Model Pembelajaran Belajar Gerak Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Usia Sekolah Menengah Pertama

kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga Rusli Rutan, 2000:2.

2.1.3 Model Pembelajaran

Joyce dalam Trianto 2007: 5, mengatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Para pakar model pembelajaran berpendapat bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing- masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu. Oleh karena itu, dari model pembelajaran yang ada, perlu kiranya untuk diseleksi model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu. Pertimbangan- pertimbangan yang perlu diperhatikan misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang berbeda, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2.1.4 Pengertian Gerak Dasar Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa

lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi 3 katagori, yaitu: Locomotor, Non-locomotor, dan Manipulatif Amung dan Yudha, 2000:20.

2.1.4.1 Kemampuan Locomotor.

Kemampuan locomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, dan lari seperti kuda berlari gallop.

2.1.4.2 Kemampuan Non Locomotor.

Kemampuan non-locomotor dilakukan ditempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non-locomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan, dan lain-lain.

2.1.4.3 Kemampuan Manipulatif.

Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika tengah menguasai macam- macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh juga dapat digunakan.manipulasi objek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item berjalan gerakan langkah dalam ruang. Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari : 1 Gerakan mendorong melempar, memukul, menendang 2 Gerakan menerima menangkap objek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat bantalan karet bola medisin atau bola yang lain. 3 Gerakan memantulkan bola atau menggiring bola.

2.1.5 Belajar Gerak

Menurut Keogh dalam Amung Ma ’mun dan Yudha M. Saputra 2000:5, ia menjelaskan bahwa perkembangan gerak dapat didefinisikan sebagai perubahan kompetensi atau kemampuan gerak dari mulai masa bayi infancy sampai masa dewasa adulthood serta melibatkan berbagai aspek perilaku manusia, kemampuan gerak dan aspek perilaku yang ada pada manusia inii mempengaruhi perkembangan gerak dan perkembangan gerak itu sendiri mempengaruhi kemampuan dan perilaku manusia.

2.1.6 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Usia Sekolah Menengah Pertama

Perkembangan gerak merupakan proses pengembangan yang berkesinambungan dan berkaitan dengan perubahan perilaku gerak manusia. Perubahan perilaku gerak dan penampilan keterampilan seseorang berhubungan dengan bertambahnya umur. Sugiyanto 2008:5.11 mengatakan bahwa usia SMP adalah masa adolesensi yaitu masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Dalam masa ini terjadi pertumbuhan yang cepat sampai pada saatnya mencapai kematangan seksual. Pada awal masa adolesensi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, tetapi keadaan tersebut tidak berlangsung lama setelah perubahan yang cepat terjadi pada laki-laki. Selanjutnya, laki-laki mengungguli tinggi dan berat badan perempuan, begitu pula ukuran-ukuran yang lainnya, seperti togok, panjang tungkai, lebar pundak, dan ukuran lenganSugiyanto,2008:5.11. Perbandingan perubahan awal dari kekuatan menggenggam anak laki- laki hampir dua kali lipat dibandingkan anak perempuan, sedangkan kekuatan menarik dan mendorong hampir empat kali lipat besarnya, meskipun sampai umur 13 tahun hampir tidak terjadi perbedaan. Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa adolesensi cenderung mengikuti perubahan-perubahan dalam ukuran badan, kekuatan dan fungsi-fungsi fisiologis. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan, seperti lari, lompat, dan lempar. Laki-laki menunjukkan peningkatan yang terus berlangsung, sedangkan perempuan menunjukkan peningkatan yang tidak berarti, bahkan menurun setelah umur menstruasiSugiyanto, 2008:5.23. Secara keseluruhan ciri-ciri adolesensi atau usia SMP dikemukakan oleh Sugiyanto 2008:5.33 adalah sebagai berikut : 1 Perkembangan karakteristik seks sekunder dan kematangan biologis berhubungan dengan bertambahnya hormon sekresi, estrogen untuk wanita dan endrogen untuk pria. 2 Mengalami pertumbuhan cepat yang ditandai dengan betambahnya tinggi dan berat badan. 3 Terdapat perbedaan irama pertumbuhan antara bagian-bagian tubuh dan antara kedua jenis kelamin. Pada pria terjadi pelebaran pundak sedangkan pada wanita terjadi pelebaran panggul. Sedangkan secara proporsional tangan dan kaki pria lebih panjang. 4 Terjadi perubahan sistem fisiologis dan peningkatan kesanggupan melakukan aktivitas fisik yang lebih besar bagi pria dibandingkan wanita. 5 Perbedaan komposisi jaringan tubuh, seperti nampak bahwa pria lebih berotot sedangkan wanita cenderung banyak lemak, sehingga pria lebih kuat dan cepat. 6 Pada masa pertumbuhan cepat ini dapat terjadi penghentian peningkatan plateau untuk keseimbangan, ketahanan, dan koordinasi mata-tangan. 7 Kemampuan memusatkan perhatian lebih lama, berminat besar terhadap ketangkasan dan kompetisi, mulai tertarik lawan jenis dan bertambahnya kematangan sosial.

2.1.7 Komponen Kondisi Fisik Menurut M. Sajoto 1998:57, Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEPAK BOLA DENGAN PERMAINAN BOTAK DALAM PENJASORKES KELAS XI SMA NEGERI 1 KASIMAN KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2014 2015

3 22 94

MODEL PEMBELAJARAN SEPAK BOLA MELALUI PERMAINAN TAGOL DALAM PENJASORKES KELAS VIII SMP NEGERI 1 KANDEMAN KABUPATEN BATANG TAHUN 2014

0 21 135

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN “VOSAL SOCCER HAND BALL” DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 05 BATANG TAHUN PELAJARAN 2015 2016

0 3 139

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SEPAK BOLA GOBOSO UNTUK PEMBELAJARAN PENJASORKES SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KEBASEN KABUPATEN BANYUMASTAHUN 2015

0 63 160

MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAK BOLA GAWANG BERGERAK DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 10 SEMARANG TAHUN 2012 2013

1 38 119

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN BOTARTOIN DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS IV DAN V SDN 4 KARANGJATI BLORA TAHUN 2015

0 7 116

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SMART BOX DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA PADA SISWA SMPLB C SWADAYA KENDAL TAHUN 2015

4 206 198

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 TELUK MENGKUDU TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

2 8 24

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEPAK BOLA MELALUI PERMAINAN BO BO KROM PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL TAHUN 2015 -

0 0 63

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEPAK BOLA MELALUI PERMAINAN 3 IN 1 FOOT BALL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2015 -

0 1 62