Seleksi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi Kebijakan Pengadaan Bahan Pustaka

2.4. Seleksi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi

Seleksi bahan pustaka merupakan proses mengidentifikasi bahan pustaka yang akan ditambahkan pada koleksi yang telah ada di perpustakaan. Seleksi bahan pustaka merupakan kegiatan penting yang perlu dilakukan untuk menyesuaikan koleksi dengan kebutuhan pengguna dan berhubungan dengan mutu perpustakaan yang bersangkutan. Kegiatan seleksi bahan pustaka merupakan kegiatan mengumpulkan semua sumber informasi literatur yang akan dipergunakan dalam proses penyeleksian, pedoman penyeleksian dan penentuan bahan pustaka yang akan diadakan. Menurut Massofa 2008, pedoman dasar untuk melakukan seleksi yaitu: 1. Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada di pasaran 2. Memahami tujuan dan fungsi perpustakaan tempat ia bekerja 3. Mengenal kebutuhan masyarakat yang dilayani 4. Mengenal prinsip-prinsip seleksi 5. Mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi 6. Memahami berbagai kendala yang ada. Maunglib 2009, menjelaskan semua bahan pustaka hendaknya dipilih secara cermat, disesuaikan dengan standar kebutuhan pemakai perpustakaan dalam suatu skala prioritas yang telah ditetapkan dan mencakup persyaratan antara lain: 1. Isi buku 2. Bahasa yang digunakan 3. Ciri fisik buku 4. Otoritas pengaranfpenerbit

2.5. Jenis bahan pustaka

Berkembangnya suatu perpustakaan memicu pada koleksi yang berada dalam perpustakaan tersebut, koleksi perpustakaan adalah yang meliputi berbagai format bahan pustaka sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan alternatif para pemakai terhadap media rekam informasi. Perpustakaan berusaha menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan baik itu koleksi seperti buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur dan koleksi non cetak seperti kaset, audio visual,mikrofilm, mikrofis, piringan hitam, video kaset, CD-ROM dan lain-lain. Menurut Pangaribuan2009:2, jenis-jenis bahan pustaka adalah sebagai berikut: 1. Karya cetak. 2. Karya non cetak. 3. Bentuk mikro. 4. Karya dalam bentuk elektronik.

2.5.1 Karya cetak

Menurut Pangaribuan 2009:2, karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, yaitu: 1. Buku Buku atau dikenal juga dengan istilah monograf adalah bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar UNESCO, tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya adalah buku teks, buku rujukan, buku fiksi. Biasanya dilengkapi dengan nomor standar Internasional, yaitu ISBN International Standard Book Number . 2. Terbitan berseri Terbitan berseri adalah bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus-menerus dengan jangka waktu terbit tertentu. Untuk jenis terbitan berseri menggunakan nomor standar ISSN International Standard Serial Number .

2.5.2 Karya Non Cetak

Menurut Hastuti 2012, menyatakan karya noncetak adalah bahan pustaka yang informasinya disampaikan dalam bentuk suara, gambar, teks, dan juga kombinasi dari bentuk- bentuk tersebut. Istilah lain dari karya ini adalah nonbooks materials bahan nonbuku, nonprint bahan noncetak, dan audiovisual materials bahan pandang dengar. Karya noncetak terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah sebagi berikut: 1. Rekaman suara Karya ini dituangkan dalam bentuk piringan hitam, pita kaset, dan cakram disk. Jika dilihat dari segi isi, diantarnya adalah rekaman musik, wawancara, seminar, ceramah, pelajaran bahasa inggris, dan sebagainya. 2. Film gambar hidup dan rekaman video Film ada dua macam yaitu film yang bersuara dan film yang tidak bersuara. Jika dilihat dari segi fisiknya ada 3 macam yaitu film yang berukuran 18 mm, 16 mm, dan 35 mm. Alat bantu yang digunakan untuk melihatnya adalah proyektor dan layar. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. 3. Rekaman video Rekaman video mencakup semua bentuk video, diantaranya yang berbentuk kaset, gulungan, cakram. Alat bantu yang digunakan adalah televisi, komputer, VCR Video Casette Recorder . 4. Bahan kartografi Bahan kartografi adalah semua karya yang merupakan representasi dari bumi, matahari, bulan, planet-planet, dan badan-badan ruang angkasa lainnya. Bahan pustaka ini dapat berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Misalnya peta ruang angkasa, atlas, globe, foto udara dan sebagainya. 5. Bahan grafika Bahan grafika adalah bahan pustaka yang harus diproyeksikan, misalnya: a Filmstrip, yaitu selongsongan film yang memuat gambar dalam urutan tertentu yang diproyeksikan satu persatu. b Slide, yaitu gambar dalam satu media film atau bahan transparan lain yang harus dilihat dengan bantuan proyektor slide. c Transparasi, yaitu selembar bahan transparan yang berisi gambar dan rancangan untuk digunakan dengan overhead projector atau kotak sinar.

2.5.3 Bentuk mikro

Menurut Siregar 2001:55, menyatakan bahwa bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreader. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan kedalam karya noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup didalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya. Bentuk mikro terdiri dari beberapa macam yaitu: 1. Mikro film, bentuk mikro film dalam gulungan film yang berukuran 16 mm dan 35 mm. 2. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm standar dan 75 mm x 125 mm. 3. Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaca berukuran sebesar mikrofis. Sedangkan menurut Pangaribuan 2009:3, bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan semua bahan pustaka yang menggunakan media film yang tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan micro-reader. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan dalam bahan noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup didalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya.

2.5.4 Karya dalam bentuk elektronik

Karya dalam bentuk elektronik ini biasanya disebut dengan bahan pandang dengar audio visual juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang dengan memuat informasi yang ditangkap secara bersamaan oleh indera mata dan telinga. Oleh sebab itu bahan pandang dengar merupakan media pembawa pesan yang sangat kuat untuk bisa ditangkap oleh manusia. Sumberdaya elektronik adalah informasi yang dituangka dalam bentuk buku atau jurnal elektronik yang biasa dikenal dengan istilah electonic collection. Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diprlukan perangkat kerts seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya. Menurut Pangaribuan 2009:3, dalam perkembangan teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan kedalam media elektronik seperti pita magnetic dan cakram atau disk. Untuk membacanya diprlukan perangkat keras seperti komputer.

2.6 Pengadaan Bahan Pustaka

Pada perinsipnya pengadaan bahan pustaka di setiap perpustakaan merupakan salah satu bagian dari pekerjaan perpustakaan yang mempunyai tugas mengadakan dab mengembangkan koleksi – koleksi yang menghimpun informasi dalam segala macam bentuk, seperti buku, majalah, brosur, tukar menukar maupun pembelian.

2.6.1 Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka adalah salah satu dari kegiatan pelayanan teknis pada suatu perpustakaan dalam usaha untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui kegiatan pengadaan bahan pustaka tersebut, perpustakaan berusaha menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan baik itu koleksi seperti buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur dan koleksi non cetak seperti kaset, audio visual, mikrofilm, mikrofis, piringan hitam,video kaset, CD-ROM dan lain-lain. Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dari kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan. Semua kebijakan pengembangan koleksi berakhir di pengadaan bahan pustaka. Tugas pokok suatu perpustakaan adalah memberikan dan menyebarluaskan informasi kepada pengguna. Untuk mengadakan tugas tersebut perpustakaan harus didukung oleh koleksi yang lengkap, tepat dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengadaan bahan pustaka menurut Sulistyo-Basuki 2001:27 merupakan konsep yang mengacukepada prosedur sesudah kegiatan pemilihan untuk memperoleh dokumen, yang digunakan untuk mengembangkan dan membina koleksi atau himpunan dokumen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan informasi serta mencapai sasaran unit informasi. Kemudian menurut Darmono 2001:57, “Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dari kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan. Semua kebijakan pengembangan koleksi akhirnya akan bermuara pada kegiatan pengadaan bahan pustaka”. Pengadaan bahan pustaka atau koleksi adalah proses menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi, hendaknya koleksi harus relevan dengan minat dan kebutuhan peminjam serta lengkap dan aktual Sumantri, 2002 : 29. Dari uraian pengadaan bahan pustaka yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa pengadaan bahan pustaka adalah rangkaian kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka sehingga dapat memenuhi bahan pustaka yang diminati oleh pengunjungnya, selain itu juga dalam menghimpun bahan pustaka untuk dijadikan koleksi perpustakaan harus mengacu kepada kebutuhan pengguna dengan selalu terus mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK agar fungsi dan tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi dapat terwujud.

2.6.2 Fungsi dan Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka

Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan menyediakan bahanpustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Bagian pengadaan bahan pustaka jugamengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada di dalam koleksi yang disajikan. Pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan pembinaan bahanpustaka atau koleksi. Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan salah satu dari kerjapelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan dalam usahanya untuk memberikanpelayanan informasi kepada pengguna. Untuk itu perlu disadari oleh petugas, anggotastaff, dan pengguna bahwa secara umum menjaga koleksi perpustakaan menjaditanggung jawab bersama. Sedangkan tujuan pengadaan bahan pustaka dimaksudkan agar koleksi perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuaian diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan koleksi perpustakaan, pengadaan bahan pustaka berupaya untuk meningkatkan daya akses pengguna terhadap bahan bacaan terbaru untuk menunjang proses pembelajaran. Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana, anggaran, yang tersedia, dengan adanya pengadaan bahan pustaka maka koleksi perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan perpustakaan dapat tercapai. Perpustakaan Nasional RI 2002: 6 menyatakan bahwa tujuan pengadaan bahan pustaka anatara lain: 1. Menetapkan kebijakan pada rencana pengadaan bahan pustaka. 2. Menetapkan metode yang sesuai dan terbaik untuk pengadaan 3. Mengadakan pemeriksaan langsung pada bahan pustaka yang dikembangkan. 4. Menetapkan skala prioritas pada bahan pustaka yang dikembangkan. 5. Mengadakan kerjasama antara perpustakaan pada pengadaan bahan pustaka pelayanan setiap unit perpustakaan 6. Melakukan evaluasi pada koleksi yang dimiliki perpustakaan.

2.7. Kebijakan Pengadaan Bahan Pustaka

Kebijakan pengadaan bahan pustaka sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, dan juga mampu memenuhi keperluan pemakai secara efektif dan efisien. Perpustakaan yang akan melakukan pengadaan bahan pustaka harus memiliki kebijakan sendiri. Menurut Darmono 2001: 55, kebijakan pengadaan koleksi berfungsi sebagai pedoman, sarana komunikasi, dan perencanaan sebab kebijakan tersebut: 1. Menjelaskan cakupan koleksi yang telah ada dan rencana pengembangan selanjutnya, agar diketahui oleh staf perpustakaan, pemakai, administrator, dan dewan pembina perpustakaan. 2. Memberi deskripsi yang sistematis tentang strategi pengolahan dan pengembangan koleksi yang diterapkan di perpustakaan. 3. Menjadi pedoman bagi para pustakawan sehingga ketaatan dalam proses seleksi dan seleksi terjamin, koleksi yang responsiv dan seimbang terbentuk dan dana dimanfaatkan dengan sebijaksana mungkin. 4. Menjadi standar tolok ukur untuk menilai sejauh mana sasaran pengembangan koleksi tercapai. 5. Berfungsi sebagai sumber informasi dan panduan bagi staf yang baru mulai berpartisipasi dalam pengembangan koleksi. 6. Memperlancar koordinasi antar anggota staf pengadaan koleksi. 7. Memperlancar kerjasama antar perpustakaan dalam pengembangan koleksi. 8. Membantu menjaga kontinuitas, khususnya apabila koleksi besar, serta menjadi kerangka kerja yang memperlancar transisi dari pustakawan lama ke penggantinya. 9. Membantu pustakawan menghadapi pengadaan berkenaan dengan bahan yang telah diseleksi atau ditolak. 10. Mengurangi pengaruh kolektor tertentu dan selera pribadi. 11. Membantu mempertanggung jawabkan alokasi anggaran. 12. Menjadi sarana komunikasi, baik dengan masyarakat yang dilayani maupun pihak luar lain yang memerlukan informasi mengenai tujuan dan rencana pengadaan dan pengembangan koleksi. Sedangkan Yuni 2010 menyatakan, ada beberapa kebijakan pengadaan bahan pustaka yaitu: 1. Anggaran, biasanya perpustakaan sudah memiliki anggaran tetap untuk pengadaan bahan pustaka. 2. Jenis pemakai dan kebutuhannya. 3. Jumlah pustakawan, hal ini dikarenakan pengadaan yang terlalu banyak sedangkan jumlah pustakawan sedikit akan mempengaruhi bahan pustaka. 4. Bahasa. Kebijakan pengadaan tergantung pada beberapa hal antara lain: anggaran, tujuan dan prioritas dari organisasi, jenis pemakai dan kebutuhannya, hubungan dengan perpustakaan lain atau dokumentasi lain, kekhususan, staf perpustakaan dan bahasa. Maka pengadaan bahan pustaka akan dapat disesuaikan dengan kebutuhan para penggunanya.

2.8 Sistem Pengadaan Bahan Pustaka