2.7.2 Pencegahan Primer
Usaha pencegahan kerusakan ginjal pada pasien dengan resiko tinggi seperti diabetes, hipertensi, pasien dengan proteinuria. Hal ini penting oleh karena semakin
meningkatnya pasien dengan penyakit ginjal kronik yang progresif, dengan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular yang tinggi, serta besarnya biaya pengobatan
pengganti.
30
Pencegahan primer terhadap penyakit GGK dapat berupa:
31
a. Pengaturan diet protein.
b. Menghindari obat netrotoksik.
c. Menghindari kontak radiologik yang tidak amat perlu.
d. Mencegah kehamilan pada penderita yang berisiko tinggi.
e. Konsumsi garam sedikit, makin tinggi konsumsi garam, makin tinggi pula
kemungkinan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat mempermudah terbentuknya kristalisasi ikatan kalsium urat oleh
sodium.
32
2.7.3 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berupa penatalaksanaan konservatif yang terdiri atas pengobatan penyakit-penyakit co morbid penyakit penyerta untuk menghambat
progresifitas dan persiapan pengobatan pengganti yang terdiri dari dialisis dan transplantasi ginjal.
30
a. Pengobatan Konservatif
Tujuan pengobatan konservatif adalah memanfaatkan faal ginjal yang masih ada, menghilangkan berbagai faktor pemberat, dan bila mungkin memperlambat
Universitas Sumatera Utara
progresivitas gagal ginjal.
25
Pengobatan konservatif penyakit gagal ginjal kronik GGK antara lain:
i. Pengaturan diet kalium, natrium dan cairan
i. Diet rendah kalium Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal ginjal lanjut.
Asupan kalium dikurangi, diet yang dianjurkan adalah 40-80 mEqhari. Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tinggi kadar
kaliumnya dapat menyebabkan hiperkalemia.
4
ii. Diet rendah natrium Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90 mEqhari 1-2 gr Na. Asupan
natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi gagal jantung kongestif.
4
iii. Pengaturan cairan Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus
diawasi dengan seksama. Parameter yang tepat untuk diikuti selain data asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat.
Asupan yang bebas dapat menyebabkan beban sirkulasi menjadi berlebihan, dan edema. Sedangkan asupan yang terlalu rendah
mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal.
4
Universitas Sumatera Utara
ii. Pencegahan dan pengobatan komplikasi
i. Hipertensi Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi
hipertensi berat. Biasanya hipertensi dapat dikontrol secara efektif dengan pembatasan natrium dan cairan, serta melalui ultrafiltrasi bila
penderita sedang menjalani hemodialisis. Pada beberapa kasus dapat diberikan obat antihipertensi dengan ataupun tanpa diuretik agar
tekanan darah dapat terkontrol. Perawatan yang cermat perlu dilakukan untuk menurunkan tekanan darah secara bertahap sehingga
penderita tidak mengalami hipotensi yang akan mengakibatkan penurunan LFG dan semakin buruknya fungsi ginjal.
20
ii. Hiperkalemia Salah satu komplikasi yang paling serius pada penderita uremia
adalah hiperkalemia. Bila K
+
serum mencapai kadar sekitar 7 mEqL, dapat terjadi disritmia yang serius dan juga henti jantung. Selain itu,
hiperkalemia makin diperberat lagi oleh hipokalsemia, hiponetremia, dan asidosis. Karena alasan ini, jantung penderita harus dipantau
terus untuk mendeteksi efek hiperkalemia.
20
Hiperkalemia akut dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin intravena yang akan memasukkan K
+
ke dalam sel, atau dengan pemberian kalsium glukonat 10 intravena dengan hati-
hati.
20
Universitas Sumatera Utara
iii. Anemia Anemia merupakan temuan yang hampir selalu ditemukan pada
pasien penyakit ginjal lanjut. Penyebab anemia adalah multifaktorial, termasuk defisiensi produksi eritropoietin.
20
Pengobatan anemia dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Bila ditemukan defisiensi zat besi kadar feritin dan zat besi serum dari
normal diberikan pengobatan zat besi per oral dengan dosis 2-3 mg besi elementalkgbbkali diberikan 3 kali sehari selama 3 bulan. Bila
terjadi defisiensi asam folat, diberi pengobatan asam folat dengan dosis 1-5 mghari selama 3-4 minggu. Anemia pada pasien GGK juga
dapat diobati dengan androgen karena dapat meningkatkan produksi eritropoietin oleh hepatosit. faktor pemberat, dan bila mungkin
memperlambat progresivitas gagal ginjal.
25
iv. Asidosis Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO
3 -
plasma turun di bawah angka 15 mEqL. Bila asidosis berat akan dikoreksi dengan
pemberian Na HCO
3 -
Natrium Bikarbonat parenteral.
4
v. Osteodistrofi ginjal Salah satu tindakan pengobatan terpenting untuk mencegah
timbulnya hiperparatiroidisme sekunder dan segala akibatnya adalah diet rendah fosfat dengan pemberian agen yang dapat mengikat fosfat
dalam usus. Pencegahan dan koreksi hiperfosfatemia mencegah urutan peristiwa yang dapat mengarah pada gangguan kalsium dan
Universitas Sumatera Utara
tulang. Apabila terjadi keterlibatan rangka yang parah akibat kurangnya terapi preventif dengan agen pengikat fosfat, maka
diindikasikan terapi vitamin D atau paratiroidektomi. Bila lesi yang dominan adalah osteomalasia, ahli nefrologi harus memulai terapi
vitamin D dengan pengawasan ketat.
20
vi. Hiperurisemia Obat pilihan untuk hiperurisemia pada penyakit ginjal lanjut biasanya
adalah alopurinol. Obat ini mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis sebagian asam urat total yang dihasilkan
oleh tubuh.
20
vii. Neuropati Perifer Biasanya neuropati perifer simtomatik tidak timbul sampai gagal
ginjal mencapai tahap yang sangat lanjut. Tidak ada pengobatan yang diketahui untuk mengatasi perubahan tersebut kecuali dengan dialisis
yang dapat menghentikan perkembangannya.
20
viii. Pengobatan segera pada infeksi Penderita gagal ginjal kronik memiliki kerentanan yang lebih tinggi
terhadap serangan infeksi, terutama infeksi saluran kemih. Semua jenis infeksi dapat memperkuat proses katabolisme dan mengganggu
nutrisi yang adekuat serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga infeksi harus segera diobati untuk mencegah gangguan
fungsi ginjal lebih lanjut.
20
Universitas Sumatera Utara
b. Dialisis