Pertama, untuk beberapa pengecualian, tidak ada ketentuan – ketentuan baku dan cepat untuk komputasi rasio. Kedua, dalam perhitungan banyak rasio,
angka – angka laporan laba rugi dibandingkan dengan angka – angka neraca. Karena laporan laba rugi mengacu pada suatu periode waktu dan neraca
mengacu pada suatu titik waktu, maka dalam perhitungan rasio – rasio adalah baik untuk menghitung rata – rata untulk angka – angka neraca.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal – hal tersebut akan membantu analisis dalam
menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin 2000 : 40 mengemukakan beberapa
hal yang harua diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis.
• Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi
yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan, sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama – sama. Kalau
sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan
• Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan sejenis dan pada
saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan A pada
tahun 19X1.
• Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan
keuangan yang telah diaudit diperiksa. Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio – rasio yang
dihitung juga kurang akurat.
• Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi
yang digunakan haruslah sama.
2. Capital Adequacy Ratio CAR
Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh
setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
100 x
ATMR Pelengkap
Modal Inti
Modal CAR
+ =
Komponen modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti yang harus dipertahankan oleh bank terdiri dari modal disetor, agio
saham, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, saldo laba, laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Sedangkan modal pelengkap yang dimaksud
terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi.
Capital adequacy ratio memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva
perusahaan
yang mengandung risiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
perusahaan
lain yang ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar
perusahaan
. Aspek permodalan bagi perbankan nasional sangatlah penting dalam
persaingan global. Di samping itu, permodalan bagi bank juga merupakan faktor penting dalam pengembangan usaha yaitu untuk menampung kerugian. Siswanto
Sutojo 1997: 398 bahwa: ”Fungsi modal bagi bank adalah : 1 sebagai penunjang kegiatan operasi,
dimana bangunan, equipment, dan fasilitas fisik lainnya sebaiknya dibiayai dengan jangka panjang, 2 sebagai fungsi regulatory, yaitu
permodalan bank harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, dan 3 sebagai fungsi protective, yaitu penyediaan
modal untuk melindungi apabila bank mengalami kerugian.”
3. Debt to Equity Ratio DER “Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal
bank sendiri”. Dendawijaya,2005:121. Menurut Tangkilisan 2003:155, “perhitungan yang menggunakan hutang jangka pendek maupun jangka panjang
disebut juga dengan istilah struktur keuangan financial structure”. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
100 x
Ekuitas Total
Kewajiban Total
DER =
Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Artinya, semakin besar Debt
Equity Rasio mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya rendah, hal ini berarti bahwa
risiko perusahaan financial risk relatif tinggi. Adanya risiko yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik terutama bagi
investor yang bukan risk taker, akibatnya harga saham akan turun .
4. Pengertian Laba