1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia untuk dapat mengembangkan potensi dan kemampuan baik dari segi jasmani maupun
rohani. Hal ini supaya selaras dengan nilai-nilai yang terdapat pada kehidupan masyarakat.
Seiring dengan pesatnya perkembangan jaman yang semakin maju, manusia selalu dapat menemukan berbagai hal baru yang dapat memudahkan
kehidupannya. Pengetahuan dan teknologi adalah hasil dari pola pikir manusia yang serba modern.
Salah satu hal yang tidak lepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi adalah olahraga. Di jaman yang serba modern ini, manusia juga dituntut untuk
selalu dapat berkembang supaya tidak tertinggal dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang olaharaga. Salah satunya
adalah pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli
sepakat bahwa pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani
yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa
aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani dapat berupa permainan atau olahraga yang terpilih.
Kegiatan itu bukan aktivitas yang tidak jelas, atau bukan hanya sekedar berupa
gerak badan yang tidak bermakna. Oleh karena itu, kegiatan terpilih itu merupakan pengalaman belajar yang memungkinkan berlangsungnya proses
belajar. Aneka aktivitas jasmani atau gerak insani dimanfaatkan untuk mengembangkan kepribadian secara menyeluruh. Dengan demikian, para ahli
sepakat bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani Rusli Rutan, 2000:2.
Pendidikan jasmani saat ini sudah berjalan dengan cukup baik, tetapi akan menjadi lebih inovatif dan menyenangkan lagi jika dilakukan model
pengembangan yang baru. Umumnya pendidikan jasmani yang biasa dilakukan dalam mata pelajaran di sekolah antara lain ceramah yang dilakukan oleh guru
dan pemberian contoh, kemudian siswa mempraktekkan materi yang sudah disampaikan oleh guru, sementara guru hanya mengawasi kemudian pertemuan
berikutnya penilaian dari materi yang disampaikan guru sebelumnya. Keadaan pembelajaran seperti ini adalah kurang mengoptimalkan
keterlibatan siswa untuk menemukan dan mempraktekkan materi secara mandiri, sehingga kemampuan atau potensi dari anak didik tidak akan keluar sehingga
seorang guru belum tahu seberapa jauh kemampuan seorang siswa tersebut. Selain itu siswa cenderung bersifat individualis karena kurangnya interaksi atau
komunikasi untuk berkembang secara bersama-sama dan berbagi pengalaman yang dimiliki dengan teman sejawat.
Pada kondisi seperti ini siswa dan seorang guru akan menemukan suatu kejenuhan, ketidakcocokan, dan berbagai permasalahan lainnya terkait dengan
pembelajaran olahraga. Ditinjau dari tiga ranah tujuan pembelajaran yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa kurang berkembang secara maksimal
dalam proses pembelajaran apabila terjadi hal-hal tersebut. Oleh karena itu perlu
dilakukan adanya sebuah pengembangan model pembelajaran sebagai strategi pelaksanaan pembelajaran bagi siswa yang harus dikembangkan dan dikemas
dengan menarik supaya mampu mengatasi permasalahan ini. Dengan adanya modifikasi dan pengembangan permainan sepakbola ini diharapkan siswa
menjadii lebih aktif unuk mengikuti mata pelajaran penjasorkes sehingga standar kompetensi yang ada pada kurikulum bisa tercapai dengan baik. Rusli Lutan
1998 menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar : 1 Siswa memperoleh kepuasan dalam
mengikuti pelajaran, 2 Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, 3 Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
SMP Negeri 1 Banjarnegara kabupaten Banjarnegara terletak di Jalan Dipayuda 9 Banjarnegara utara alun-alun, tidak memiliki sarana olahraga yang
cukup lengkap khususnya sepakbola. SMP Negeri 1 Banjarnegara hanya mempunyai halaman sekolah yang tidak terlalu luas, yang biasanya digunakan
untuk kegiatan upacara bendera dan alun-alun sebagai sarana tambahan guna melaksanakan kegiatan belajar penjas seperti atletik dan sepakbola. Dengan
begitu, maka guru penjas yang ada di sekolah tersebut harus pandai memanfaatkan areal tersebut serta dapat memodifikasi permainan-permainan
supaya pembelajaran penjas lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Setelah dilakukan survey, diketahui sarana dan prasarana, proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya permainan sepakbola, sehingga
mengetahui efektivitas permainan sepakbola yang diajarkan kepada peserta didik Sekolah Menengah Pertama.
Hasil survey sarana dan prasarana olahraga SMP Negeri 1 Banjarnegara disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1.1. Hasil survey sarpras sepak bola SMP Negeri 1 Banjarnegara. No.
Alat Jumlah
Kondisi 1.
Lapangan -
- 2.
Gawang 2 buah
Sedang 3.
Bola 15 buah
Cukup baik 4.
Conemarker 2 set
Baik sumber: survey awal peneliti, 2015
Sesuai dengan kompetensi dasar pada materi permainan bola besar khususnya sepakbola disebutkan bahwa siswa dapat mempraktekkan teknik
dasar permainan sepak bola dengan peraturan yang dimodifikasi untuk menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran penjasorkes. Untuk lebih memaksimalkan
minat siswa tersebut maka perlu dilakukan pengembangan model pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan mengembangkan permainan football sheep.
Permainan football sheep adalah bentuk pengembangan dari permainan sepak bola menjadi permainan yang hanya menggunakan sarana cone, gawang
kecil dan bola. Permainan ini menitikberatkan pada latihan passing dan dribbling ke dalam bentuk permainan, dan siswa SMP diharapkan mampu lebih
menguasai teknik dasar passing dan dribbling dalam olahraga sepak bola. Berdasarkan pengamatan peneliti di SMP Negeri 1 Banjarnegara proses
pembelajaran sepakbola siswa kelas 7 sudah baik namun masih perlu ditingkatkan supaya lebih sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan
siswa dalam permainan sepak bola. Pada proses pembelajaran sepakbola ditemui beberapa hal sebagai berikut :
1 Sarana dan prasarana yang digunakan belum sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan siswa. Misalnya lapangan yang digunakan
adalah alun-alun.
2 Terlihat guru belum menyampaikan gerakan teknik dasarfundamental dalam permainan sepak bola, sehingga didapati siswa laki-laki segera memainkan
bola setelah bola diberikan. 3 Pembelajaran permainan sepak bola yang diberikan oleh guru masih belum
dikemas dalam bentuk modifikasi, sehingga dijumpai siswa yang merasa tidak senang, bosan, dan malas untuk bergerak dan mengikuti pelajaran
penjasorkes. Dari uraian diatas peneliti dapat memberikan alasan mengapa masalah
tersebut perlu diteliti, antara lain : 1 Agar siswa mampu mengenal lebih dahulu arti penting olahraga pada
umumnya dan penjas pada khususnya sehingga tujuan dari penjas dan olahraga dapat tercapai.
2 Supaya lebih sesuai dengan karakteristik anak usai SMP yang begitu tertarik dengan hal baru.
3 Menyederhanakan sarana dan prasarana serta peraturan dalam proses pembelajaran penjasorkes sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran
memudahkan perserta didik dan guru. 4 Supaya proses pembelajaran penjasorkes di SMA lebih menarik,
menyenangkan, dan mendapat perhatian serta antuiasme yang lebih dari peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah