Budaya Stagnasi Program NUSP-2

111 buruh, pembangunan infrastruktur tidak secara langsung memperoleh manfaat secara ekonomi. Tetapi setidaknya dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menjadikan lingkungan bersih, bebas dari kekumuhan. Sedangkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan fisik tidak jauh berbeda dari cara mengalihkan masyarakat dari profesinya. Masyarakat yang awalnya bekerja sebagai buruh dialihkan sementara menjadi pekerja atau tukang untuk pembangunan lingkungan tempat tinggalnya sendiri, kemudian mendapatkan upah dari hasil usahanya. Setelah proyek selesai maka masyarakat kembali lagi kepada profesinya sebagai buruh. Tidak ada keberlanjutan secara ekonomi bagi masyarakat yang berprofesi sebagai buruh. Maka perlu adanya peningkatan etos kerja bagi masyarakat. Bukan sekedar bekerja dan bekerja tanpa ada upaya perubahan dari cara kerjanya. Dalam hal ini dibutuhkan kembali peran edukasional dari pendamping masyarakat atau dari LKM itu sendiri untuk membangkitkan etos kerja masyarakat, mengingat memiliki etos kerja tinggi merupakan ajaran Islam. Penting untuk ditegaskan, bahwa masyarakat Gedong Pakuon bukanlah masyarakat yang malas dalam bekerja. Mereka sibuk bekerja sejak pagi hingga sore hari, ada yang berprofesi sebagai tukang becak, kuli dan buruh harian lepas. Hal ini dibuktikan dari sempat atau tidaknya masyarakat untuk hadir dalam agenda, sehingga dapat dipastikan bahwa mereka adalah pekerja keras. Akan tetapi kerja keras saja tidak cukup untuk meningkatkan kualitas ekonomi, perlu adanya kerja cerdas bukan sekedar kerja keras. Hal ini adalah makna yang sebenarnya dalam etos kerja.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis pada BAB IV, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Implementasi NUSP-2 di Gedong Pakuon telah memenuhi lima tahap kegiatan NUSP-2, yaitu tahap persiapan, tahap survey dan identifikasi, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap tahap operasi dan pemeliharaan infrastruktur. Kelima tahap tersebut dilaksanakan berdasarkan 3 basis utama, yaitu basis kebutuhan, basis partisipasi dan basis pengelolaan masyarakat. Tahap yang kurang maksimal dilaksanakan adalah tahap kelima, yaitu dalam pemeliharaan infrastruktur yang telah selesai dibangun. 2. Partisipasi masyarakat dilihat dari kemauan untuk berpartisipasi yaitu, melaksanakan secara sukarela ketika kegiatan Survey Kampung Sendiri, Rembug Khusus Perempuan, Musyawarah Kelurahan, Evaluasi dan Pemeliharaan Hasil Pembagunan. Sedangkan pada pelaksana kegiatan fisik hanya melibatkan beberapa masyarakat saja, kemudian mendapat imbalan atas partisipasinya. Adapun partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan fisik sekedar pengalihan pekerjaan sementara dari masyarakat yang bekerja sebagai buruh menjadi bekerja sebagai tukang untuk pembangunan di lingkungannya. Setelah itu tidak ada keberlanjutan ekonomi bagi masyarakat buruh. Partisipasi masyarakat dilihat dari kemampuannya berpartisipasi, maka masyarakat Gedong 112