Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil Spesifikasi Produk Pentingnya Pengembangan Kerangka Berpikir Sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan,

2 Terlihat guru belum menyampaikan gerakan teknik dasarfundamental dalam permainan sepak bola, sehingga didapati siswa laki-laki segera memainkan bola setelah bola diberikan. 3 Pembelajaran permainan sepak bola yang diberikan oleh guru masih belum dikemas dalam bentuk modifikasi, sehingga dijumpai siswa yang merasa tidak senang, bosan, dan malas untuk bergerak dan mengikuti pelajaran penjasorkes. Dari uraian diatas peneliti dapat memberikan alasan mengapa masalah tersebut perlu diteliti, antara lain : 1 Agar siswa mampu mengenal lebih dahulu arti penting olahraga pada umumnya dan penjas pada khususnya sehingga tujuan dari penjas dan olahraga dapat tercapai. 2 Supaya lebih sesuai dengan karakteristik anak usai SMP yang begitu tertarik dengan hal baru. 3 Menyederhanakan sarana dan prasarana serta peraturan dalam proses pembelajaran penjasorkes sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran memudahkan perserta didik dan guru. 4 Supaya proses pembelajaran penjasorkes di SMA lebih menarik, menyenangkan, dan mendapat perhatian serta antuiasme yang lebih dari peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan dalam penelitian pengembangan ini adalah, “Bagaimana bentuk pengembangan model permainan football sheep dalam pembelajaran sepakbola pada siswa kelas 7 SMP 1 N Banjarnegara?”

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil

pengembangan permainan football sheep efektif dalam pembelajaran sepakbola pada siswa kelas 7 SMP N 1 Banjarnegara. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi guru. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai alternatif bagi guru penjas dalam memberikan materi permainan sepak bola di sekolah. Selain itu, dapat mendorong guru penjas supaya dapat menciptakan pembelajaran yang lebih inovatif.

1.4.2 Bagi Siswa.

Dengan adanya pengembangan model pembelajaran sepak bola ini, siswa dapat mempelajari hal yang inovatif sesuai dengan karakteristik usia SMP, dan mengurangi kejenuhan siswa dalam mengikuti pelajaran penjasorkes.

1.4.3 Bagi Peneliti.

Sebagai bekal peneliti untuk memperoleh pengalaman dalam mengembangkan model pembelajaran penjasorkes.

1.5 Spesifikasi Produk

Produk yang akan dihasilkan melalui pengembangan ini berupa permainan football sheep dengan cara memodifikasi beberapa aturan, sarana dan prasarana yang digunakan siswa sekolah menengah atas yang dapat meningkatkan semua aspek pembelajaran kognitif, afektif, psikomotorik pada hasil penelitian secara efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan kemampuan fisik sehingga kesegaran jasmani dapat terwujud, serta dapat mengatasi kesulitan dalam pembelajaran sepakbola.

1.6 Pentingnya Pengembangan

Model permainan football sheep dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran sepak bola di sekolah. Penelitian pengembangan ini berasumsi bahwa pengembangan model permainan football sheep dalam pembelajaran sepak bola siswa kelas 7 SMP Negeri 1 Banjarnegara perlu dikembangkan melalui pendidikan jasmani di sekolah sebagai inovasi pembelajaran. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani, mengembangkan kebugaran jasmani, mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap positif dan kecerdasan emosi Departemen Pendidikan Nasional, BNSP, 2006 : 1. Sementara Abdul Kadir Ateng 1992:4 berpendapat bahwa Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga prosess pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Akhirnya perlu diperhatikan batasan yang dikemukakan oleh UNESCO dalam “International Charter of Physical Education and Sport” berikut ini bahwa Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watakAbdul Kadir Ateng, 1992:8.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Jasmani

Menurut Adang Suherman 2000:23 secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklarifikasikan kedalam empat kategori, yaitu 1 Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktifitas-aktifitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang physical fitness. 2 Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerakan secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna skillful. 3 Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan kemampuan berfikir dan menginterpretasikan keseluruh pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa. 4 Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok. Tujuan ideal adalah program pendidikan jasmani bersifat menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya yang mencakup aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral. Jadi secara sederhana pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya yang berkaitan dengan aktivitas jasmani perkembangan estetika, dan perkembangan social, mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai ketrampilan gerak dasar yang akan mendorong pertisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani, memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali, mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui pertisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan, berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang, dan menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga Rusli Rutan, 2000:2.

2.1.3 Model Pembelajaran

Joyce dalam Trianto 2007: 5, mengatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Para pakar model pembelajaran berpendapat bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing- masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu. Oleh karena itu, dari model pembelajaran yang ada, perlu kiranya untuk diseleksi model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu. Pertimbangan- pertimbangan yang perlu diperhatikan misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang berbeda, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2.1.4 Pengertian Gerak Dasar Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa

lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi 3 katagori, yaitu: Locomotor, Non-locomotor, dan Manipulatif Amung dan Yudha, 2000:20.

2.1.4.1 Kemampuan Locomotor.

Kemampuan locomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, dan lari seperti kuda berlari gallop.

2.1.4.2 Kemampuan Non Locomotor.

Kemampuan non-locomotor dilakukan ditempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non-locomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan, dan lain-lain.

2.1.4.3 Kemampuan Manipulatif.

Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika tengah menguasai macam- macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh juga dapat digunakan.manipulasi objek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item berjalan gerakan langkah dalam ruang. Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari : 1 Gerakan mendorong melempar, memukul, menendang 2 Gerakan menerima menangkap objek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat bantalan karet bola medisin atau bola yang lain. 3 Gerakan memantulkan bola atau menggiring bola.

2.1.5 Belajar Gerak

Menurut Keogh dalam Amung Ma ’mun dan Yudha M. Saputra 2000:5, ia menjelaskan bahwa perkembangan gerak dapat didefinisikan sebagai perubahan kompetensi atau kemampuan gerak dari mulai masa bayi infancy sampai masa dewasa adulthood serta melibatkan berbagai aspek perilaku manusia, kemampuan gerak dan aspek perilaku yang ada pada manusia inii mempengaruhi perkembangan gerak dan perkembangan gerak itu sendiri mempengaruhi kemampuan dan perilaku manusia.

2.1.6 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Usia Sekolah Menengah Pertama

Perkembangan gerak merupakan proses pengembangan yang berkesinambungan dan berkaitan dengan perubahan perilaku gerak manusia. Perubahan perilaku gerak dan penampilan keterampilan seseorang berhubungan dengan bertambahnya umur. Sugiyanto 2008:5.11 mengatakan bahwa usia SMP adalah masa adolesensi yaitu masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Dalam masa ini terjadi pertumbuhan yang cepat sampai pada saatnya mencapai kematangan seksual. Pada awal masa adolesensi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, tetapi keadaan tersebut tidak berlangsung lama setelah perubahan yang cepat terjadi pada laki-laki. Selanjutnya, laki-laki mengungguli tinggi dan berat badan perempuan, begitu pula ukuran-ukuran yang lainnya, seperti togok, panjang tungkai, lebar pundak, dan ukuran lenganSugiyanto,2008:5.11. Perbandingan perubahan awal dari kekuatan menggenggam anak laki- laki hampir dua kali lipat dibandingkan anak perempuan, sedangkan kekuatan menarik dan mendorong hampir empat kali lipat besarnya, meskipun sampai umur 13 tahun hampir tidak terjadi perbedaan. Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa adolesensi cenderung mengikuti perubahan-perubahan dalam ukuran badan, kekuatan dan fungsi-fungsi fisiologis. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan, seperti lari, lompat, dan lempar. Laki-laki menunjukkan peningkatan yang terus berlangsung, sedangkan perempuan menunjukkan peningkatan yang tidak berarti, bahkan menurun setelah umur menstruasiSugiyanto, 2008:5.23. Secara keseluruhan ciri-ciri adolesensi atau usia SMP dikemukakan oleh Sugiyanto 2008:5.33 adalah sebagai berikut : 1 Perkembangan karakteristik seks sekunder dan kematangan biologis berhubungan dengan bertambahnya hormon sekresi, estrogen untuk wanita dan endrogen untuk pria. 2 Mengalami pertumbuhan cepat yang ditandai dengan betambahnya tinggi dan berat badan. 3 Terdapat perbedaan irama pertumbuhan antara bagian-bagian tubuh dan antara kedua jenis kelamin. Pada pria terjadi pelebaran pundak sedangkan pada wanita terjadi pelebaran panggul. Sedangkan secara proporsional tangan dan kaki pria lebih panjang. 4 Terjadi perubahan sistem fisiologis dan peningkatan kesanggupan melakukan aktivitas fisik yang lebih besar bagi pria dibandingkan wanita. 5 Perbedaan komposisi jaringan tubuh, seperti nampak bahwa pria lebih berotot sedangkan wanita cenderung banyak lemak, sehingga pria lebih kuat dan cepat. 6 Pada masa pertumbuhan cepat ini dapat terjadi penghentian peningkatan plateau untuk keseimbangan, ketahanan, dan koordinasi mata-tangan. 7 Kemampuan memusatkan perhatian lebih lama, berminat besar terhadap ketangkasan dan kompetisi, mulai tertarik lawan jenis dan bertambahnya kematangan sosial.

2.1.7 Komponen Kondisi Fisik Menurut M. Sajoto 1998:57, Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari

komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya, maupun pemeliharaanya. Artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik, maka harus mengembangkan semua komponen tersebut. Dalam permainan sepak bola, komponen-komponen tersebut antara lain sebagai berikut : 2.1.7.1 Kekuatan atau Strength Kekuatan atau Strength adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban tertentu. 2.1.7.2 Daya Tahan atau Endurance Daya tahan atau Endurance dibedakan menjadi 2 golongan masing- masing adalah : 1 Daya tahan otot setempat atau local endurance, adalah kemampuan dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya, untuk berkontraksi terus-menerus dalam waktu relatife cukup lama, dengan beban tertentu. 2 Daya tahan umum atau Cardiorespitory Endurance, adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan system jantung, pernafasan dan peredaran darahnya, secara efektif dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus. Yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot besar, dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama. 2.1.7.3 Daya Ledak atau Muscular Power Daya ledak otot atau Muscular Power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. Dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa, daya ledak otot atau power = kekuatan atau force X kecepatan atau Velocity P = F X T. Seperti gerak dalam tolak peluru, lompat tinggi dan gerakan lain yang bersifat explosive. 2.1.7.4 Kecepatan atau Speed Kecepatan atau Speed adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat- singkatnya. Seperti gerak lari cepat atau sprint, gerak pukulan dalam tinju, gerak mengayuh pedal dalam balap sepeda dan lain-lain. Dalam masalah kecepatan ini, ada kecepatan gerak dan kecepatan explosive. 2.1.7.5 Kelentukan atau Flexibility Kelentukan atau flexibility adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya, untuk melakukan aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot ligamen-ligamen disekitar persendian. 2.1.7.6 Keseimbangan atau Balance Keseimbangan atau Balance adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerak-gerak yang cepat. Dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam gerak dinamis. Dalam bidang olahraga, banyak sekali hal-hal yang harus dilakukan atlet dalam mempertahankan maupun menghilangkan keseimbangan. Seperti gerak handstand statis, gerak- gerak dalam segala jenis senam pertandingan dan lain-lain. 2.1.7.7 Koordinasi atau Coordination Koordinasi atau Coordination adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda ke dalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif. Misalnya dalam permainan tenis, seorang pemain akan kelihatan mempunyai koordinasi gerak yang baik, bila ia dapat bergerak ke arah bola sambil mengayun raket, kemudian memukul dengan teknik yang benar dan luwes. 2.1.7.8 Kelincahan atau Agility Kelincahan atau Agility adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah, dalam posisi-posisi di arena tertentu. Seseorang yang mampu merubah satu posisi kesuatu posisi yang berbeda, dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerak yang baik, berarti kelincahannya cukup tinggi. 2.1.7.9 Ketepatan atau Accuracy Ketepatan atau Accuracy, adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran dapat berupa jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenal. Misalnya dalam menembak, memasukan bola dalam bola basket, pitcher dalam softball, tendangan dalam gawang dan lain-lain. 2.1.7.10 Reaksi atau Reaction Reaksi atau Reaction adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya, dalam menanggapi rangsangan-rangsangan datang lewat indera, syaraf atau feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola, untuk kemudian ditangkap, dipukul atau ditendang. Kecepatan reaksi dalam start, menghindari pukulan dalam tinju. Seperti halnya komponen keseimbangan, koordinasi dan kelincahan maka komponen ketepatan dan reaksi lebih baik diberikan dalam program latihan cabang masing-masing. M. Sajoto, 1988:58- 59.

2.1.8 Pengembangan dan Modifikasi

Menurut Punaji Setyosari 2010:197, pengembangan dalam pengertian yang sangat umum berarti pertumbuhan, perubahan secara perlahan evolusi, dan perubahan secara bertahap. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam berbagai bidang kajian dan praktik yang berbeda. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, penelitian pengembangan memfokuskan kajiannya pada bidang desain atau rancangan, apakah itu berupa model desain dan desain bahan ajar, produk misalnya media, dan juga proses. Sementara menurut Borg Gall 1983:194, pengembangan adalah proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk. Jadi pengembangan dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk dalam dunia pendidikan. Ada beberapa alasan mengapa dilakukan penelitian pengembangan yaitu pertama, pendekatan penelitian misalnya, penelitian survey, korelasi, eksperimen dengan fokus penelitian hanya mendeskripsikan pengetahuan, jarang memberikan preskripsi yang berguna dalam pemecahan masalah- masalah rancangan dan desain dalam pembelajaran atau pendidikan. Kedua, adanya semangat tinggi dan kompleksitas sifat kebijakan reformasi pendidikanVan Den Akker dalam Punaji Setyosari, 2010:196. Penyelenggaraan pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu “Developmentally Appropriate Practice ” DAP. Artinya tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Oleh karena itu, DAP termasuk di dalamnya ukuran tubuh siswa harus selalu dijadikan prinsip utama dalam memodifikasi atau mengembangkan pembelajaran penjas Bahagia Yoyo, 2000:1. Salah satu kritik yang dilontarkan terhadap permainan dan olahraga yang pelaksanaannya tidak dimodifikasi adalah permainan dan olahraga hanya untuk orang-orang yang terampil. Pada kenyataannya, pembelajaran penjas di sekolah-sekolah umumnya disampaikan dalam bentuk permainan dan olahraga. Materi pembelajaran dalam bentuk olahraga dan permainan hendaknya diberikan secara bertahap dan “DAP” sehingga esensi pokok pembelajaran permainan dapat dicapai oleh siswa. Untuk itu para guru hendaknya memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan tentang strategi dan struktur permainan yang sangat berguna untuk meningkatkan belajar siswa. Modifikasi pembelajaran permainan dapat di sederhanakan melalui pengurangan atau penambahan struktur permainan itu sendiri. Media pembelajaran permainan tidak harus ke cabang olahraga resmi, namun dapat berupa permainan-permainan yang memiliki dasar-dasar yang diperlukan dalam cabang olahraga yang sebenarnya. Konsep modifikasi atau pengembangan permainan dan olahraga pada dasarnya sama dengan konsep pengembangan pentahapan belajarnya. Jadi, pengembangan permainan hendaknya sesuai dengan tahap belajarnya. 2.1.9 Karakteristik Permainan Sepak Bola 2.1.9.1 Pengertian Sepak Bola Menurut Sucipto, dkk 2000:7, Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunaakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang diperbolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya. Dalam perkembangannya permainan ini dapat dimainkan di luar lapangan outdoor dan di dalam ruangan tertutup indoor.

2.1.9.2 Tujuan Permainan Sepak Bola

Tujuan permainan sepak bola adalah pemain memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawannya dan berusaha menjaga gawangnya sendiri, agar tidak kemasukkan. Tujuan dari permainan tersebut diatas hanya merupakan tujuan sementara saja. Tujuan yang paling utama dan yang paling diharapkan untuk dunia pendidikan terutama pendidikan jasmani adalah sepak bola merupakan salah satu mediator untuk mendidik anak agar kelak menjadi anak yang cerdas, terampil, jujur, dan sportif. Selain itu, melalui permainan sepak bola diharapkan dalam diri anak akan tumbuh dan berkembang semangat persaingan, kerja sama, interaksi sosial dan pendidikan moral Sucipto dkk. 2000:8.

2.1.9.3 Fasilitas dan Perlengkapan

Setiap permainan tentu memerlukan alat-alat tertentu. Fasilitas dan perlengkapan dalam permainan sepak bola antara lain : 1 Lapangan Dalam permainan sepak bola lapangan yang di perlukan adalah dengan panjang 100-110 meter dan lebar 64-75 meter. 2 Bola Keliling bola tidak lebih dari 71 cm dan tidak boleh kurang dari 68 cm. Berat bola tidak boleh lebih dari 450 gram dan tidak boleh kurang dari 410 gram. Dan tekanan udara antara 0,6 – 1,1 atmosfer. 3 Gawang Tiang gawang terbuat dari bahan yang tidak membahayakan dengan tinggi 2,45 m dan panjang 7,3 m.

2.1.9.4 Pola Gerak Dominan dalam sepak Bola

Menurut Sucipto dkk.2000:8, Gerakan yang paling dominan dari permainan ini adalah menendang. Dengan gerakan menendang saja anak-anak sudah dapat bermain sepak bola. Jika dilihat dari rumpun gerak dan keterampilan dasar, terdapat tiga dasar keterampilan diantaranya adalah lokomotor, non- lokomotor dan manipulatif. Lokomotor. Pada ketrampilan bermain sepak bola ada gerakan berpindah tempat, seperti lari ke segala arah, meloncatmelompat dan meluncur. Gerakan tersebut diatas termasuk ke dalam rumpun gerak lokomotor. Non-lokomotor. Dalam bermain sepak bola ada gerakan-gerakan yang tidak berpindah tempat, seperti menjangkau, melenting, membungkuk, meliuk. Gerakan-gerakan tersebut tergolong ke dalam rumpun gerak non-lokomotor. Manipulatif. Gerakan-gerakan yang termasuk ke dalam rumpun gerak manipulatif dalam permainan sepak bola, meliputi gerakan menendang bola, menggiring bola, menyundul bola, merampas bola, dan menangkap bola bagi penjaga gawang atau lemparan ke dalam untuk memulai permainan setelah bola keluar lapangan. 2.1.10 Permainan Football Sheep 2.1.10.1 Pengertian Pengembangan Permainan Footbal Sheep Permainan Football Sheep merupakan sebuah permainan yang mengandung unsur kelincahan, akurasi, kecepatan, daya tahan, koordinasi dan reaksi. Permainan ini dimainkan di lapangan sepak bola yang berukuran lebih kecil. Permainan ini dimainkan oleh 8 orang yang terdiri dari 2 tim, jadi masing- masing tim beranggotakan 4 pemain. Permainan football sheep ini hanya menggunakan satu gawang yang lebih kecil dimana gawang tersebut milik tim yang menjadi tim penembak serigala. Sementara bola yang digunakan adalah bola standar sepak bola. Pada permulaan permainan ini, wasit meniup peluit tanda dimulainya permainan. Ketika permainan dimulai tim Domba tim pencetak gol menggiring bola ke area 1. Ketika ada tanda peluit dari wasit maka tim Domba bersiap siaga menjaga bola yang ditembakkan oleh tim Srigala. Apabila bola pemain tim Domba yang terkena bola yang ditembakkan tim Srigala, maka pemain tersebut keluar dari permainan. Demikian untuk area 2,3, dan selanjutnya. Setelah semua area bisa dilewati, maka tim domba berusaha memasukkan bola ke gawang. Permainan dilakukan secara bergantian antar kedua tim. Tim yang berhasil memasukkan bola terbanyak adalah pemenang.

2.1.10.2 Perlengkapan dan Alat yang Digunakan Dalam Permainan

1 Lapangan Permainan football sheep ini menggunakan halaman berukuran 30m x 15m. Keterangan : = cone = cone area 1,2,3 dan 4 = gawang Gambar 2.1 Lapangan Sepak Bola Modifikasi 2 Bola Bola yang digunakan dalam permainan ini menggunakan bola sepak berukuran 5. Gambar 2.2 Bola Sepak ukuran 5 3 Gawang Dalam permainan menggunakan gawang berukuran 100 cm x 50 cm. Gambar 2.3 Gawang Sepak Bola Modifikasi 4 Cone Permainan ini menggunakan cone atau marker. Cone atau pembatas digunakan untuk menandai area dan batas-batas dalam permainan. Gambar 2.4. Cone atau marker 2.1.10.3 Peraturan Permainan 2.1.10.3.1 Jumlah Pemain Setiap pertandingan terdiri dari 8 pemain yang dibagi dalam 2 tim, sehingga masing-masing tim berjumlah 4 orang.

2.1.10.3.2 Perlengkapan Pemain

1 Pemain wajib menggunakan sepatu olahraga. 2 Pemain diperbolehkan memakai perlengkapan pribadi jika diperlukan.

2.1.10.3.3 Waktu Permainan

1 Permainan tidak ditentukan oleh waktu. 2 Permainan ditentukan oleh skor dan giliran masing-masing tim yang bermain. 3 Permainan dibagi menjadi 3 sesi, yaitu sesi tembakan menggunakan kakii bagian dalam, punggung kaki, dan kaki bagian luar. 4 Dilakukan secara bergantian antar tim.

2.1.10.3.4 Wasit

1 Permainan dipimpin langsung oleh wasit. 2 Semua keputusan berada ditangan wasit.

2.1.10.3.5 Hal-hal yang tidak diperbolehkan

1 Tidak diperbolehkan menembak kearah tubuh mulai dari lutut keatas. 2 Tidak melakukan intruksi dalam materi passing. 3 Pemain yang dilanggar berhak melanjutkan ke area berikutnya.

2.1.10.3.6 Cara Bermain

1 Ketika permainan dimulai, tim domba menggiring bola hingga area 1 sementara tim srigala menggiring bola dengan melewati marker yang sudah disediakan. 2 Kemudian berusaha untuk menembakkan bola yang dikuasai oleh pemain dari tim domba. Sementara tim domba berusaha untuk mengamankan bola dari bola yang ditembakkan tim srigala. 3 Apabila salah satu bola dari tim domba berhasil dikeluarkan oleh tembakan tim srigala, maka pemain tersebut keluar dari permainan. 4 Pemain lain yang berhasil mengamankan bolanya melanjutkan ke area berikutnya. Demikian berlaku untuk area 2, 3 dan selanjutnya. 5 Setelah semua area sudah dilewati oleh para pemain tim domba,maka pemain tim domba berusaha untuk mencetak gol ke gawang. 6 Tim yang berhasil memasukkan gol terbanyak dikatakan pemenang. Apabila terjadi skor sama, maka dilakukan satu sesi babak untuk mencari pemenang.

2.1.10.4 Aspek yang Terdapat Dalam Pengembangan Permainan Football Sheep

1 Aspek Kognitif. Dalam aspek ini siswa diharapkan dapat : 1 Memahami bahwa setiap olahraga tidak harus selalu menggunakan sarana dan prasarana yang lengkap seperti permainan sebenarnya. 2 Mengetahui dan memahami aturan bermain. 3 Mengetahui cara bermain sesuai yang di instruksikan. 4 Mengetahui perbedaan antara permainan sepak bola yang dimodifikasi dan permainan sepak bola yang sebenarnya. 2 Aspek Afektif. Dalam aspek ini siswa diharapkan dapat : 1 Bersikap disiplin dalam menaati peraturan yang ada. 2 Bekerja sama dalam satu tim. 3 Bermain sportif. 4 Menerima kekalahan, dan menghargai keunggulan lawan. 3 Aspek Psikomotor. Dalam aspek ini siswa diharapkan dapat : 1 Melakukan passing ke arah target dengan benar dan tepat. 2 Melakukan dribbling dengan benar. 3 Berkoordinasi dengan teman satu tim dalam sebuah permainan yang telah dimodifikasi. 4 Komponen kondisi fisik yang terdapat dalam permainan football sheep, yaitu : akurasi, kelincahan, kecepatan, koordinasi, daya tahan dan reaksi. Tabel 2.1. Perbedaan Sepak Bola dengan Football Sheep Keterangan Sepak Bola Football Sheep Lapangan Panjang 90-120 meter Lebar 64-75 meter Panjang 25 meter Lebar 15 meter Gawang 2 gawang berukuran tinggi 2,45 meter dan panjang 7,3 meter 1 gawang berukuran tinggi 0,5 meter dan panjang 1 meter Pemain 11 orang, dengan 10 pemain dan 1 penjaga gawang. 5 pemain, tanpa penjaga gawang. Peraturan offside Ada Tidak ada. Kartu merah dan kuning Ada Tidak ada. Waktu 2 x 45 menit Di tentukan oleh babak Lemparan ke dalam Ada Tidak ada. Sumber : Sucipto dkk, 2000 dan draft permainan football sheep

2.2 Kerangka Berpikir Sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan,

pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik neuromuskuler, intelektual dan sosial Abdul Kadir Ateng, 1992:4. Guru pendidikan jasmani merealisasikan tujuannya dengan mengajarkan dan meningkatkan aktivitas jasmani, dengan bimbingan tujuan pendidikan. Kegiatan sehari-hari berwujud mengajarkan aktivitas jasmani, meskipun tugas yang sesungguhnya adalah usaha bantuan mengembangakan keseluruhan peserta didik. Hal itu berarti bahwa peserta didik harus belajar sesuatu dari padanya. Mereka harus memperoleh kemajuan dalam kemampuan aktivitas fisiknya dengan nyata. Tidak hanya asal mereka senang dalam kesibukannya. Mengajar berarti membuat kemajuan. Guru pendidikan jasmani gagal dalam tugasnya, jika siswanya tidak mendapat kemajuan dalam penguasaan aktivitas jasmani yang diajarkan : kemajuan dalam memperhalus gerakan atau kemajuan dalam prestasi. Sesuai dengan kompetensi dasar dalam kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di sekolah saat ini, siswa diharapkan mampu mempraktekkan permainan bola besar sepak bola dengan peraturan yang sudah dimodifikasi. Namun kenyataannya dalam pembelajaran permainan sepak bola disekolah masih ditemukan proses pembelajaran yang masih menggunakan peraturan yang baku, baik dari segi peraturan, alat yang digunakan dan pemain. Selain itu, guru belum memberikan materi yang cukup inovatif. Misalnya proses pembelajaran yang baru, dengan gaya mengajar yang menyenangkan. Pengembangan permainan sepak bola adalah salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Model permainan ini diharapkan mampu membuat anak lebih aktif dalam bergerak, senang dalam bermain, dan antusias dalam mengikuti pembelajaran permainan sepak bola di sekolah. 28 BAB III METODE PENGEMBANGAN

3.1 Model Pengembangan

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEPAK BOLA DENGAN PERMAINAN BOTAK DALAM PENJASORKES KELAS XI SMA NEGERI 1 KASIMAN KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2014 2015

3 22 94

MODEL PEMBELAJARAN SEPAK BOLA MELALUI PERMAINAN TAGOL DALAM PENJASORKES KELAS VIII SMP NEGERI 1 KANDEMAN KABUPATEN BATANG TAHUN 2014

0 21 135

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN “VOSAL SOCCER HAND BALL” DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 05 BATANG TAHUN PELAJARAN 2015 2016

0 3 139

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SEPAK BOLA GOBOSO UNTUK PEMBELAJARAN PENJASORKES SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KEBASEN KABUPATEN BANYUMASTAHUN 2015

0 63 160

MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAK BOLA GAWANG BERGERAK DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 10 SEMARANG TAHUN 2012 2013

1 38 119

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN BOTARTOIN DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS IV DAN V SDN 4 KARANGJATI BLORA TAHUN 2015

0 7 116

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SMART BOX DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA PADA SISWA SMPLB C SWADAYA KENDAL TAHUN 2015

4 206 198

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 TELUK MENGKUDU TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

2 8 24

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEPAK BOLA MELALUI PERMAINAN BO BO KROM PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL TAHUN 2015 -

0 0 63

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEPAK BOLA MELALUI PERMAINAN 3 IN 1 FOOT BALL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2015 -

0 1 62