Teknik dan Istrumen Penilaian

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah- masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta reading for details or facts. b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama reading for main ideas. c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, ketigaseterusnya setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita reading for sequence or organization. d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi reading for inference. e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompok- kan, membaca untuk mengklasifikasikan reading to classify. f. Membaca untuk menemukan apa yang tokohberhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berubuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi reading to evaluate. g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita memunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan reading to compare or contras. Anderson dalam Tarigan, 2008 : 9-10. Iskandarwassid 2011: 289-290 mengemukakan beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik pada tingkat pemula, menengah, dan mahir. 1. Tingkat Pemula a. Mengenali lambang-lambang simbol-simbol bahasa b. Mengenali kata dan kalimat c. Menemukan ide pokok dan kata-kata kunci d. Menceritakan kembali isi bacaan pendek 2. Tingkat Menengah a. Menemukan ide pokok dan ide penunjang b. Menafsirkan isi bacaan c. Membuat intisari bacaan d. Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan 3. Tingkat MahirLanjut a. Menemukan ide pokok dan ide penunjang b. Menafsirkan isi bacaan c. Membuat intisari bacaan d. Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan

2.7 Teks Cerita Pendek

Materi pembelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang SMP dalam Kurikulum 2013 terdiri atas delapan bab. Pada Bab VI materi yang diberikan berupa teks cerita pendek. Dalam materi ini siswa diharapkan dapat memahami struktur teks cerita pendek yang terdiri atas bagian orientasi, komplikasi, resolusi, dan reorientasi. Selain itu, pada bab ini siswa diharapkan juga dapat memahami unsur-unsur kebahasaan yang ada di dalam teks cerita pendek yang dijadikan model.

2.7.1 Pengertian Teks

Teks berasal dari kata Bahasa Latin “textus” yang berarti sesuatu yang tertenun secara bersamaan. Apa yang tertenun tidak lain merupakan tanda dan kebahasaan yang dilatarbelakangi konteks sejarah dan budaya tertentu Suratno dalam Munaris, 2012: 17. Ricoeur dalam Munaris 2012: 17 menjelaskan teks adalah setiap wacana yang dibakukan dalam tulisan. Pembakuan dalam tulisan merupakan cirri teks. Namun, sebuah teks benar-benar menjadi teks ketika ia langsung membubuhkan yang dimaksud wacana ke dalam tulisan. Selanjutnya, Robert de Beagrande dan Wolfgang Dressler dalam Munaris 2012: 17 mengemukakan teks ada lah “peristiwa komunikatif” yang harus memenuhi be- berapa syarat, yaitu kohesi, koherensi, intensionalitas, informativitas, situasional- itas, dan intertekstualitas. Satuan bahasa yang mengandung makna, pikiran, dan gagasan lengkap adalah teks. Teks dapat berwujud teks tulis maupun teks lisan. Teks itu sendiri memiliki dua unsur utama yang harus dimiliki. Pertama, yaitu a konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register yang melatarbelakangi lahirnya teks, seperti adanya sesuatu pesan, pikiran, gagasan, ide yang hendak disampaikan field, sasaran atau kepada siapa pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu disampaikan tenor, dan dalam format bahasa yang bagaimana pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu dikemas mode. Terkait dengan format bahasa tersebut, teks dapat berupa deskripsi, prosedural, naratif, cerita petualangan, anekdot, dan lain- lain. Unsur kedua, yaitu konteks situasi, yang di dalamnya ada konteks sosial dan konteks budaya masyarakat tutur bahasa yang menjadi tempat teks tersebut diproduksi Kemendikbud, 2013. Pemahaman terhadap teks tertulis adalah sebuah proses yang kompleks yang melibatkan banyak sub-keterampilan linguistik dan banyak sistem pengetahuan, termasuk di dalamnya: penggunaan bahsa tulis dalam konteks pergaulan sosial dan struktur-struktur yang digunakan dalam pengorganisasian informasi Ghazali, 2010: 204. Secara garis besar teks dapat dipilah atas teks sastra dan teks nonsastra. Teks sastra dikelompokkan ke dalam teks naratif dan nonnaratif. Adapun teks nonsastra dikelompokkan ke dalam teks jenis faktual yang di dalamnya terdapat sub- kelompok teks laporan dan prosedural dan teks tanggapan yang dikelompokkan ke dalam subkelompok teks transaksional dan ekspositori Kemendikbud, 2013.

2.7.2 Pengertian Cerita Pendek

Cerpen merupakan karya sastra berbentuk prosa fiksi yang hanya sebatas imajinasi pengarang. Dalam cerpen terdapat pendidikan karakter yang ingin disampaikan oleh pengarang. Pendidikan karakter yang terdapat di dalam cerpen biasanya berupa nilai-nilai kehidupan. Pembelajaran menemukan nilai-nilai cerita