BAB IV TARI SERAMPANG DUA BELAS WARISAN BUDAYA MELAYU
SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA DI SUMATERA UTARA
4.1. Asal Usul Tari Serampang Dua Belas
Tari Serampang Dua Belas merupakan tarian tradisional Melayu yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang. Tarian ini diciptakan dan diperkenalkan oleh Sauti pada tahun
1938 pada saat diadakannya pertunjukan “muziek en Tonnel Vereeniging ANDALAS” pimpinan Madong Lubis di Gran Hotel Medan. Kemudian tarian ini digubah ulang oleh
penciptanya antara 1950 – 1960. Sebelum bernama Serampang Dua Belas, tarian ini bernama Tari Pulau Sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu lagu Pulau Sari.
Sedikitnya ada dua alasan mengapa nama tari pulau sari di ubah menjadi Tari Serampang Dua Belas, yaitu pertama karena nama tari pulau sari di nilai kurang tepat, hal ini
disebabkan karena tarian ini bertempo cepat. Menurut Tengku Mira Sinar, nama tarian yang diawali dengan kata “pulau” biasanya bertempo rumba, seperti Tari Pulau Kampai dan Tari
Pulau Putri. Sedangkan Tari Serampang Dua Belas memiliki gerakan bertempo cepat seperti tari Serampang Laut.
Berdasarkan hal itulah mengapa Tari Pulau Sari berubah nama menjadi Tari Serampang Dua Belas. Nama Dua Belas sendiri memiliki arti tarian dengan gerakan tercepat di antara lagu
yang bernama serampang Sinar, 2009 : 48. Alasan kedua adalah penamaan Tari Serampang Dua Belas merujuk pada ragam gerak
tarinya yang berjumlah 12, yaitu : pertemuan pertama, cinta meresap, memendam cinta, menggila mabuk kepayang, isyarat tanda cinta, menduga, masih belum percaya, jawaban,
pinang-meminang, mengantar pengantin dan pertemuan kasih. Sinar, 2009 : 49-52
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tengku Mira Sinar penari Tari Serampang Dua Belas, tarian ini merupakan hasil perpaduan gerak antara tarian Portugis dan Melayu Serdang. Pengaruh Portugis tersebut
terlihat pada keindahan gerak tari dan kedinamisan irama musik yang mengiringinya. Seni budaya Portugis memang mempengaruhi bangsa Melayu, terlihat dari gerak tari
tradisionalnya folklore dan irama musik tari yang dinamis, dapat kita lihat dari tarian Serampang XII yang iramanya tari lagu dua. Namun kecepatannya 24 digandakan, gerakan
kaki yang melompat-lompat dan lenggok badan serta tangan yang lincah persis seperti tarian Portugis
Tari Serampang Dua Belas ini merupakan tarian khas Melayu yang memiliki alur cerita. Tari ini berkisah tentang cinta suci antara dua anak manusia yang berawal dari
pandangan pertamadan diakhiri dengan pernikahan yang telah direstui oleh kedua orang tua masing-masing.
Oleh karena tarian ini menceritakan bagaimana proses bertemunya dua hati tersebut, maka tarian ini ditarikan berpasangan yaitu laki-laki dan perempuan. Namun dahulu, pada awal
perkembangannya tarian ini hanya dibawakan oleh laki-laki karena kondisi masyarakat pada saat itu melarang perempuan tampil di depan umum, terlebih lagi memperlihatkan lenggok-
lenggok tubuhnya. Beberapa waktu kemudian, perempuan telah mendapat izin untuk tampil membawakan
tarian ini di depan umum. Dengan diperbolehkannya perempuan memainkan Tari Serampang Dua Belas ini membawa pengaruh positif terhadap perkembangan tarian ini.
Universitas Sumatera Utara
Tari Serampang Dua Belas tidak hanya berkembang dan dikenal oleh masyarakat di wilayah Kesultanan Serdang saja, tetapi juga dikenal ke berbagai daerah di Indonesia, seperti
Riau, Jambi, Kalimantan, dan Maluku. Selain wilayah-wilayah di Indonesia, tarian ini juga dikenal dan sering dipentaskan di mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan
Hongkong. Keberadaan Tari Serampang Dua Belas yang semakin mendunia ternyata memantik
kegelisahan sebagian masyarakat Serdang Bedagai khususnya dan Sumatera Utara pada umumnya. Kekhawatiran tersebut timbul dikarenakan dua hal, yaitu pertama, persebaran Tari
Serampang Dua Belas ke berbagai daerah dan negara tidak diimbangi dengan transformasi kualitasnya. Artinya, transformasi Tari Serampang Dua Belas terjadi hanya pada bentuknya
saja, bukan kepada tekniknya. Menurut Jose Rizal Firdaus Kompas, 1 Juli 2008, salah satu yang mengkhawatirkan
dari berkembangnya Tari Serampang Dua Belas adalah adanya pendangkalan dalam hal teknik menari. Hal ini disebabkan oleh orang-orang di luar daerah Deli Serdang yang memainkan
tarian ini tidak didukung oleh penguasaan teknik yang benar sehingga terjadi pergeseran teknik tari dari asalnya.
Hal yang kedua yaitu, minimnya kepedulian generasi muda terhadap Tari Serampang Dua Belas. Meluasnya persebaran tarian ini ke berbagai daerah ternyata tidak diimbangi
dengan meningkatnya kecintaan generasi muda serdang bedagai terhadap tarian ini yang merupakan tarian yang berasal dari daerah tersebut. Kondisi ini tidak hanya menyebabkan Tari
Serampang Dua Belas hilang tetapi juga dapat diklaim oleh pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Penari Wanita Tari Serampang Dua Belas. Tari Serampang Dua Belas karya Sauti pernah sangat populer di Indonesia. Tari ini
dipelajari dan ditarikan di seluruh daerah, tidak saja di Sumatra tetapi juga di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Maluku. Demam Tari Serampang Dua Belas terjadi pada
dekade 50-an hingga 60-an. Puncaknya adalah Festival Tari Serampang Dua Belas12 Tingkat Nasional pernah
diselenggarakan di Surabaya dan di Jakarta. Tahun 1963 Festival Tingkat Nasional III diselenggarakan di Medan, dan pada tahun itu juga Sauti meninggal dunia. Bahkan Tari
Serampang Dua Belas sempat masuk ke dunia industri perfilman di masa itu. Pendangkalan teknik tari Serampang Dua Belas antara lain disebabkan karena semangat
untuk menyebar luaskan tari tersebut untuk dapat dipelajari dan ditarikan secara luas, mengorbankan kualitasnya. Tampilnya pelatih-pelatih tari daerah lain yang mempelajari tari
Serampang Dua Belas secara instan turut menyumbangkan pergeseran teknik dasar tari Melayu yang menjadi acuan Sauti dalam menata tari Serampang Dua Belas pada dekade 50-an dan 60-
an tidak ditunjang dengan kesabaran untuk menerapkan latihan teknik tari Serampang Dua Belas secara detail. Kemudian peserta latihan yang tidak selektif.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Teknik Dasar Tari Serampang Dua Belas 4.2.1. Teknik Tangan