imatur, rasio PMN I:T, rasio PMN I:M,
perubahan degeneratif PMN, dan hitung trombosit yang setiap parameter memiliki skor dan kemudian skor tersebut dijumlahkan dengan nilai antara 1
sampai 8.
1-3
Semakin tinggi nilai skor HSS yang didapatkan maka semakin besar kemungkinan untuk terbukti sepsis.
1,2,5
Penelitian di Dhaka tahun 2010 menyatakan bahwa HSS dapat digunakan untuk membedakan bayi yang
terinfeksi dan tidak terinfeksi dan HSS secara signifikan berhubungan dengan sepsis.
2
Penelitian di India tahun 2010 mendapatkan skor lebih atau sama dengan 4 menunjukkan lebih dapat digunakan sebagai skrining sepsis
daripada parameter hematologi lainnya Tabel.2.6.2.1.
1,2
Tabel 2.6.2.1. Hematological Scoring System HSS
1
Kriteria Abnormalitas Skor Hitung total leukosit ≤ 5000µl 1
≥ 25.000, saat lahir 1 ≥ 30.000, 12-24 jam
Universitas Sumatera Utara
39
≥ 21.000, hari kedua diruangan Hitung total PMN tidak ada PMN matur yang terlihat 2
meningkatmenurun 1 Hitung PMN imatur meningkat 1
Rasio PMN I:T meningkat 1 Rasio PMN I:M
≥ 0.3 1 Perubahan degeneratif PMN granular toksik vakuolisasi sitoplasma 1
Hitung trombosit ≤ 150.000 µl 1
nilai normal Hitung PMN : 1800-5400µL Hitung PMN imatur : 600µL
Rasio PMN I:T : 0.12 Rasio PMN I:M : ≥ 0.3
2.8. Kerangka Konseptual