106
Hal ini diperlukan peran edukasional dari pendamping masyarakat atau pihak lain seperti LKM, ibu-ibu PKK atau kader Posyandu. Perlu adanya usaha penyadaran
yang terus-menerus dilakukan. Dapat pula dilakukan penyadaran melalui pengajian yang dilakukan oleh ibu-ibu Kelurahan Gedong Pakuon dengan memasukkan
taushiyah tentang ajaran hidup bersih agama Islam, mengingat sebagian besar penduduk adalah beragama Islam. Ibu-ibu menjadi sasaran utama proses penyadaran
ini, karena limbah atau sampah sebagian besar berasal dari rumah tangga. Proses penyelesaian masalah sampah memerlukan keterlibatan seluruh sub-
sistem di masyarakat, seperti pemerintah sebagai pembuat peraturan, lembaga pendidikan sebagai lembaga yang membentuk karakter generasi bangsa, serta yang
paling penting adalah keterlibatan masyarakat itu sendiri. Dapat pula diberlakukan sanksi bagi yang membuang sampah sembarangan. Hal ini untuk memberi efek jera
bagi masyarakat. Sedangkan keterlibatan atau peran aktif masyarakat dalam masalah sampah dapat dilakukan dengan R3 Reuse, Recyle, Reduce kemudian memisahkan
sampah kategori B3 Bahan Berbahaya, Bercun. Akan tetapi, tidak bisa hanya menuntut masyarakat untuk hidup bersih
sedangkan fasilitas kebersihan tidak memadai, misal sulitnya menemukan tempat sampah di tempat umum, atau tidak tersedia lokasi tempat pembuangan akhir,
sehingga sampah dibuang di mana saja atau di lahan kosong. Oleh karena itu, proyek infrastruktur NUSP-2 di Gedong Pakuon mencakup sarana persampahan, maka
selanjutnya yang harus dilakukan adalah proses penyadaran yang terus-menerus.
107
C. Stagnasi Program NUSP-2
Sebagaimana dalam teori pada BAB II h.24, Jika masyarakat tidak banyak dilibatkan dalam berbagai tahap dan hanya bersifat pasif dalam setiap perubahan
yang direncanakan oleh pelaku perubahan misalnya, pihak lembaga pemerintah, LSM maupun sektor swasta, masyarakat cenderung akan menjadi dependent
tergantung pada pelaku perubahan. Seharusnya masyarakat secara mandiri akan tetap melakukan pembangunan dengan ada atau tidaknya program dari pemerintah.
Akan tetapi keberlanjutan tidak terlaksana bahkan masalah yang menjadi fokus penyelesaian kemudian kembali lagi. Hal ini yang menyebabkan stagnasi program
NUSP-2 di Gedong Pakuon. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dirinci 3 penyebab stagnasi program yaitu Budaya Masyarakat dan Kondisi Ekonomi Masyarakat.
1. Rasa Memiliki
Jika membaca sejarah Islam pada masa Khalifah Umar Bin Khattab, perencanaan pembangunan kota dibuat oleh Khalifah pemerintah, keputusan
prioritas pembangunan juga ditentukan oleh Khalifah, akan tetapi benar-benar melalui survey kondisi yang sebenarnya. Setelah didapatkan gambaran kota sasaran
pembangunan, maka selanjutnya ditentukan pembangunan yang paling tepat dan disesuaikan dengan kondisi yang ada. BAB II, h.46-47
Sedangkan program pembangunan yang ditentukan oleh pemerintah saat ini berdasarkan gambaran secara umum, kemudian disimpulkan kebutuhan secara umum,
maka masyarakat yang menyesuaikan dengan rencana pemerintah. Maka, masalah
108
yang kemudian muncul adalah masyarakat kurang merasa memiliki sense of belonging
untuk merawat dan memelihara hasil pembangunan dari pemerintah, bisa jadi bukan itu yang sebenarnya dibutuhkan oleh mereka. Misalnya, jalan setapak
yang sudah diperbaiki, diperluas kemudian oleh mereka tidak dipergunakan sebagaimana mestinya, misalnya menjadi tempat untuk menaruh kandang ayam
BAB III, h.94. Pemerintah menentukan jenis-jenis pembangunan tersebut sebenarnya karena
kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan ingin segera menyelesaikan masalah dengan cara cepat. Selain itu, terbatasnya dana APBN untuk
pembangunan yang kompleks menjadikan pemerintah memilih kebijakan untuk bekerja sama dengan pihak pemberi dana dari luar. Diberikan kepada masyarakat
sebagai hibah, sedangkan di tingkat pemerintahan menjadi hutang. Misalnya program pembangunan infrastruktur hanya fokus pada masalah
infrastruktur, padahal menurunnya kualitas infrastruktur juga dapat dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masyarakat. Sehingga program pembangunan memiliki fokus
masing-masing. Karena pihak pemberi pinjaman dana bukan sekedar memberi pinjaman, tetapi juga menginginkan hasil yang dapat dilihat, yang dibuktikan dalam
bentuk laporan akhir. Maka, wajar jika terjadi rasa kurang memiliki yang menjadikan masyarakat bersama-sama untuk memelihara hasil pembangunan, karena
pembangunan yang dilaksanakan untuk mengejar target seperti yang diharapkan oleh pemberi pinjaman dana.
109
2. Budaya
Kebersihan merupakan budaya yang penting untuk dibiasakan di masyarakat. Karena permasalahan kumuh yang terjadi di Gedong Pakuon adalah akibat dari
kebiasaan masyarakat yang masih kumuh. Seperti yang diungkapkan oleh Koordinator LKM, bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan masih menjadi
budaya yang sulit ditinggalkan BAB III, h.94. Maka diperlukan penyadaran yang terus menerus terkait kebiasaan hidup bersih, mengingat sebagian besar warga
Gedong Pakuon beragama Islam yang sangat memperhatikan urusan kebersihan. Jika umat Islam mengamalkan ajaran Islamnya tentu akan sangat memperhatikan
kebersihan. Bukankah salah satu syarat sah sholat adalah suci dari hadits maupun hadats? Sehingga tidak mungkin umat Islam yang diwajibkan sholat 5 waktu dalam
sehari-semalam tidak akan memperhatikan kebersihan baik lingkugan, tempat tinggal, pakaian apalagi kebersihan diri sendiri.
Maka dari itu, program pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lingkungan yang jauh dari kekumuhan maka harus lebih
serius untuk menyadarkan masyarakat kepada pola hidup bersih. Sehingga tidak perlu lagi program yang sama diimplementasikan pada lokasi yang sama setiap periodenya.
Jika kebersihan sudah menjadi budaya yang sangat melekat di masyarakat, maka dapat mengurangi anggaran pemerintah untuk membiayai program-program
penuntasan kekumuhan. Begitu pula ketika kebersihan belum menjadi budaya yang mengakar di masyarakat, bisa jadi berapa pun dana yang dikeluarkan untuk