BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akuntansi berfungsi menyediakan informasi kuantitatif terutama informasi keuangan mengenai suatu entitas. Informasi tersebut disajikan dalam bentuk
laporan keuangan. Informasi dalam laporan keuangan yang digunakan dalam pihak – pihak yang berkepentingan stakeholders dalam proses dalam
pengambilan keputusan bisnis. Pihak – pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan suatu entitas secara umum dapat diklarifikasikan menjadi dua
kelompok. Pertama, adalah pihak internal perusahaan dan kedua, adlah pihak eksternal seperti kreditor, investor, pemasok, pemerintah, dan lain – lain.
Untuk memperoleh informasi keuangan yang relefan dengan tujuan dan kepentingan pemakai, maka informasi keuangan yang disajikan harus terlebih
dahulu dianalisis sehingga dihasilkan keputusan bisnis yang tepat. Analisis yang biasa dilakukan adalah analisis keuangan. Analisis keuangan mencoba
menghubungkan perkiraan – perkiraan yang terdapat dalam laporan untuk mengetahui bagaimana kinerja perusahaan.
Bank sebagai lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam perekonomian dan berfungsi sebagai perantara financial intermediary antara
pihak yang kelebihan dana surplus unit dengan pihak yang sangat memerlukan dana defisit unit. Bank diharapkan mampu memobilisasi dana tabungan
masyarakat dalam rangka mengembangkan industri perbankan di Indonesia.
Adapun pengertian bank menurut Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Industri perbankan di Indonesia dalam perkembangannya telah mengalami
pasang surut. Krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997, telah menghadapi sejumlah permasalahan mendasar. Masalah tersebut meliputi lemahnya corporate
governance, buruknya manajemen risiko, besarnya eksposur pinjaman valuta asing, tingginya kredit bermasalah non-performing loans yang timbul akibat
pemberian pinjaman yang tidak berhati-hati khususnya kepada kelompok bisnis terkait dan sektor properti, serta adanya pinjaman luar negeri sektor swasta dalam
jumlah besar. Sistem perbankan yang rentan tersebut berpengaruh terhadap kinerja bank
yaitu banyak debitur yang tidak mampu membayar hutangnya baik bunga maupun pokok pinjaman yang akhirnya dikategorikan sebagai kredit macet, sehingga bank
mengalami kerugian sampai pada batas yang maksimal menggerogoti modal setornya. Puncaknya pada saat Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997,
ada beberapa bank yang mengalami kesulitan likuiditas bahkan ditutup oleh Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan. Pemerintah perlu melakukan restrukturisasi
kredit dan pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN untuk menyelamatkan bank-bank lainnya yang tidak ditutup.
Pengalaman dari krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 telah menyadarkan kita bahwa sektor perbankan pada akhirnya harus dirombak untuk menumbuhkan
kembali citra perbankan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat tehadap sektor perbankan sehingga ketika menghadapi krisis global saat ini, industri
perbankan bisa tetap eksis dan kuat dilihat dari segi permodalan, kualitas aset, pendapatan, dan likuiditas. Hal ini penting untuk diperhatikan karena salah satu
faktor penting yang mendukung sistem perbankan yang kuat, berkualitas, tetap berlandaskan pada prinsip terpercaya, dan dapat memenuhi ketentuan prudential
banking regulation dengan baik adalah terwujudnya bank yang sehat. Peraturan Bank Indonesia Nomor 610PBI2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem
penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menetapkan bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan.
Bank-bank yang ada di Indonesia tidak semua dapat dikatakan sehat, khususnya di bidang permodalan. Peranan modal sangat penting dalam usaha
perbankan. Bank Indonesia telah menaikkan bobot CAR yang pada awalnya hanya 4 menjadi 8 yang berlaku sejak tahun 2001. Kegiatan operasional bank
dapat berjalan dengan lancar apabila bank tersebut memiliki modal yang cukup sehingga pada saat-saat kritis, bank tetap dalam posisi aman karena memiliki
cadangan modal di Bank Indonesia. Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp.80 Milyar pada akhir
tahun 2007 dan akan meningkat menjadi Rp.100 Milyar pada akhir tahun 2010. Kecukupan modal pada penelitian ini diwakili oleh Capital Adequacy Ratio dan
Debt to Equity Ratio..
Sementara itu, dengan menggunakan rasio–rasio tersebut di dalam melakukan penilaian kesehatan perbankan maka akan dapat diketahui prestasi dan
kelemahan yang dimiliki masing-masing perusahaan perbankan, sehingga akan menjadi suatu informasi yang sangat berharga bagi pihak–pihak yang
berkepentingan. Penelitian yang dilakukan oleh Rikky 2009 menunjukkan bahwa rasio
keuangan tidak dapat mempediksi pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sementara itu penelitian yang dilakukan
oleh Rahayu 2007 menyatakan bahwa rasio keuangan dapat mempediksi pertumbuhan laba. Hal ini menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penelitian –
penelitian terdahulu mengenai pengaruh beberapa rasio keuangan tertentu terhadap pertumbuhan laba.
Berdasarkan pertimbangan perumusan masalah di atas, penulis merasa
tertarik untuk membuat suatu penelitian tentang “ Pengaruh Capital Adequacy
Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Secara khusus, penelitian ini menggunakan Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio sebagai variabel bebas dan pertumbuhan laba sebagai
variabel terikat sementara penelitian yg dilakukan oleh Rikky 2009 menggunakan Capital Adequacy Ratio dan Loan to Deposit Ratio sebagai variabel
bebas dan pertumbuhan laba sebagai variabel terikat. Rahayu 2007 menggunakan Capital Adequacy Ratio dan pendapatan operasional sebagai
variabel bebas dan pertumbuhan laba operasional sebagai variabel terikat.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengeluarkan
laporan keuangan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Penulis melakukan penelitian yang berbentuk replikasi dengan meng-update atau memodifikasi data dari penelitian terdahulu dengan menggunakan sampel yang
lebih luas dan variabel yang berbeda dari penelitian sebelumnya.
B. Perumusan Masalah