Pola Relasi Simbiosis Mutalisme dan Transaksional di Sumut

83 didukung. Namun peran PP, IPK, IPK di Sumatera Utara dalam Pemilu 2014 itu setidaknya mengambarkan bahwa organisasi pemuda memiliki pengaruh kepara pemilih di Sumatera Utara khususnya Dapil Sumut 1. Upaya pemenangan yang dilakukan PP, IPK, dan FKPPI di Sumatera Utara terhadap pemilih untuk memenangkan caleg yang didukungnya menjadi bagian dari kemenangan tersebut. Mulai dari tahapan menjalin komitmen, mobilisasi potensi organisasi, dan menjada TPS dilakukan dengan cara-cara yang beragam, saling mengait, dan penuh intrik. Peran PP, IPK, dan FKPPI dalam pemilihan Pemilu 2014 itu dilakukan sebagai bagian dari cara untuk mempertahankan akses kekuasaan dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang dikuasai. Keberhasilan memelihara basis anggota organisasi, menjalin komitmen dengan calon anggota DPR Dapil Sumut 1 dilakukan atas dasar kepentingan yang beragam di antara pengurus Pemuda Pancasila. Relasi yang terjalin antara pimpinan organisasi pemuda dengan calon anggota DPR itu itu dilakukan atas dasar hubungan yang saling menguntungkan. 100 Di satu sisi, organisasi pemuda menginginkan tetap memperoleh akses mendapatkan sumber-sumber daya lokal local government resources. Sementara di sisi lain, para calon anggota DPR membutuhkan kekuatan organisasi pemuda untuk mereaih suaram melalui berbagai kegiatan. Beragam kepentingan politik dan ekonomi organisasi pemuda di Sumatera Utara harus disalurkan kepada para kader dan pengurusnya. Untuk melanjutkan eksistensi organisasi, maka kader dan pengurus Pemuda Pancasila harus menjalin relasi dengan para calon anggota DPR dari Dapil Sumut 1. Relasi itu dilakukan untuk kepentingan mendapatkan 100 Teori Sidel tentang Bosisme menjelaskan hal yang sama yaitu penyanggah utama pola hubungan antara birokrat, bos-bos partai, dan pengusaha terjalin atas dasar hubungan saling menguntungkan simbiosis mutualisme. Teori Sidel berlaku dalam menjelaskan kasus relasi organisasi pemuda dengan calon anggota DPR dalam Pemilu 2014 di Dapil Sumut 1. Lihat John T. Sidel. 1997. “Philippine Politics ......”. Loc. Cit. hal. 962. 84 akses kekuasaan yang berimplikasi kepada usaha-usaha yang dapat menghasilkan uang. Kepentingan untuk memperoleh akses kekuasaan dilakukan dalam rangka mendapatkan melanjutkan kekuasaan mereka di organisasi pemuda sebagai upaya untuk mencoba mendapatkan “sesuatu” yang bersumber dari negara terutama pada sektor-sektor yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomi. Calon terpilih harus memberikan bantuan kemudahan kepada pengurus organisasi pemuda untuk mendapatkan “sesuatu” informasi apapun yang diinginkan. Atas dasar itulah, calon anggota DPR terpilih dari Dapil Sumut 1 harus membantu tokoh organisasi pemuda dalam rangka pengamanan kekuasaannya di daerah tersebut. Agar kepentingan untuk tetap mempertahankan akses politik dan ekonomi itu, maka pengurus organisasi pemuda di Sumatera Utara harus menjalin relasi dengan berbagai pihak yang berpengaruh. Kedekatan pengurus organisasi pemuda dengan hampir semua calon anggota DPR terjalin sejak lama di Sumatera Utara. Dari peristiwa yang dilalui itu, relasi di antara mereka berjalan atas dasar saling menguntungkan. Masing-masing pimpinan organisasi memahami benar kepentingan terkait kegiatan yang dilakukan. 85 Gambar 3.1. P ola Relasi Hubungan yang Saling Menguntungkan Sumber: hasil penelitian, 2012. Perolehan hasil suara yang didapat calon anggota DPR terpilih di Dapil Sumut 1 merupakan upaya kolektif baik dari tim sukses maupun kekuatan figur. Organiasi Pemuda PP, IPK, dan FKPPI di Sumatera Utara merupakan bagian dari tim sukses itu yang juga melakukan serangkaian kegiatan pemenangan. Pola relasi yang telah terjalin lama antara organisasi pemuda dengan calon anggota DPR itu menjadi modal yang cukup kuat untuk membantu memenangkan calon yang didukung organisasi pemuda. Persekutuan di antara mereka mempermudah untuk menggerakkan anggota organisasi pemuda dalam setiap kegiatan pemenangan. Organisasi Pemuda Calon Anggota DPR Hubungan yang Saling Menguntunkan 1. Dasar relasi dilakukan atas hubungan yang sudah terjalin. 2. Komitmen yang dijalin berupa: a. memberikan bantuan dana operasional pemenangan. b. memperhatikan kegiatan organisasi. c. membantu melancarkan urusan pribadi terkait jaringan yang dimiliki oleh calon anggota DPR. 1. Menyerahkan bantuan dana untuk operasional kegiatan pemenangan. 2. Memberikan bantuan untuk kelancaran organisasi dan pribadi tokoh organisasi pemuda. 3. Memperoleh dukungan dan suara dari anggota organisasi di seluruh daerah pemilihan . 86 Pola relasi yang saling menguntungkan itu terjadi dengan tidak memperhatikan rekam jejak dari calon anggota DPR yang didukung. Faktor penting yang menjadi dasar pola relasi adalah simbiosis mutualisme dan transaksi yang terjadi di antara pemberi dan penerima dukungan berupa kekuatan uang. Pola relasi yang saling menguntungkan itu dapat berlangsung secara terus menerus karena sistem pemilu dengan suara terbanyak. Mereka yang memiliki uang dan hubungan yang telah terjalin selama ini adalah salah satu pihak yang menerima manfaat dari organisasi pemuda di Sumatera Utara. Tokoh organisasi pemuda hanya bermaksud membangun dan mempertahankan jaringan baru yang berupaya mendapatkan akses kekuasaan dan sumber-sumber daya dari anggota DPR yang terpilih. Jaringan yang menyebar itu tidak lagi dikendalikan oleh elit-elit Jakarta dalam sistem sentralisasi, tetapi para kader dan tokoh organisasi pemuda telah menata kembali diri mereka dalam bentuk relasi yang saling menguntungkan dan bersifat transaksional. Pelaksanaan Pemilu 2014, jika dilihat dari partisipasi organisasi pemuda justru sangat memberikan peluang kepada mereka untuk memaksimalkan keuntungan politik dan ekonomi. Hasil penelitian ini, memiliki relevansi dengan perdebatan yang tengah berlangsung tentang arah dan karakter demokrasi di Indonesia. Pola relasi yang dibentuk oleh tokoh organisasi pemuda ditandai oleh adanya koalisi yang saling menguntungkan. Koalisi tersebut bekerja untuk membangun akses kekuasaan negara dan sumber-sumber daya lokal dengan cara merasionalkan pentingnya uang pada masyarakat yang sedang membutuhkannya. Pola relasi baru menjadi tumbuh subur pada saat sistem pemilu sangat memungkinkan konstelasi kekuasaan relatif dikendalikan oleh kepentingan elit organisasi pemuda. 87

3.4. Pentingnya Pendidikan Politik

Pola relasi yang terjalin antara tokoh organisasi pemuda dengan calon anggota DPR dari Dapil Sumut 1 yang dilakukan atas dasar simbiosis mutualisme dan transaksional berpotensi akan menghambat konsolidasi demokrasi yang sedang berlangsung di tingkat lokat. Konsolidasi demokrasi yang dimaksud, salah satunya, adalah memastikan bahwa penyelenggaraaan pemilihan umum anggota legislatif dilakukan dengan mengutamakan prinsip kebebasan, kesetaraan politik political equality dan akuntabilitas lokal yang memadai. Sementara, pola relasi yang dilakukan oleh calon anggota DPR dengan organisasi pemuda di Dapil Sumut 1 pada saat Pemilu 2014 tidak mencerminkan kedua prinsip tersebut. Jika pola itu dilakukan oleh tokoh organisasi pemuda, yang menjadi salah satu sumber dalam proses regenerasi kepemimpinan, maka jalan untuk menuju ke arah pemantapan pelaksanaan demokrasi akan ditempuh semakin panjang. Hubungan simbiosis mutualisme yang dilakukan atas dasar transaksional dengan mengandalkan kekuatan uang menjadi penanda bahwa kebebasan, kesetaraan dan akuntabilitas politik akan semakin sulit diwujudkan. Padahal kedua persyaratan itu menjadi pesan penting untuk diwujudkan dalam proses berdemokrasi. Potensi hambatan tersebut akan berlangsung lama karena para pelakunya adalah calon pemimpin politik yang aktif di organisasi pemuda. Artinya bahwa pemahaman tentang pentingnya demokrasi yang terwujud dalam pelaksanaan pemilihan umum belum dimiliki secara utuh di kalangan pemuda. Kalau pemahaman tentang demokrasi belum dimengerti oleh pemuda, maka akan sulit meminta agar pemuda memiliki prilaku dan sikap yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi sampai dapat disebut sebagai seorang demokrat. 88 Ruang untuk menjadi seorang demokrat telah disediakan oleh negara melalui aturan perundang-undangan yang memastikan hak-hak politik warga negara yaitu memilih dan dipilih terpenuhi. Itulah yang disebut demokrasi dalam konteks prosedural karena aturan pemilu telah memenuhi prinsip kebebasan, kesetaraan, dan akuntabilitasnya. Seharusnya demokrasi prosedural itu akan diiringi dengan prilaku dan sikap yang mengutamakan prinsip demokrasi atau disebut sebagai demokrasi substansial. Mewujudkan demokrasi substansi perlu langkah- langkah yang terencana dan bersifat holistik serta menjadi kemauan bersama terutama dari para pemimpin masyarakat. Menghargai kompetisi yang fair sebagai cara untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas merupakan salah satu contoh sikap seorang demokrat. Oleh karena itu, pembelajaran demokrasi harus dilakukan melalui pendidikan politik kepada para calon pemimpin yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Selama ini, pemahaman tentang pendidikan politik hanya menjadi tugas partai politik agar konstituen dan anggota partai memiliki pemahaman yang cukup tentang demokrasi. Pada saat yang sama, sumber rekrutmen anggota dan pengurus partai politik mayoritas berasal dari aktivis atau penggiat organisasi kemasyarakatan dan pemuda. Semestinya pendidikan politik diberikan sejak dini terutama kepada para pemuda apalagi yang tergabung dalam organisasi pemuda karena akan lebih mudah mengumpulkan kadernya melalui struktur organisasi yang ada. Kendala utama yang sering diperoleh – dari berbagai informasi – untuk melakukan pendidikan politik adalah minimnya sumber pendanaan kegiatan organisasi pemuda yang masih mengutamakan bantuan dari pemerintah. Isu kemandirian dalam menopang aktivitas organisasi pemuda penting dikemukakan, karena bila kemandirian dalam pendanaan tidak ada, maka sikap ketregantungan dan keberpihakan terhadap kepentingan