Pengaruh Perubahan Merek Sari Puspa Menjadi Soffell Terhadap Loyalitas Konsumen dalam Melakukan Keputusan Pembelian pada Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU
Lampiran 1- Kuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian Nama :
Jenis Kelamin : Fakultas : Departemen : NIM :
Isilah kuesioner berikut dengan memberikan tanda cek (√ ) pada kolom yang
tersedia, dengan keterangan berikut :
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju RG :Ragu-ragu
Variabel Perubahan Merek (X)
No Pernyataan SS S KS TS STS
1. Merek Soffell sebenarnya adalah merek Sari Puspa yang telah berganti nama
2.
Tidak terdapat perbedaan antara merek Sari Puspa dengan merek Soffell setelah melakukan perubahan merek
3.
Saudara/Saudari percaya bahwa kualitas yang dimiliki lotion merek Soffell tetap baik sebagaimana merek Sari Puspa
(2)
Variabel Loyalitas Konsumen (Y)
No Pernyataan SS S KS TS STS
4. Saudara/Saudari melakukan pembelian lotion anti nyamuk Soffell secara rutin
5.
Walaupun mengetahui merek Sari Puspa telah
berganti nama menjadi Soffell, Saudara/Saudari tetap membeli merek Soffell
6. Saudara/Saudari mengajak orang lain menggunakan lotion anti nyamuk merek Soffell
(3)
Lampiran 2 – Daftar Distribusi Jawaban
No. P1 P2 P3 P1 P2 P3
1 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3 3 3 3
4 4 3 3 4 3 3
5 4 3 4 4 4 4
6 5 4 5 5 5 5
7 5 4 5 5 5 5
8 4 4 5 4 3 3
9 4 3 4 4 4 4
10 5 4 4 5 4 4
11 4 3 4 4 4 4
12 5 3 5 5 5 5
13 4 3 4 4 4 4
14 4 4 5 4 5 5
15 5 3 4 5 4 4
16 4 3 3 4 4 4
17 4 4 4 4 4 4
18 4 4 4 4 4 4
19 4 3 3 4 4 4
20 4 3 4 4 4 4
21 5 5 5 5 5 5
22 4 4 5 4 5 5
23 5 3 4 5 4 4
24 4 4 5 4 5 5
25 4 4 3 4 3 3
26 4 4 5 4 4 4
27 4 4 4 4 4 4
28 4 3 3 4 3 3
29 5 4 5 5 4 4
30 5 3 5 5 4 4
No. P1 P2 P3 P1 P2 P3
1 4 3 5 4 4 4
2 4 5 4 4 4 4
3 5 5 5 4 4 5
4 3 4 4 4 5 4
5 3 5 3 4 3 4
6 5 5 5 4 4 4
(4)
9 2 2 3 4 5 4
10 5 4 4 5 5 5
11 4 4 3 3 4 4
12 4 3 3 4 4 4
13 2 3 2 4 4 3
14 5 4 5 4 4 5
15 3 2 3 4 4 4
16 4 3 3 4 5 5
17 3 2 2 4 3 4
18 4 2 3 4 4 5
19 1 4 1 3 4 4
20 3 4 3 3 3 4
21 4 4 4 3 3 4
22 3 4 5 4 4 4
23 4 3 4 4 4 4
24 2 5 2 4 4 4
25 4 2 4 5 4 4
26 5 5 5 4 4 4
27 4 4 4 4 4 4
28 4 4 4 5 5 5
29 5 4 5 4 4 5
30 5 5 5 4 4 5
31 5 4 5 5 5 5
32 4 5 4 4 4 4
33 5 4 5 4 4 5
34 5 4 5 3 5 5
35 5 4 5 4 5 4
36 1 5 4 4 4 5
37 5 4 4 4 4 4
38 5 5 5 4 4 4
39 5 5 5 4 4 4
40 4 4 4 4 4 5
41 5 5 5 4 4 4
42 4 5 4 3 4 4
43 5 4 4 3 3 4
44 5 5 4 5 5 5
45 5 5 5 1 4 4
46 5 4 5 3 3 4
47 2 3 4 4 5 5
48 5 3 4 5 5 5
49 3 4 4 4 4 4
50 4 5 4 4 5 5
51 4 5 4 4 5 5
(5)
53 5 4 5 3 3 3
54 3 4 3 5 4 4
55 4 3 4 4 4 4
56 4 4 4 4 4 4
57 5 3 4 4 4 4
58 4 4 5 5 5 4
59 4 5 5 4 4 4
60 2 4 5 4 4 4
(6)
Lampiran 3 - Uji Validitas dan Reliabilitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 20.1333 6.189 .637 .852
VAR00002 20.8333 6.626 .397 .888
VAR00003 20.2333 5.013 .760 .830
VAR00004 20.1333 6.189 .637 .852
VAR00005 20.3333 5.333 .801 .821
VAR00006 20.3333 5.333 .801 .821
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(7)
Lampiran 4 - Regresi Linear Sederhana Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .417a .174 .160 1.78067
a. Predictors: (Constant), Perubahan Merek
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.869 1.228 6.406 .000
Perubahan Merek .345 .099 .417 3.467 .001
(8)
Daftar Pustaka
BUKU
Aaker, A.David. 2003.Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta : Mitra Utama. Darmadi, Durianto. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar. Jakarta: Gramedia Freddy Rangkuti. 2002. The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity
dan Strategi Pengembangan Merek + Analisis Kasus dengan SPSS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Griffin, Jill. 2005. Customer Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan.Jakarta: Erlangga.
Kottler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi ke-11. Indeks. Jakarta Mudrajad, Kuncoro. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Oliver.1997.Great Answer to Tough the Marketing Question,.Jakarta:Prenhalindo Situmorang, Syafrizal Helmidan Lutfi, 2012. Analisis Data Untuk Riset
Manajemen dan Bisnis, USU Press , Medan.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsemen. Jakarta : Ghalia Indonesia. Tjiptono, Fandy. 2005. Brand Management & Strategy. Yogyakarta: Penerbit Andi.
JURNAL
Juanita, Jana. 2005. “Strategic Corporate Communication dalam Proses
Repositioning dan Rebranding.” Jurnal Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. Volume 2 Nomor 2 hal 159-176.
(9)
SKRIPSI
Arzia, Ulfathul. 2007. “Analisis Pengaruh Rebranding terhadap Brand Equity Air Conditioner (AC) Panasonic.” Skripsi Program Studi Strata 1 Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.
INTERNET
http://swa.co.id/listed-articles/sari-puspa-soffell-harakiritanya. Sari Puspa = Soffell = Harakiri?. Diakses 11 Januari 2013
http://www.marketing.co.id/blog/2012/01/02/re-branding-trap/. Rebranding Trap.
Diakses 2 Maret 2013
http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100005024411/7594. Analisis Pengaruh Rebranding terhadap Brand Equity Air Conditioner (AC) Panasonic. Diakses 12 Februari 2013
(10)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti lakukan menurut metode adalah penelitian kausal komparatif. Menurut Kuncoro (2003), penelitian kausalitas adalah penelitian yang meunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, disamping mengukur kekuatan hubungannya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan seberapa besar pengaruh perubahan merek Sari Puspa terhadap loyalitas konsumen dalam melakukan keputusan pembelian pada Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekretariat Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2013.
3.3 Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anggota
(11)
komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU yang menggunakan lotion merek Soffell.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan penentuan berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. (Sugiyono, 2010).
Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu anggota komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU yang mengetahui tentang perubahan merek Sari Puspa menjadi Soffell. Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Supramono (2003) yaitu :
n = (Zα)² (p) (q)
d²
Keterangan n = jumlah sample
Z∝ = nilai table Z berdasarkan ∝
∝ = nilai standar normal yang besarnya tergantung ∝ Bila ∝ = 0,05 Z = 1,65
(12)
p = estimator proporsi populasi q = 1-p
d = penyimpangan yang ditolerir
Berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan kepada 30 orang anggota komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU secara acak 20 orang menyatakan menggunakan lotion Soffell dan mengetahui tentang perubahan merek Sari Puspa menjadi Soffell.
Dengan demikian, jumlah sampel (n) yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah:
� = , 2 ,, 2 , = , = orang
maka dapat dihitung jumlah sample yang diambil dengan tingkat signifikansi 5% yaitu berjumlah 61 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kuesioner
Menyebarkan daftar pertanyaan yang telah diberikan alternatif jawaban untuk menjawabnya kepada responden terpilih.
2. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan data melalui informasi dari tulisan ilmiah, majalah dan internet yang memiliki relevansi dengan objek penelitian.
3.5 Jenis dan Sumber Data
(13)
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden terpilih.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan mempelajari berbagai tulisan dari buku, jurnal, majalah dan internet untuk mendukung penelitian ini.
3.6 Batasan Operasional
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan terbatas tentang bagaimana pengaruh perubahan merek (rebranding) Sari Puspa menjadi Soffell terhadap loyalitas konsumen dalam melakukan keputusan pembelian pada komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU.
3.7 Defenisi Operasional Variabel dan Skala Ukur 3.7.1 Defenisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang dikaitkan, yaitu variabel bebas (X) yang mewakili perubahan merek dan variabel terikat (Y) yang mewakili loyalitas konsumen.
1. Perubahan Merek (X)
Perubahan merek dari Sari Puspa menjadi Soffell dimana tidak mencakup perubahan kualitas, harga, dan ciri-ciri produk secara umum.
2. Loyalitas Konsumen (Y)
Loyalitas merupakan komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih
(14)
secara konsisten dimana yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku (Griffin:2005).
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Variabel Indikator
Skala Ukur
Perubahan Merek (X)
Perubahan merek dari Sari Puspa menjadi Soffell dimana tidak mencakup perubahan kualitas, harga, dan ciri-ciri produk secara umum.
1.Perbedaan antara merek lama dan merek baru
2. Persepsi konsumen terhadap kualitas setelah perubahan merek
3. Citraproduk setelah perubahan merek Skala Likert Loyalitas Konsumen (Y)
Loyalitas merupakan komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimana yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. 1.Melakukan pembelian ulang secara teratur 2. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing 3.Merekomendasikan orang lain untuk menggunakan produk
Skala Likert
(15)
3.7.2 Skala Pengukuran Variabel
Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian adalah dengan menggunakan Skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.(Sugiyono, 2010).
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
No. Alternatif Jawaban Skor
1. Sangat Setuju 5
2. Setuju 4
3. Kurang Setuju 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono (2010)
3.8 Uji Validitas dan Realibilitas 1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan suatu alat ukur. Suatu alat ukur yang valid, mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya alat ukur yang kurang valid berarti memiliki tingkat validitas yang rendah. Sebuah alat ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Tinggi rendahnya validitas alat ukur menunjukkan sejauh mana data
(16)
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Rangkuti,2004).
Hasil penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan antara data yang tekumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Pengujian validitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.00, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid. 2. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk. Konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.00 terhadap butir pertanyaan yang dinyatakan sudah valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika r alpha positif atau lebih besar dari r tabel maka pertanyaan reliabel. 2. Jika r alpha negatif atau lebih kecil dari r tabel maka pertanyaan tidak reliabel.
(17)
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 3.3 Uji Validitas Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 20.1333 6.189 .637 .852
VAR00002 20.8333 6.626 .397 .888
VAR00003 20.2333 5.013 .760 .830
VAR00004 20.1333 6.189 .637 .852
VAR00005 20.3333 5.333 .801 .821
VAR00006 20.3333 5.333 .801 .821
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 17.00, 2013
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan valid, karena nilai corrected item- total correlaction seluruh pernyataan bernilai lebih besar atau sama dengan nilai rtabel 0,361 dan dapat dipergunakan dalam penelitian.
Tabel 3.4 Uji Reliabilitas Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.868 6
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 17.00, 2013
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha bernilai diatas 0,8 yaitu sebesar 0,868. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner penelitian ini reliabel sehingga dapat diteruskan untuk melakukan penelitian.
3.9 Metode Analisis Data
Metode analisis data pada penelitian ini adalah:
(18)
Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan dengan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, menyusun dan menganalisis data, sehingga dapat diketahui gambaran umum perusahaan yang sedang diteliti.
3.9.2 Analisis Regresi Linier Sederhana
Model analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah regresi linear sederhana, dengan formulasi sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Loyalitas Konsumen X = Perubahan Merek
a = Konstanta (nilai Y apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Data yang telah diolah pada penelitian ini menggunakan model regresi linier sederhana seperti yang telah dicantumkan diatas dan kemudian diuji dengan pengujian t yang menggunakan metode ordinary least square (OLS) dengan kriteria hipotesis sebagai berikut :
1) Ho : b1 = 0
Artinya : tidak terdapat pengaruh perubahan merek terhadap loyalitas konsumen.
2) Ha : b1 ≠ 0
Artinya : terdapat pengaruh perubahan merek terhadap loyalitas konsumen. Kriteria pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah :
(19)
a. Jika t hitung < t tabel maka terima Ho b. Jika t hitung > t tabel maka terima Ha
Keputusan diambil apabila terima Ho berarti variasi model regresi tersebut tidak dapat menerangkan variasi variabel terikatnya. Sebaliknya jika keputusan yang diambil adalah tolak Ho berarti bahwa variasi model regresi tersebut dapat menerangkan variasi variabel terikatnya.
3.9.3 Uji Statistik-t (uji pengaruh parsial)
Uji statistik-t dilakukan untuk melihat secara parsial bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Model hipotesis yang digunakan dalam Uji Statistik-t ini adalah:
H0 : b1, b2, b3 = 0, artinya perubahan merek (X) secara parsial tidak berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y).
H0 : b1, b2, b3 ≠ 0, artinya perubahan merek (X) secara parsial berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y)
Kriteria penilaian hipotesis pada uji-t ini adalah: H0 diterima jika thitung < ttabelpada α = 5%
H0 ditolak jika thitung > ttabelpada α = 5%
3.9.4 Pengujian Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien Determinan berkisar antara
0 (nol) sampai dengan 1 (satu), (0 ≤ R2 ≤1). Jika R2
semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat
(20)
untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R2 semakin mengecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
(21)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Sari Enesis Indah
PT Sari Enesis Indah atau dikenal juga dengan nama Enesis Group merupakan perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1988 di Jakarta dan berbasis di Kawasan Industri, Pulo Gadung. Perusahaan ini bergerak di industri farmasi dengan memproduksi produk perawatan rumah tangga, perawatan pribadi dan makanan fungsional atau makanan suplemen. Dalam mengembangkan bisnisnya sehingga dapat mencapai kesuksesan, perusahaan mengutamakan perhatian pada pengertian akan kekuatan internal perusahaan dan kemampuan mengidentifikasikan kesempatan-kesempatan eksternal yang berasal dari pasar.
Kegiatan manufaktur PT Sari Enesis Indah dimulai dengan memproduksi Sari Puspa atau Soffell sebagai nama import dari Sari Puspa. Sari Puspa adalah produk lotion anti nyamuk. Dalam waktu yang relatif singkat, Sari Puspa mampu bersaing di dalam pasar produk lotion anti nyamuk yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional, seperti Bayer, Johnson & Sons, Unilever. Sari Puspa pun berhasil mencapai angka penjualan kritikal dengan market share sebesar 95% dan menguasai pasar lotion anti nyamuk terbesar di luar Amerika Serikat.
(22)
Kesuksesan yang dialami Sari Puspa memberikan dorongan bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya ke sektor minuman kesehatan dan tetap mempertahankan jalur bisnisnya dalam bidang farmasi. PT Sari Enesis Indah mulai memperkenalkan produk barunya yang bernama Adem Sari atau Sensa Cools yang merupakan nama import dari Adem Sari. Dimulai dari peluncuran produk ini untuk pertama kalinya sampai masa sekarang, Adem Sari masih menjadi dominan dalam persaingan pasar untuk produk yang sejenis.
Produk lain yang dikembangkan adalah Vegeta. Vegeta adalah minuman serat natural berbentuk bubuk dan diluncurkan pada tahun 2000. Mengikuti jejak produk-produk sebelumnya, Vegeta pun berhasil menjadi pemimpin di dalam pasaran. Hal ini disebabkan karena Vegeta berhasil memenuhi ekspektasi pasar dan permintaan masyarakat akan kebutuhan serat alami untuk mendapatkan kesehatan dalam sistem pencernaan sesuai dengan gaya hidup modern pada jaman sekarang ini.
PT Sari Enesis Indah juga memproduksi Antis yang merupakan produk pembersih tangan antiseptik dan Kispray yang merupakan pelicin bahan setrika selain Sari Puspa, Adem Sari dan Vegeta. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka dibangunlah pabrik kedua yang berlokasi di Kawasan Industri Cikarang. Dengan luas pabrik 15000 m2, pabrik di Cikarang ini merupakan pabrik manufaktur terbesar untuk produk berbentuk bubuk di Indonesia. Pabrik ini memulai operasinya pada tahun 2002 dan dikhususkan bagi 10 produk makanan, yaitu Adem Sari dan Vegeta.
(23)
4.1.2 Visi dan Misi PT Sari Enesis Indah
PT Sari Enesis Indah senantiasa berusaha untuk menjadi perusahaan yang memiliki kredibilitas lebih baik dibandingkan perusahaan pesaing. Usaha
tersebut terangkum dalam visi perusahaan yaitu : “Menjadi perusahaan yang
berkembang pesat untuk mencapai posisi leader dalam produk consumer goods
melalui inovasi, perkembangan yang berkelanjutan dan mempunyai pandangan
yang jauh ke masa depan”. Sedangkan Misi perusahaan yaitu : “Berkomitmen
dalam mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk consumer goods
yang unik dan berkembang dengan pesat serta menjadi merek dengan status pemimpin (leader) dalam wilayah regional.”
4.1.3 Struktur Organisasi PT Sari Enesis Indah
PT Sari Enesis Indah termasuk perusahaan nasional yang besar dan untuk mendukung berbagai kegiatan bisnisnya. Untuk itu, di dalam perusahaan terbentuk 10 (sepuluh) departemen dengan berbagai jenjang atau tingkatan manajemen. Berikut adalah penjelasan mengenai struktur organisasi yang terdapat di dalam perusahaan.
1. Komisaris adalah pemimpin tertinggi didalam perusahaan PT Sari Enesis Indah. Komisaris menjadi pemegang keputusan tertinggi yang akan menentukan arah jalannya perusahaan.
2. Direktur adalah pemimpin kegiatan operasional perusahaan yang tertinggi dan pengendali strategi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Direktur juga dapat dikatakan merupakan posisi penghubung antara perusahaan dengan Komisaris dimana jalannya perusahaan akan dilaporkan kepada Komisaris dan
(24)
keputusan Komisaris terhadap perusahaan akan diberikan kepada Direktur untuk dijalankan.
3. General Manager adalah tingkatan terpenting di bawah Direktur. General Manager membawahi 10 manager yang mengepalai 10 departemen di dalam perusahaan. General Manager mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kesepuluh departemen tersebut, menjaga kesinambungan kerja departemen-departemen ini dan memutuskan kegiatan strategik bagi 10 departemen tersebut.
4. Departemen Export
Departemen ini dikepalai oleh seorang Manajer. Manajer Export dibantu dengan para staff Departemen Export bertugas dalam hal-hal yang menyangkut kegiatan eksport produk-produk perusahaan, mulai dari transaksi dan negosiasi
eksport, persiapan dan pelaksanaan eksport. 5. Departemen Finance dan Accounting
Manajer Finance dan Accounting (FAM) membawahi 3 (tiga) bagian fungsional yang berhubungan dengan departemen ini,yaitu Bagian Accounting, Bagian Cashier dan Bagian Finance. Ketiga bagian ini masing-masing dikepalai oleh seorang supervisor dan dibantu oleh beberapa staff di bawahnya. a. Bagian Accounting adalah bagian yang bertanggung jawab dalam mendokumentasikan transaksi-transaksi yang dilakukan perusahaan, membukukannya dan membuat laporan akuntansi perusahaan.
(25)
b. Bagian Cashier adalah bagian yangmengurus hal-hal mengenai pemasukan dan pengeluaran kas perusahaan, seperti pembayaran hutang dan piutang perusahaan.
c. Bagian Finance adalah bagian yang bertanggung jawab dalam mengawasi dan mengatur keuangan perusahaan, termasuk di dalamnya asset perusahaan.
6. Departemen Human Resource Administration (HRA)
Departemen HRA dikepalai oleh seorang Manajer yang dibantu oleh Asisten Manajer dan Supervisor di bawah Asisten Manajer tersebut. Supervisor
memiliki beberapa staff HRA untuk menjalankan tugas-tugas departemen ini. Departemen ini bertugas mengatur hal-hal yang menyangkut sumber daya manusia perusahaan, seperti proses perekrutan karyawan baru, program peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan sumber daya manusia perusahaan, sistem penggajian, pengupahan dan tunjangan, sistem administrasi perusahaan termasuk para karyawan perusahaan serta masalah-masalah lain yang menyangkut para karyawan dan serikat buruh.
7. Departemen Logistik
Manajer Logistik mengepalai departemen ini dengan Supervisor yang bertanggung jawab terhadap Manajer serta beberapa orang staff di bawah
Supervisor. Departemen ini mempunyai tugas yang berhubungan dengan pengaturan sistem logistik perusahaan, yaitu pengaturan terhadap bahan-bahan yang diperlukan untuk produksi.
(26)
8. Departemen Marketing Research
Departemen ini dikepalai oleh seorang Manajer. Tingkatan di bawah manajer tersebut diposisikan untuk Asisten Manajer dan Supervisor di bawahnya serta beberapa orang staff untuk departemen ini. Departemen ini bertugas dalam melakukan riset terhadap pasar, khususnya mengenai permintaan kebutuhan masyarakat dan respon pasar terhadap suatu produk.
9. Departemen Purchasing
Departemen Purchasing ini dikepalai oleh seorang Manajer dan dibantu oleh Asisten Manajer serta para staff Purchasing di bawahnya. Departemen ini bertanggung jawab dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pembelian bahan baku yang diperlukan dalam produksi, mulai dari pemilihan
supplier atau pemasok sampai proses pembelian bahan baku dijalankan. 10. Departemen Marketing
Departemen Marketing dikepalai oleh seorang Manajer Senior yang membawahi 5 sub-departemen. Masing-masing sub-departemen dipimpin oleh seorang Manajer dan memiliki sejumlah orang staff di bawahnya.
a. Sub-departemen Cabang yang dikepalai oleh seorang Manajer dan beberapa Kepala Cabang di bawahnya. Kepala Cabang bertanggung jawab terhadap masing-masing cabang yang dipegangnya.
b. Sub-departemen Customer Service bertugas dalam hal-hal yang menyangkut pelanggan, memberikan pelayanan kepada pelanggan, mengatur sistem saran dan kritik yang disampaikan pelanggan terhadap produk-produk perusahaan. Kegiatan pelayanan terhadap konsumen ini
(27)
merupakan alat yang penting bagi perusahaan demi tujuan peningkatan kualitas produk dan tercapainya kepuasan pelanggan.
c. Sub-departemen HCO adalah sub-departemen yang mengatur kegiatan pemasaran produk-produk perusahaan dalam skala besar kepada pasar-pasar yang bersifat grosir, seperti Goro, Hero, Carrefour serta menjaga hubungan antara kedua belah pihak.
d. Sub-departemen Produk bertanggung jawab untuk menjamin kesuksesan peluncuran setiap produk baru, yaitu dengan berbagai program promosi untuk memperkenalkan produk baru kepada masyarakat luas.
e. Sub-departemen Sales adalah sub-departemen yang mengatur penjualan produk-produk yang dilakukan oleh para saleskepada pasar atau toko-toko pengecer.
11. Departemen R&D/QC
Departemen ini dikepalai oleh seorang Manajer dan membawahi beberapa bagian fungsional yang berbeda-beda.
a. Penanggung Jawab CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dengan para staff di bawahnya bertanggung jawab terhadap inspeksi secara berkala mengenai ketepatan pelaksanaan aturan-aturan dalam CPOB yang dikeluarkan oleh Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) di dalam perusahaan.
b. Head Mikrobiologi dengan dibantu oleh beberapa staff di bawahnya bertugas mengatur pelaksanaan pengujian mikrobiologi terhadap produk perusahaan.
(28)
c. Bagian Quality Control yang dikepalai oleh seorang Supervisor QC
membawahi 3 orang Koordinator QC dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda, yaitu:
1) Koordinator QC Analis, bertanggung jawab terhadap 3 bagian QC Analis, yaitu QC Analis Ingredients, Finished Goods dan
Packaging.
a) QC Analis Ingredients melakukan analisa terhadap bahan baku yang diterima dari para pemasok untuk kegiatan produksi.
b) QC Analis Finished Goods melakukan analisa terhadap hasil produk setelah melalui proses produksi terakhir.
c) QC Analis Packaging melakukan analisa terhadap bahan packaging atau pengemas untuk produk akhir. Analisa-analisa tersebut di atas dilakukan di dalam sebuah laboratorium. Koordinator QC Packing, mempunyai tanggung jawab dalam pengawasan terhadap kegiatan packing dan produk setelah kegiatan
packing selesai dilaksanakan. 3 bagian kegiatan QCPacking adalah
QC Packing Sortasi, QC Packing Finished Goods dan QC Packing Return Finished Goods. QC Packing Sortasi melakukan pemeriksaan dan pelaporan terhadap produk jadi yang tidak sesuai dengan ketentuan, seperti kempes, bocor. QC Packing Finsihed Goods melakukan pemeriksaan terhadap hasil kegiatan packing, misalnya mengenai ketepatan jumlah dalam satu karton, pelabelan tanggal kadaluarsa. Sedangkan QC Packing Finished Goods akan
(29)
melakukan pemeriksaan terhadap produk-produk yang dikembalikan setelah dilempar ke pasar.
2) Koordinator QC Proses, bertanggung jawab terhadap kegiatan inspeksi dalam proses produksi yang berlangsung. Kegiatan QC
Proses dibagi menjadi 2 bagian, yaitu QC Proses dan QC Filling. QC Proses tersebar pada bagian-bagian proses yang memerlukan inspeksi terhadap proses, produk yang dihasilkan dari proses tersebut agar sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan. QC Filling bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan filling mencakup proses filling dan sealingdan produk yang dihasilkan.
3) Koordinator QCSampling, bertugas dalam pelaksanaan sampling yang dilakukan terhadap bahan baku dan bahan packaging
segera setelah bahan yang dimaksud diterima dan sebelum pengujian oleh QC Analis. 2 bagian QC Sampling adalah QC Sampling Ingredients yang melakukan inspeksi terhadap bahan baku dan QC Sampling Packaging yang melakukan inspeksi terhadap bahan pengemas atau packaging.
12. Departemen Plant
Departemen Plant dikepalai oleh seorang Manajer Senior dan membawahi beberapa manajer dalam 4 sub-departemen yang berada di bawah naungannya. Posisi di bawah manajer berbeda-beda pada setiap sub-departemennya.
(30)
a. Sub-departemen Building & Technique
Sub-departemen ini dikepalai oleh seorang Manajer yang dibantu oleh seorang Asisten Manajer. Supervisor di bawah asisten manajer mempunyai beberapa koordinator untuk membantunya. Koordinator pun mempunyai sejumlah leader yang bertugas memimpin para staff
masing-masing. Sub-departemen ini bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem pengaturan bangunan dan fasilitas-fasilitas perusahaan, seperti pemeliharaan bangunan atau maintenance, pemeliharaan mesin-mesin.
b. Sub-departemen Packing
Manajer sub-departemen ini dibantu oleh Supervisor yang juga mengepalai beberapa Koordinator. Di bawah koordinator terdapat
leader yang memimpin para pekerja packing. Tugas sub-departemen ini adalah melaksanakan kegiatan packing sesuai dengan target yang telah ditentukan, sehingga produk-produk telah siap dalam kemasan baik pada saat pengiriman produk dilakukan.
c. Sub-departemen PPIC
Manajer PPIC langsung mengepalai posisi struktural di bawahnya dengan tingkatan yang sama seperti pada Sub-departemen Building & Technique. Di bawah manajer terdapat Asisten Manajer dengan
Supervisor di bawahnya. Supervisor mengepalai sejumlah Koordinator di bawahnya, Koordinator mempunyai leader yang memimpin para
(31)
penjadwalan dan rencana pembelian bahan baku dan bahan packaging
yang diperlukan dan juga terhadap jadwal pelaksanaan produksi untuk dapat memenuhi permintaan produk tepat pada waktu dan jumlah tertentu.
d. Sub-departemen Produksi
Struktur sub-departemen ini pun sama seperti pada Sub-departemen
Building & Technique serta Sub-departemen PPIC. Sub-departemen dikepalai oleh seorang Manajer yang membawahi Asisten Manajer, di bawahnya terdapat urutan tingkatan struktural, yaitu Supervisor, Koordinator, Leader dan para staff Produksi. Sub-departemen ini bertanggung jawab terhadap kelancaran proses pada setiap urutan proses dan lini produksi yang berlangsung.
13. Departemen Tax
Departemen ini dikepalai oleh seorang Manajer dan secara langsung dibantu oleh para staff Departemen Tax. Tugas yang diberikan kepada departemen ini menyangkut pengaturan terhadap pajak perusahaan, mulai dari perhitungan pajak perusahaan sampai pada pembayaran pajak.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Metode analisis statistik deskriptif merupakan cara menguraikan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan. Analisis statistik deskriptif yang dilakukan pada penelitian ini yaitu
(32)
dengan mendistribusikan jawaban responden dalam bentuk tabel sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang distribusi jawaban responden.
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki – laki 33 54 %
Wanita 28 46 %
Jumlah 61 100 %
Sumber: Komunitas MAPALA USU, Medan, 2013, (Data Diolah)
Tabel 4.1 menunjukkan mayoritas responden yang menjawab pertanyaan kuesioner mengenai perubahan merek dan loyalitas konsumen pada penelitian ini adalah anggota komunitas MAPALA USU yang berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 33 orang dengan tingkat persentase sebesar 54 persen dari total keseluruhan responden yang berjumlah 61 orang, yang digunakan peneliti sebagai sampel pada penelitian ini.
b. Karakteristik Berdasarkan Fakultas Responden
Tabel 4.2 Fakultas Responden
Fakultas Frekuensi Persentase
Ekonomi 14 23 %
Teknik 7 12 %
Sosial dan Politik 7 12 %
Farmasi 5 8 %
Kesehatan Masyarakat 5 8 %
Hukum 4 6 %
Kedokteran Gigi 4 6 %
Kedokteran 4 6 %
Psikologi 3 5 %
Ilmu Budaya 3 5 %
(33)
Pertanian 2 4 %
Jumlah 61 100 %
Sumber: Komunitas MAPALA USU, Medan, 2013, (Data Diolah)
Tabel 4.2 menunjukkan mayoritas responden yang menjawab pernyataan kuesioner mengenai perubahan merek dan loyalitas konsumen pada penelitian ini adalah anggota komunitas MAPALA USU yang berasal dari fakultas Ekonomi USU, sebanyak 14 orang dengan tingkat persentase sebesar 23 persen dari total keseluruhan sampel yang berjumlah 61 orang yang digunakan peneliti pada penelitian ini..
2. Hasil Pernyataan Kuesioner Dari 61 Responden a. Perubahan Merek(X)
Tabel 4.3 Perubahan Merek
Sumber: Komunitas MAPALA USU, Medan, 2013, (Data Diolah)
Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 61 orang responden untuk variabel perubahan merekpada Tabel 4.4, yaitu:
1) Mayoritas responden pada butir 1 menjawab sangat setuju, dengan nilai persentase sebesar 41 persen mengenai variabel perubahan merek, dimana pernyataannya mengenai perbedaan merek Sari Puspa dengan Soffell. 2) Mayoritas responden pada butir 2 menjawab setuju, dengan nilai
persentase sebesar 43 persen mengenai variabel perubahan merek, dimana pernyataannya mengenai persepsi konsumen terhadap kualitas setelah
Butir Frekuensi
SS % S % KS % TS % STS %
1 25 41 21 34 8 14 5 8 2 3
2 21 34 26 43 9 15 5 8 0 0
3 23 37 25 41 9 15 3 5 1 1
(34)
3) Mayoritas responden pada butir 3 menjawab setuju, dengan nilai persentase sebesar 41 persen mengenai variabel perubahan merek, dimana pernyataannya mengenai citraproduk setelah perubahan merek.
b. Loyalitas Konsumen(Y)
Tabel 4.4
Loyalitas Konsumen
Sumber: Komunitas MAPALA USU, Medan, 2013, (Data Diolah)
Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 61 orang responden untuk variabel loyalitas konsumenpada Tabel 4.5, yaitu:
1) Mayoritas responden pada butir 1 menjawab setuju, dengan nilai persentase sebesar 44 persen mengenai variabel loyalitas konsumen, dimana pernyataannya mengenai melakukan pembelian ulang secara teratur.
2) Mayoritas responden pada butir 2 menjawab setuju, dengan nilai persentase sebesar 51 persen mengenai variabel loyalitas konsumen dimana pernyataannya mengenai kekebalan terhadap tarikan dari pesaing. 3) Mayoritas responden pada butir 3 menjawab setuju, dengan nilai
persentase sebesar 43 persen mengenai variabel loyalitas konsumen, dimana pernyataannya mengenai merekomendasikan orang lain untuk menggunakan produk Soffell.
Butir Frekuensi
SS % S % KS % TS % STS %
1 21 34 27 44 10 17 3 5 0 0
2 19 31 31 51 7 12 3 5 1 1
(35)
4.2.2 Uji-t (uji pengaruh parsial)
Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Untuk melakukan uji-t menggunakan tabel
coefficients. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan variabel terikat mempunyai pengaruh yang positif atau tidak.
Tabel 4.5
Hasil Instrumen Uji-t (Uji Pengaruh Parsial) Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.869 1.228 6.406 .000
Perubahan Merek .345 .099 .417 3.467 .001 a. Dependent Variable: Loyalitas Konsumen
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 17.00, 2013
Tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa hasil uji signifikansi parsial variabel perubahan merek yaitu : Nilai thitung pada variabel perubahan merek adalah 3,467 dan nilai ttabel adalah 1,6711 sehingga thitung > ttabel ( 3,467 >1,6711 ). Tingkat signifikansi pada variabel perubahan merek yaitu 0.001 , lebih kecil dari 0,05 (0,001<0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel perubahan merek terhadap variabel loyalitas konsumen pada anggota Komunitas MAPALA USU.
Dari hasil penggunaan metode analisis regresi linear sederhana pada penelitian ini, maka diperoleh suatu bentuk persamaan, yaitu:
(36)
Y = 7,869 + 0,345X
Hal ini mengandung arti bahwa pengambilan keputusan yang terlihat dari nilai konstanta sebesar 7,869; apabila variabel perubahan merek meningkat 1 satuan maka kepuasan nasabah meningkat sebesar 0,345 satuan (unit).
4.2.3 Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi, dalam output SPSS terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R Square berkisar nol sampai satu.
Tabel 4.6
Tabel Hubungan Antar Variabel
Sumber: Situmorang dan Lufti (2012:148)
Tabel 4.6 menjelaskan mengenai tipe hubungan antar variabel, semakin besar nilai R berarti hubungan semakin erat. Koefisiensi determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilainya adalah 0 – 1. Semakin mendekati nol berarti tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu model berarti akan semakin baik. Hasil instrumen koefisiensi determinan (R2) dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Nilai Interpretasi
0,0 – 0,19 0,2 – 0,39 0,4 – 0,59 0,6 – 0,79 0,8 – 0,99
Sangat Tidak Erat Tidak Erat
Cukup Erat Erat
(37)
Tabel 4.7
Hasil Instrumen Koefisien Determinan (R2) Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .417a .174 .160 1.78067
a.Predictors: (Constant), Perubahan Merek b. Dependent Variable: Loyalitas Konsumen
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 17.00, 2013
Pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa R = 0,417, yang berarti hubungan antara variabel perubahan merek terhadap loyalitas konsumen pada komunitas MAPALA USU adalah sebesar 41,7%, artinya ada hubungan yang cukup erat. Adjusted R square sebesar 0,160 berarti 16% peningkatan loyalitas konsumen dapat dijelaskan perubahan merek sedangkan sisanya 84% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Pembahasan Hasil Penelitian Analisis Statistik Deskriptif
4.3.1.1 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Karaktersitik Responden
1. Pembahasan Hasil Penelitian Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Mayoritas responden yang menjawab pernyataan kuesioner mengenai pengaruh perubahan merek Sari Puspa menjadi Soffell terhadap loyalitas konsumen adalah anggota komunitas MAPALA USU yang berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 33 orang dengan tingkat persentase sebesar 54 persen dari total keseluruhan sampel yang berjumlah 61 orang yang digunakan peneliti. Hal ini disebabkan karena lebih banyak laki-laki
(38)
yang menjadi anggota komunitas MAPALA USU dibandingkan dengan perempuan.
2. Pembahasan Hasil Penelitian Karakteristik Berdasarkan Fakultas Responden
Mayoritas responden yang menjawab pernyataan kuesioner mengenai pengaruh perubahan merek Sari Puspa menjadi Soffell terhadap loyalitas konsumen adalah anggota komunitas MAPALA USU yang berasal dari fakultas Ekonomi, sebanyak 14 orang dengan tingkat persentase sebesar 23 persen dari total keseluruhan sampel yang berjumlah 61 orang, yang digunakan peneliti pada penelitian ini. Hal ini disebabkan karena banyak mahasiswa Fakultas Ekonomi USU yang bergabung dengan komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU.
4.3.1.2 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Hasil Pernyataan Kuesioner dari 61 Responden
1. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel Perubahan Merek (X) a. Mayoritas responden pada butir 1 menjawab sangat setuju, dengan nilai persentase sebesar 41 persen mengenai variabel perubahan merek, dimana pernyataannya mengenai perbedaan merek Sari Puspa dengan Soffell. Hal ini berarti, sebagian anggota komunitas MAPALA USU sudah mengetahui perihal perubahan merek Sari Puspa menjadi Soffell. Sisanya sebesar 34 persen menjawab setuju, 14 persen menjawab kurang setuju, 8 persen untuk pernyataan tidak setuju dan 3 persen untuk pernyataan sangat tidak setuju. Adapun pernyataan kurang setuju, tidak
(39)
setuju, dan sangat tidak setuju berasal dari jawaban responden yang mengatakan bahwa lotion anti nyamuk Sari Puspa tidak berganti nama menjadi Soffell.
b. Mayoritas responden pada butir 2 menjawab setuju, dengan nilai persentase sebesar 43 persen mengenai variabel perubahan merek, dimana pernyataannya mengenai persepsi konsumen terhadap kualitas setelah perubahan merek. Hal ini berarti, sebagian responden telah mengetahui bahwa tidak terdapat perbedaan antara lotion anti nyamuk merek Sari Puspa dengan merek Soffell. Sisanya masing-masing sebesar 34 persen menjawab sangat setuju, 15 persen kurang setuju, 8 persen menjawab tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Adapun pernyataan kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju berasal dari jawaban responden yang mengatakan terdapat perbedaan antara lotion anti nyamuk merek Sari Puspa dengan merek Soffell.
c. Mayoritas responden pada butir 3 menjawab setuju, dengan nilai persentase sebesar 41 persen mengenai variabel perubahan merek, dimana pernyataannya mengenai citra produk dalam hal kualitas setelah perubahan merek. Hal ini berarti, mayoritas responden yang percaya akan kualitas lotion anti nyamuk merek Soffell walaupun telah dilakukan perubahan merek dari merek Sari Puspa. Sisanya sebesar 37 persen menjawab sangat setuju, 15 persen kurang setuju, 5 pesen tidak setuju, dan 1 persen sangat tidak setuju. Dapat disimpulkan perubahan merek
(40)
Sari Puspa menjadi soffell tidak mengubah citra produk yang memiliki kualitas bagus.
2. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel Loyalitas Konsumen (Y)
a. Mayoritas responden pada butir 1 menjawab setuju, dengan nilai persentase sebesar 44 persen mengenai variabel loyalitas konsumen,
dimana pernyataannya mengenai melakukan pembelian lotion anti nyamuk merek Soffell secara rutin. Hal ini berarti, sebagian besar responden tetap membeli lotion anti nyamuk merek Soffell secara rutin. Sisanya sebesar 34 persen menjawab sangat setuju, 17 persen menjawab kurang setuju, 5 persen menjawab tidak setuju dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju, tidak melakukan pembelian lotion anti nyamuk merek Soffell secara rutin. Faktor penyebabnya bisa terjadi karena responden tertarik membeli produk lotion anti nyamuk merek lain.
b. Mayoritas responden pada butir 2 menjawab setuju, dengan nilai persentase sebesar 51 persen mengenai variabel loyalitas konsumen,
dimana pernyataannya mengenai mengenai kekebalan terhadap tarikan dari pesaing. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden tetap loyal untuk membeli lotion anti nyamuk merek Soffell. Sisanya sebesar 31 persen menjawab sangat setuju, 12 persen menjawab kurang setuju, 5 persen tidak setuju dan 1 persen sangat tidak setuju. Responden yang menjawab kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju tidak loyal
(41)
untuk membeli lotion anti nyamuk merek Soffell. Faktor penyebabnya bisa terjadi karena responden suka mencoba berbagai berbagai merek produk lotion anti nyamuk.
c. Mayoritas responden pada butir 3 menjawab setuju, dengan nilai persentase sebesar 43 persen mengenai variable loyalitas konsumen,
dimana pernyataannya mengenai merekomendasikan orang lain untuk menggunakan produk Soffell. Hal ini berarti, sebagian besar anggota komunitas MAPALA USU merekomendasikan untuk menggunakan lotion anti nyamuk merek Soffell kepada orang lain. Sisanya sebesar 26 persen menjawab sangat setuju, 26 persen menjawab kurang setuju, 5 persen menjawab tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju, tidak merekomendasikan untuk menggunakan lotion anti nyamuk merek Soffell kepada orang lain. Faktor penyebabnya bisa terjadi karena responden kurang suka mengatakan produk apa yang digunakannya karena alasan privasi.
4.3.2 Pembahasan Hasil Penelitian Uji-t
Nilai thitung pada variabel perubahan merek lebih besar daripada nilai ttabel. Tingkat signifikansi pada variabel perubahan merek lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel perubahan merek terhadap variabel loyalitas konsumen pada komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU. Perbedaan antara merek lama dan merek baru, persepsi konsumen terhadap kualitas setelah perubahan merek, dan citra produk
(42)
setelah perubahan merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen.
Dari hasil penggunaan metode analisis regresi linear sederhana pada penelitian ini, maka diperoleh suatu bentuk persamaan, yaitu:
Y = a + bX
Y = 7,869 + 0,345X
Hal ini mengandung arti bahwa pengambilan keputusan yang terlihat dari nilai konstanta sebesar 7,869; apabila variabel perubahan merek meningkat 1 satuan maka loyalitas konsumen meningkat sebesar 0,345 satuan (unit). Dapat disimpulkan bahwa perubahan merek cukup dalam menentukan loyalitas konsumen pada yaitu akan meningkat sebesar 0,345 untuk tiap 1 unitnya.
4.3.3 Pembahasan Hasil Penelitian Koefisien Determinan (R2)
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa R = 0,417, yang berarti hubungan antara variabel perubahan merek terhadap loyalitas konsumen pada komunitas MAPALA USU adalah sebesar 41,7%, artinya ada hubungan yang cukup erat. Adjusted R square sebesar 0,160 berarti 16% peningkatan loyalitas konsumen dapat dijelaskan perubahan merek sedangkan sisanya 84% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standard Error of Estimate adalah 1.78067. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.
(43)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah:
1. Berdasarkan signifikansi t (uji-t), variabel perubahan merek memiliki pengaruh positif dan signifikan dalam mempengaruhi loyalitas konsumen pada komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU. Oleh karena itu, perubahan merek yang dilakukan PT. Sari Enesis Indah dari Sari Puspa menjadi Soffell cukup mempengaruhi loyalitas konsumen dalam melakukan keputusan pembelian pada komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU.
2. Berdasarkan hasil koefisien determinan (R2), variabel perubahan merek memiliki hubungan yang cukup erat terhadap loyalitas konsumen pada komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU. Sebagian kecil nilai R Square dapat meningkatkan variabel loyalitas konsumen pada komunitas Maha siswa Pecinta Alam USU, sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
5.2 Saran
Saran penelitian ini adalah :
1. Sebaiknya, PT. Sari Enesis Indah lebih melakukan sosialisasi yang lebih besar, berkala, dan akurat tentang perubahan merek Sari Puspa menjadi
(44)
Soffell agar semakin banyak konsumen yang mengetahui adanya perubahan merek dari Sari Puspa menjadi Soffell dan tetap loyal dalam melakukan pembelian secara rutin.
2. Sebaiknya PT. Sari Enesis Indah menjalin hubungan yang baik dalam jangka panjang dengan konsumen, khususnya konsumen yang sudah loyal agar tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan dapat diperoleh secara maksimal.
(45)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Defenisi Merek
Menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah
“tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Sedangkan menurut
pendapat Kotler (2000), pengertian merek adalah suatu janji penjual untuk secara konsisten memberikan fitur, manfaat dan jasa tententu kepada pembeli, bukan hanya sekedar simbol yang membedakan produk perusahaan tertentu dengan kompetitornya.
Definisi merek menurut American Marketing Association memiliki kesamaan dengan definisi menurut UU Merek No.15 Tahun 2001, yaitu lebih menekankan merek sebagai identifier dan differentiator. Berdasarkan beberapa definisi di atas, secara teknis apabila seorang pemasar membuat nama, logo atau simbol baru untuk sebuah produk baru, maka ia telah menciptakan sebuah merek.
2.1.2 Manfaat Merek
Menurut Keller dalam Tjiptono (2005), merek bermanfaat bagi produsen maupun konsumen. Bagi produsen merek berperan sebagai berikut :
1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan
(46)
2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual. Nama merek bisa diproteksi melalui merek dagang terdaftar (registered trademarks), proses pemanufakturan bisa dilindungi melalui hak paten, dan kemasan bisa diproteksi melalui hak cipta (copyrights) dan desain. Hak-hak properti intelektual ini memberikan jaminan bahwa perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dalam merek yang dikembangkannya dan meraup manfaat dari saet bernilai tersebut.
3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. Loyalitas merek seperti ini menghasilkan predictability dan security
permintaan bagi perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan perusahaan lain untuk memasuki pasar.
4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing.
5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen
6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang.
Bagi konsumen, merek bisa memberikan beraneka macam nilai melalui sejumlah fungsi dan manfaat potensial. Keller dalam Tjiptono (2005) ada 7 manfaat merek bagi konsumen, yaitu:
(47)
1. Sebagai identifikasi sumber produk
2. Penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur atau distributor tertentu
3. Pengurang risiko
4. Penekan biaya pencarian (search costs) internal dan eksternal 5. Janji atau ikatan khusus dengan produsen
6. Alat simbolis yang memproyeksikan citra diri 7. Signal kualitas
Sedangkan menurut Kapferer dalam Tjiptono (2005), fungsi potensial sebuah merek meliputi identifikasi, praktikalitas, garansi, optimisasi, karakterisasi, kontinuitas, hedonistic, dan fungsi etis. Seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Fungsi Merek
No. FUNGSI MANFAAT BAGI PELANGGAN
1. Identifikasi
Bisa dilihat dengan jelas; memberikan makna bagi produk; gampang mengidentifikasi produk yang dibutuhkan atau dicari.
2. Praktikalitas
Memfasilitasi penghematan waktu dan energy melalui pembelian ulang identik dan loyalitas.
3. Jaminan
Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama sekalipun pembelian dilakukan pada waktu dan di tempat berbeda.
(48)
No. FUNGSI MANFAAT BAGI PELANGGAN
4. Optimisasi Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.
5. Karakterisasi Mendapatkan informasi mengenai citra diri konsumen atau citra yang ditampilkannya kepada orang lain.
6 Kontinuitas
Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengna merek yang telah digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama bertahun-tahun.
7 Hedonistik
Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo, dan komunikasinya
8. Etis
Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung-jawab merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat.
Sumber : Kapferer dalam (Tjiptono,2005) 2.1.3 Interpretasi merek
Istilah “merek” sebenarnya memiliki banyak interpretasi dan tidak mudah membedakannya dengan “produk” dan “marketing offering”. Profesor Brand Marketing dari University of Birmingham, Leslie de Chernatony (2001-2003) mengidentifikasi setidaknya ada 14 interpretasi terhadap merek, yang dikelompokkan menjadi tiga kategori : interpretasi berbasis input (branding
dipandang sebagai cara para manajer mengalokasikan sumber dayanya dalam
(49)
rangka meyakinkan konsumen), interpretasi berbasis output (interpretasi dan pertimbangan konsumen terhadap kemampuan merek memberikan nilai tambah bagi mereka), dan interpretasi berbasis waktu (menekankan branding sebagai proses yang berlangsung terus-menerus. Ketiga kategori ini kemudian dijabarkan menjadi 14 macam interpretasi, yakni merek sebagai logo, instrumen hukum, perusahaan shorthand, risk reducer, positioning, kepribadian, serangkaian nilai, visi, penambah nilai, identitas, citra, relasi, dan evolving entity.
Tabel 2.2
Interpretasi Terhadap Merek
No
. INTERPRETASI DESKRIPSI
A. Perspektif Input
1. Merek sebagai logo Merek didefinisikan sebagai “nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi di antaranya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang dan
jasa para pesaingnya” (definisi
American Marketing Association, dikutip dalam Kotler, et al. (2004, p. 407). Definisi ini menekankan peranan merek sebagai identifier dan differentiator.
2. Merek sebagai instrumen Merek mencerminkan hak kepemilikan yang dilindungi secara hukum.
3. Merek sebagai perusahaan Merek mempresentasikan perusahaan, dimana nilai-nilai korporat diperluas ke berbagai macam kategori produk.
4. Merek sebagai shorthand Merek memfasilitasi dan mengakselerasi pemrosesan informasi konsumen.
(50)
No INTERPRETASI DESKRIPSI 5. Merek sebagai penekan
risiko (risk reducer)
Merek menekan persepsi konsumen terhadap risiko (misalnya, risiko kinerja, risiko finansial, risiko waktu, risiko sosial, dan risiko psikologis)
6. Merek sebagai positioning
Merek diinterpretasikan sebagai wahana yang memungkinkan pemiliknya untuk mengasosiasikan penawarannya dengan manfaat fungsional tertentu yang penting, bisa dikenali, dan dinilai penting oleh para konsumen.
7. Merek sebagai
kepribadian
Merek memiliki nilai-nilai emosional atau kepribadian yang bisa sesuai dengan citra diri konsumen (baik citra actual, citra aspirasional, maupun citra situasional).
8. Merek sebagai
serangkaian nilai
Merek memiliki serangkaian nilai yang mempengaruhi pilihan merek. 9. Merek sebagai visi Merek merupakan visi para manajer
senior dalam rangka membuat dunia semakin baik. Dengan kata lain, merek mencerminkan apa yang ingin diwujudkan dan ditawarkan oleh para manajer senior kepada masyarakat luas.
10. Merek sebagai penambah nilai
Merek merupakan manfaat ekstra (fungsional dan emosional) yang ditambahkan pada produk atau jasa inti dan dipandang bernilai oleh konsumen.
11. Merek sebagai identitas Merek memberikan makna pada produk dan menentukan identitasnya, baik dalam hal ruang maupun waktu.
Perspektif Output
12. Merek sebagai citra Merek merupakan serangkaian asosiasi yang dipersepsikan oleh individu sepanjang waktu, sebagai hasil pengalaman langsung maupun tidak langsung atas sebuah merek. Lanjutan
(51)
No INTERPRETASI DESKRIPSI
13. Merek sebagai relasi Oleh karena merek bisa dipersonifikasikan, mak apara pelanggan bisa menjali relasi dengannya. Merek membantu pelanggan melegitimasi pandangan atau pemikirannya terhadap dirinya sendiri.
Perspektif Waktu
14. Merek sebagai
evolving entity
Merek bertumbuh seiring perubahan permintaan pelanggan dan persaingan. Akan tetapi, yang berubah adalah peripheral values, sementara core values jarang berubah.
Sumber : de Chernatony dalam Tjiptono (2005) 2.1.4 Perubahan Merek (Rebranding)
Perubahan merek (Rebranding) berarti proses dimana organisasi melakukan perubahan terkait dengan cara produk dipasarkan dan didistribusikan dengan menggunakan merek yang berbeda. Hal ini biasanya dilakukan dengan mengubah logo merek, nama merek, citra merek, strategi pemasaran atau strategi periklanan, tapi tidak selalu demikian. Perubahan tersebut biasanya ditujukan untuk repositioning produk di pasar (Donnelly dan Linton, 2009).
Pengertian rebranding adalah perubahan identitas, yang harus dilihat sebagai sebuah keputusan strategis dengan rencana yang matang.(Daly dan Moloney,2004). Rebranding dapat juga diartikan sebagai suatu proses pemberian nama brand baru atau identitas baru pada produk atau jasa yang sudah mapan tanpa perubahan berarti dari manfaat yang ditawarkan oleh produk.
Beberapa hal yang dapat menjadi motivasi dilakukannya rebranding, antara lain adalah :
(52)
1. Terjadi merger, akuisisi, divestasi yang memungkinkan merek, logo atau slogan tidak lagi sesuai.
2. Pergeseran pasar yang dikarenakan tindakan pesaing, munculnya pesaing baru, maupun perubahan kondisi ekonomi dan hukum.
3. Citra yang sudah kadaluarsa atau tidak sesuai lagi dengan perkembangan pasar. 4. Munculnya fokus dan visi baru bagi perusahaan.
5. Menjauhi perusahaan dari lingkup sosial dan moral dan untuk menampilkan citra yang lebih bertanggung jawab sosial.
Proses rebranding terdiri atas dua tipe, tipe pertama adalah apabila dalam proses rebranding terjadi penggantian merek yang sudah mapan dengan merek yang baru seperti Sari Puspa menjadi Soffell dan National menjadi Panasonic, sedangkan tipe kedua adalah apabila dalam proses rebranding terjadi suatu modifikasi dari merek yang sudah mapan seperti Coco Krispies menjadi
Coco Pops dan produk minuman Nestle Quik menjadi Nesquik.
2.1.5 Faktor Perubahan Merek
Hal ini berhubungan dengan latar belakang perusahaan yang ingin melakukan adaptasi agar lebih eksis terhadap perubahan lingkungan bisnis atau untuk meningkatkan daya saing dalam era kompetitif. Beberapa hal yang biasanya menjadi dasar perubahan di antaranya:
1. Pergantian pemimpin
Pergantian pemimpin sering sekali juga diikuti dengan proses rebranding
sebagai bentuk pemberitahuan pada publik internal dan eksternal akan adanya kepemimpinan yang baru dalam perusahaan.
(53)
2. Krisis image
Image sebagai bentuk persepsi eksternal terhadap aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan seringkali harus diubah karena adanya krisis yang dihadapi oleh perusahaan. Kasus korupsi 1,7 triliun yang dihadapi oleh BNI pada akhir tahun 2004 membuat pihak manajemen merasa perlu melakukan rebranding sebagai upaya untuk menunjukkan kepada publik bahwa pihak manajemen telah melakukan perubahan dan lebih profesional dalam melayani publik.
3. Kejenuhan pasar
Ada saat di mana pasar merasa jenuh dengan brand image yang diusung sebuah produk atau perusahaan yang berdampak pada menurunnya penjualan. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan penyegaran dengan melakukan rebranding.
4. Visi baru perusahaan
Adanya keinginan untuk memunculkan satu nilai bersama dari beragam unit bisnis akan melahirkan sebuah visi baru. MedcoEnergi misalnya, dengan beragam unit bisnis yang dimiliki dan beragam identitas visual serta sikap, merasa perlu memunculkan kesamaan sikap dan rasa kebersamaan yang berdampak pada perlunya rebranding. Di tahap awal prosesnya rebranding MedcoEnergi berhubungan dengan perubahan dan penyatuan identitas visual, penyeragaman sistem penamaan unit bisnis dan penyamaan common values (tata nilai bersama).
(54)
2.1.6 Hasil Perubahan Merek
Implementasi dari proses rebranding yang dijalankan oleh perusahaan biasanya berhubungan dengan tiga hal berikut:
1. Perubahan logo
Disebabkan karena logo lama dianggap sudah ketinggalan jaman atau terjadi kesalahan asosiasi brand. Apa yang dialami oleh PT Excelcomindo di mana pelanggan lebih mengasosiasikan product brand Pro XL dengan
company brand PT Excelcomindo dikarenakan pihak manajemen terlalu menonjolkan product brand, sehingga pelanggan lebih mengetahui
product brand dari pada company brand dan menganggap product brand
sebagai company brand. Logo baru diharapkan bisa mengubah asosiasi yang keliru terhadap product brand dan company brand.
2. Refreshment logo
Pada prinsipnya tidak ada perubahan logo, tapi lebih dimaksudkan untuk menyegarkan product brand atau companybrand di benak pelanggan agar tetap menjadi top of mind. Di kalangan karyawan sendiri diharapkan adanya kegairahan atau motivasi dalam bekerja sebagai wujud komitmen
refreshment logo yang dilakukan. Positioning perusahaan perlu ditegaskan kepada karyawan agar dampak dari refreshment yang dilakukan bisa dirasakan oleh seluruh anggota perusahaan yang akan berimbas pada aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dan akan dipersepsi oleh publik perusahaan.
(55)
3. Perubahan visi
Visi perusahaan yang baru diharapkan akan lebih mampu beradaptasi terhadap lingkungan bisnis yang secara konstan akan terus berubah. Indikator seperti perkembangan teknologi dan liberalisasi perdagangan harus dicermati agar perusahaan dapat senantiasa beradaptasi dengan baik.
Rebranding perusahaan dalam menyikapi perubahan ini seringkali akan berimbas pada lahirnya visi perusahaan yang baru.
2.1.7 Definisi Loyalitas
Berikut definisi dari terjemahan loyalitas (customer loyalty) menurut
beberapa ahli. Menurut Oliver (1997), antara lain : “Komitmen untuk bertahan
secara mendalam dengan melakukan pembelian ulang atau berlangganan kembali dengan produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk
menyebabkan perubahan perilaku”.
Sedangkan Griffin (1995), menyatakan pendapatnya tentang loyalitas
pelanggan antara lain : “Konsep loyalitas lebih mengarah kepada prilaku (behaviour) dibandingkan dengan sikap (attitude) dan seorang konsumen yang loyal akan memperlihatkan prilaku pembelian yang didefinisikan sebagai pembeli yang teratur dan diperlihatkan sepanjang waktu oleh beberapa unit pembuatan
keputusan”.
2.1.8 Brand Loyalty
Brand loyalty (loyalitas terhadap suatu merek) didefinisikan sebagai tingkat ketika konsumen memiliki sikap positif terhadap suatu merek, memiliki
(56)
komitmen dan bermaksud untuk melanjutkan pembelian di masa yang akan datang (Mowen, 1995) dalam Griffin.
Loyalitas merek merupakan ukuran kedekatan / keterkaitan pelanggan pada sebuah merek. Ukuran ini menggambarkan tentang mungkin tidaknya konsumen beralih ke merek lain, terutama jika merek tersebut mengalami perubahan baik yang menyangkut harga ataupun atribut lainnya. Konsumen yang loyal pada umumnya akan melanjutkan penggunaan merek tersebut, walaupun dihadapkan dengan banyak alternatif merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul. Beberapa fungsi yang dapat diberikan oleh brand loyalty kepada perusahaan yaitu:
1. Mengurangi biaya pemasaran. 2. Meningkatkan perdagangan. 3. Menarik minat pelanggan baru.
4. Memberi waktu untuk merespon ancaman pesaing.Branduality
Loyalitas konsumen terhadap merek terdiri dari lima kategori yang memiliki tingkatan loyalitas mulai dari yang paling rendah sampai tertinggi yang membentuk piramida loyalitas merek. Adapun tingkatan loyalitas merek adalah :
1. Konsumen yang berpindah-pindah (Switcher)
Pembeli yang berada pada tingkat ini disebut sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar, dan juga sama sekali tidak loyal. Pembeli pada tingkat ini tidak mau terikat pada merek apa pun, karena karakteristik konsumen yang berada pada kategori ini pada umumnya adalah mereka yang sensitif terhadap harga. Mereka menganggap bahwa suatu produk (apa pun mereknya)
(57)
dianggap telah memadai serta hanya memiliki peranan yang kecil dalam keputusan untuk membeli.
2. Pembelian yang berdasarkan kebiasaan (Habitual Buyer)
Pembeli yang berada pada tingkat ini, dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek yang telah mereka konsumsi. Para pembeli tipe ini memilih merek hanya karena faktor kebiasaan. Karakteristik konsumen yang termasuk dalam kategori ini adalah jarang untuk mengevaluasi merek lain. Sungkannya konsumen untuk berpindah ke merek lain lebih dikarenakan sikap mereka yang pasif.
3. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (Satisfied Buyer)
Pembeli pada tingkat ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi, namun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembelian ke merek lain dengan menanggung switch cost yang terkait dengan waktu, uang, manfaat, ataupun resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka dalam peralihan merek.
4. Pembeli yang menyukai merek (Liking the Brand)
Pada tingkat ini, konsumen sungguh-sungguh menyukai merek. Pada tingkat ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Preferensi mereka dilandaskan pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan merek produk.
5. Pembeli yang setia (Committed Buyer)
Pada tingkatan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek Bahkan merek sudah
(58)
menjadi suatu hal yang sangat penting bagi mereka, baik karena fungsi operasional maupun emosional dalam mengekspresikan jati diri. Salah satu aktualisasi loyalitas konsumen pada tingkat ini ditunjukan dengan tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut pada pihak lain. Upaya perusahaan untuk meningkatkan ekuitas merek yang dimiliki dapat dijadikan landasan dari program pemasaran yang sukses. Setiap perusahaan, apapun jenis usahanya, dipastikan selalu sangat bergantung dengan kesetiaan konsumen terhadap merek.
Committed Buyer Liking the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer
Switcher
Sumber : Aaker dalam Durianto (2004) Gambar 2.1
Piramida Brand Loyalty (Loyalitas Merek)
Menurut Griffin (1995), ada tujuh tahap loyalitas, yaitu : 1. Suspect
Meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa perusahaan. Pada hal ini konsumen akan membeli tetapi belum mengetahui mengenai perusahaan dan barang atau jasa yang ditawarkan.
(59)
2. Prospect
Orang-orang yang memiliki kebutuhan barang atau jasa tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini konsumen belum melakukan pembelian, tetapi telah mengetahui keberadaan perusahaan dan barang atau jasa yang ditawarkan, karena seseorang telah merekomendasikan barang atau jasa tersebut padanya.
3. Disqualified Prospect
Orang yang telah mengetahui barang atau jasa tertentu, tetapi tidak mempunyai kebutuhan akan barang atau jasa tersebut, atau tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang atau jasa tersebut.
4. First Time Customer
Konsumen yang membeli untuk yang pertama kalinya. Pembelian ini masih menjadi konsumen pembelian biasa dari barang atau jasa pesaing.
5. Repeat Customer
Konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih. Konsumen ini adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama sebanyak dua kali atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula.
6. Clients
Membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan yang mereka butuhkan, hubungan dengan konsumen ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh tarikan produk atau pelanggan pesaing.
(60)
7. Advocates
Layaknya klien, advocates membeli seluruh barang atau jasa yang ditawarkan dan dibutuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Sebagai tambahan, mereka mendorong orang luar untuk membeli barang atau jasa tersebut.
8. Partners
Merupakan bentuk hubungan yang paling kuat antara pelanggan dengan perusahaan dan berlangsung secara terus menerus karena kedua pihak melihatnya sebagai hubungan yang saling menguntungkan (win-win solution).
Menurut Oliver (1997), ada empat tahap loyalitas antara lain :
1. Loyalitas berdasarkan kesadaran (Cognitive loyalty)
Pada tahap pertama loyalitas ini, informasi utama suatu produk atau jasa menjadi faktor penentu, tahap ini berdasarkan pada kesadaran dan harapan konsumen. Namun bentuk kesetiaan ini kurang kuat karena konsumen mudah beralih kepada produk atau jasa yang lain jika memberikan informasi yang lebih menarik.
2. Loyalitas berdasarkan pengaruh (Affective loyalty)
Pada tahap ini loyalitas mempunyai kedudukan pengaruh yang kuat baik dalam prilaku maupun sebagai komponen yang mempengaruhi kepuasan. Kondisi sangat sulit dihilangkan karena kesetiaan sudah tertanam dalam pikiran konsumen bukan hanya sebagai kesadaran atau harapan.
(61)
Tahap loyalitas ini mengandung komitmen perilaku yang tinggi untuk melakukan pembelian produk atau jasa. Hasrat untuk melakukan pembelian ulang atau bersikap loyal merupakan tindakan yang dapat diantisipasi namun tidak disadari.
4. Loyalitas dalam bentuk tindakan (Action loyalty)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari kesetiaan, pada tahap ini diawali suatu keinginan yang disertai motivasi, selanjutnya diikuti oleh siapapun untuk bertindak dan keinginan untuk mengatasi seluruh hambatan untuk melakukan tindakan.
Menurut Hill dalam Griffin (2005)membagi tahapan loyalitas pelanggan menjadi enam tahap mulai dari suspect sampai pada tahap partner. Di bawah ini akan digambarkan mengenai piramida tahapan loyalitas pelanggan tersebut.
* Profit Starts Here (keuntungan dimulai disini) Gambar 2.2. Piramida tahap-tahap loyalitas pelanggan
Sumber : Griffin (2005) Suspect Prospect * Customer *
Clients Advocare
(62)
2.1.9 Loyalitas Konsumen
Oliver dalam Griffin (2005), mengungkapkan definisi loyalitas konsumen adalah sebagai berikut: “ Customer loyalty is deefly held commitment
to rebuy or repatronize a preferred product or service consistenly in the future, despite situational influence and marketing efforts having the potential to cause
switching behavior ”. Uraian definisi di atas menjelaskan bahwa loyalitas konsumen adalah suatu komitmen dari konsumen untuk bertahan secara mendalam agar mengkonsumsi kembali atau melakukan pembelian ulang suatu produk dan jasa yang terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.
Menurut Sumarwan (2003), konsumen yang merasa puas terhadap produk dan merek yang dikonsumsi atau dipakai akan membeli ulang produk tersebut. Jika pembelian ulang tersebut dilakukan secara terus-menerus, maka inilah yang dikatakan sebagai loyalitas konsumen.
Dick dan Basu dalam Tjiptono (2005), menyatakan bahwa ada empat jenis loyalitas konsumen yang berbeda dan muncul apabila keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasi silang dengan pola pembelian ulang yang rendah dan tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
(63)
Tabel 2.3 Keterikatan Relatif
Tinggi Rendah
Tinggi Loyalitas Premium Loyalitas Tersembunyi
Rendah Loyalitas Lemah Tanpa Loyalitas
Sumber: Tjiptono (2005)
1. Tanpa Loyalitas (No Loyalty)
Tanpa loyalitas terjadi bila tingkat keterikatan dan perilaku pembelian ulang konsumen yang sama-sama lemah, sehingga loyalitas tidak terbentuk. Ada dua kemungkinan penyebab. Pertama, sikap yang lemah (mendekati netral) dapat terjadi jika suatu produk dan jasa baru diperkenalkan dan atau pemasarnya tidak mampu mengkomunikasikan keunggulan unik produknya. Penyebab kedua berkaitan dengan dinamika pasar, dimana merek-merek yang berkompetisi dipersepsikan serupa atau sama.
2. Loyalitas Lemah (Spurious Loyalty)
Tingkat keterikatan yang rendah bila digabung dengan perilaku pembelian berulang yang tinggi akan menghasilkan loyalitas lemah. Konsumen ini biasanya membeli karena adanya faktor kebiasaan. Hal ini termasuk jenis
pembelian ”karena konsumen selalu menggunakannya” atau ”karena sudah terbiasa”. Pembeli ini merasakan tingkat kepuasan tertentu dengan perusahaan
atau minimal tiada ketidakpuasan yang nyata. Loyalitas jenis ini paling umum terjadi pada produk yang sering dibeli.
(1)
11. Sahabat-sahabat ku tersayang dan teman-teman seperjuangan di Fakultas Ekonomi : Adinatan, Surya, Ricardo, Dea, Vina, Lisa, Riza, Kezia, Moly, Hidup, Ahdian, Bara, Gary dan anak-anak manajemen 2009 semua, terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya.
Medan, April 2013
(2)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………... i
ABSTRACT……….………… ii
KATA PENGANTAR ………..………….iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ………... ix
BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 6
2.1. Uraian Teoritis... 6
2.1.1. Defenisi Merek……….. 6
2.1.2 Manfaat Merek ……… 6
2.1.3 Interpretasi Merek………... 9
2.1.4 Perubahan Merek (Rebranding) ……… ……….. 12
2.1.5 Faktor Perubahan Merek …………...………... 13
2.1.6 Hasil Perubahan Merek ... 15
2.1.7 Definisi Loyalitas ... 16
2.1.8 Brand Loyalty ………... 16
2.1.9 Loyalitas Konsumen ………... 23
2.2 Kerangka Konseptual ……….. 25
2.3 Penelitian Terdahulu ……….. 26
2.4 Hipotesis ……….. 27
BAB III. METODE PENELITIAN ……….. 28
3.1 Jenis Penelitian... 28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 28
3.3 Populasi dan Sampel ... 28
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.5 Jenis dan Sumber Data ...30
3.6 Batasan Operasional……… 31
3.7 Defenisi Operasional Variabel dan Skala Ukur ……….. 31
3.7.1 Defenisi Operasional Variabel……….... 31
3.7.2 Skala Pengukuran Variabel………... 33
3.8 Uji Validitas dan Realibilitas……….. 33
(3)
3.8.2 Uji Reliabilitas ... 34
3.9 Metode Analisis Data ………... 34
3.9.1 Metode Analisis Deskriptif ………... 34
3.9.2 Analisis Regresi Linier Sederhana ………... 35
3.9.1 Pengujian Koefisien Determinan (R2) ……….. 36
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 39
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 39
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Sari Enesis Indah ………. 41
4.1.2 Visi dan Misi PT Sari Enesis Indah ……… 41
4.1.3 Struktur Organisasi PT Sari Enesis Indah ……… 41
4.2 Hasil Penelitian ……….. 49
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ……….. 49
4.2.2 Uji t (Uji Pengaruh Parsial) ……….. 53
4.2.3 Koefisien Determinan (R2) ……….. 54
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 55
4.3.1 Pembahasan Hasil Penelitian Analisis Statistik Deskriptif ……… 55
4.3.1.1 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Karakteristik Responden .. 55
4.3.1.2 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Hasil Pernyataan ………... 56
4.3.2 Pembahasan Hasil Penelitian Uji t ………. 59
4.3.3 Pembahasan Hasil Penelitian Koefisien Determinan (R2) ……… 60
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 62
5.1 Kesimpulan ……….. 62
5.2 Saran ………. 62
(4)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Fungsi Merek ……….….. 8
Tabel 2.2 Interpretasi Terhadap Merek ………. 10
Tabel 2.3 Keterikatan Relatif ………. 24
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ……… 32
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ………... 33
Tabel 3.3 Uji Validitas ……… 34
Tabel 3.4 Uji Reliabilitas ……… 35
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ……….. 50
Tabel 4.2 Fakultas Responden ……… 50
Tabel 4.3 Perubahan Merek ……… 51
Tabel 4.4 Loyalitas Konsumen ……… 52
Tabel 4.5 Hasil Instrumen Uji t ………. 53
Tabel 4.6 Tabel Hubungan Antar Variabel ……….. 54
(5)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman Gambar 2.1 Piramida Brand Loyalty (Loyalitas Merek)………..19 Gambar 2.2 Piramida tahap-tahap loyalitas pelanggan……….22 Gambar 2.3 Kerangka Konseptual………26
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ………..65
Lampiran 2 Tabel Distribusi Jawaban ………...67
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ……….70