Tindak Tutur Dalam Iklan Di Radio 105.8 Delta FM Medan

(1)

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8

DELTA FM MEDAN

SKRIPSI

OLEH

RINA DESLIAH TAMPUBOLON

090701022

DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8 DELTA FM MEDAN Oleh

Rina Desliah Tampubolon 090701022

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Asrul Siregar, M.Hum. Dra. Mascahaya, M.Hum. NIP. 19590502 198601 1 001 NIP. 19590819 198601 2 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M. Si. NIP. 19620925 198903 1 017


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juni 2013 Penulis,


(4)

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8 DELTA FM MEDAN

Rina Desliah Tampubolon Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Penelitian ini membahas Tindak Tutur dalam Iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Maksudnya adalah peneliti menyimak tuturan yang terdapat dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik rekam yang dilanjutkan dengan teknik catat. Ketentuan yang digunakan untuk menentukan data, yaitu berupa iklan layanan masyarakat yang berbentuk tuturan (tidak berupa lagu) dan menggunakan bahasa Indonesia. Data dianalisis sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Austin dan Searle. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis tindak tutur serta tindak tutur yang dominan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tindak tutur yang terdapat di Radio 105.8 Delta FM Medan yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi serta tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, dan deklaratif. Sedangkan tindak tutur yang dominan terdapat di Radio 105.8 Delta FM Medan yaitu tindak tutur ekspresif.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang maha Esa atas kasih dan semua berkat-Nya yang selalu melimpah kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Banyak pihak yang ikut terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Dra. Mascahaya, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan ilmu, waktu serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr. Gustianingsih, M.Hum., sebagai dosen pembimbing akademik yang memberikan pengarahan kepada penulis selama perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda M. Tampubolon, S.Pd. dan ibunda F. Simbolon yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian, waktu, doa serta motivasi kepada penulis. Terima kasih banyak untuk semua pengorbanan yang kalian berikan. Begitu juga untuk abangku Frengki Tampubolon, S.I.P.


(6)

yang banyak membagi pengalaman dan senantiasa memerhatikan serta memotivasi penulis. Untuk kedua adikku Nova Dina Tampubolon dan Boyke Frenny Tampubolon yang juga menjadi motivasi pagi penulis. Aku menyanyangi kalian semua.

7. Seseorang yang terkasih, Richard H. Panggabean, S.P. yang banyak berkorban untuk penulis. Terima kasih untuk semua cinta, waktu, perhatian, dan motivasi yang boleh kuterima.

8. Kedua teman yang selalu ada untuk tempat berbagi Dina dan Paulina.

9. Teman-teman seperjuangan di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara stambuk 2009 yang selalu ribut di setiap tempat. Terima kasih untuk waktu yang kita lalui bersama dari awal perkuliahan. Aku akan merindukan masa-masa itu.

10.Untuk senior dan junior yang banyak memberi masukan kepada penulis. Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga skipsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Juni 2013 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……….. i

ABSTRAK ………... ii

PRAKATA ……….. iii

DAFTAR ISI ………... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 6

1.3 Batasan Masalah ………. 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. …... 7

1.4.1 Tujuan Penelitian ……….. 7

1.4.2 Manfaat Penelitian ……… 7

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 8

2.1.1 Tindak Tutur ……….….. 8

2.1.2 Iklan ……….... 9

2.1.3 Radio ………..………..…... 9

2.2 Landasan Teori ………..…….. 10

2.2.1 Pragmatik ………..…….. 10

2.2.2 Aspek Situasi Ujar ………..…… 10

2.2.3 Tindak Tutur ………..………. 12

2.2.4 Peristiwa Tutur ………..………. 15

2.3 Tinjauan Pustaka ………..………... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data dan Data ………..………… 19

3.1.1 Sumber Data ……….. 19

3.1.2 Data ……… …... 19

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………. 19


(8)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Jenis Tindak Tutur yang Digunakan dalam Iklan di Radio Delta 104.5 FM Medan

4.1.1 Iklan Penyalaan Lampu di Siang Hari ……...……….. 27

4.1.2 Iklan Penghijauan …...………. 31

4.1.3 Iklan Pembiasaan Diri untuk Tidur dengan Waktu yang Cukup 36 4.1.4 Iklan Pembiasaan Diri untuk Berjalan Kaki ………. 39

4.1.5 Iklan Penghematan Tisue ………... 43

4.1.6 Iklan Pencegahan Banjir ………. 46

4.1.7 Iklan Pendidikan untuk Kaum Perempuan ………. 51

4.1.8 Iklan Perilaku Berkendara ………. 56

4.1.9 Iklan Pemeriksaan Gigi ………. 61

4.1.10 Iklan Kebiasaan Berolahraga ………. 65

4.2 Tindak Tutur Dominan yang Digunakan di Radio 105.8 Delta FM Medan 70 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN ……….… 71

5.2 SARAN ……….… 73


(9)

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8 DELTA FM MEDAN

Rina Desliah Tampubolon Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Penelitian ini membahas Tindak Tutur dalam Iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Maksudnya adalah peneliti menyimak tuturan yang terdapat dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik rekam yang dilanjutkan dengan teknik catat. Ketentuan yang digunakan untuk menentukan data, yaitu berupa iklan layanan masyarakat yang berbentuk tuturan (tidak berupa lagu) dan menggunakan bahasa Indonesia. Data dianalisis sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Austin dan Searle. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis tindak tutur serta tindak tutur yang dominan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tindak tutur yang terdapat di Radio 105.8 Delta FM Medan yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi serta tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, dan deklaratif. Sedangkan tindak tutur yang dominan terdapat di Radio 105.8 Delta FM Medan yaitu tindak tutur ekspresif.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia karena dengan bahasa manusia dapat mengekspresikan gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik, manusia harus menguasai keterampilan berbahasa. Tarigan (1986: 2) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa meliputi empat macam, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Berbicara merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang akan menghasilkan suatu tindak tutur. Kridalaksana (2008: 191) berpendapat bahwa tindak tutur atau pertuturan merupakan (1) perbuatan berbahasa yang dimungkinkan oleh dan diwujudkan sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian unsur-unsur bahasa; (2) perbuatan menghasilkan bunyi bahasa secara beraturan sehingga menghasilkan ujaran bermakna; (3) seluruh komponen linguistik dan nonlinguistik yang meliputi suatu perbuatan bahasa yang utuh, yang menyangkut partisipan, bentuk penyampaian amanat, topik, dan konteks amanat itu; (4) pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar.

Pembagian mengenai tindak tutur telah dirumuskan oleh beberapa ahli bahasa seperti Austin (dalam Chaer, 2010: 27) yang membagi tindak tutur dalam tiga kategori yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Begitu juga halnya Searle (dalam Chaer,


(11)

2010: 29 – 30) yang membagi tindak tutur dalam lima kategori yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif.

Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Tindak tutur dapat terjadi ketika seorang penutur berbicara dengan lawan tuturnya. Tindak tutur dapat dilihat dan didengar secara langsung, misalnya di rumah, di kos, di jalan, atau di tempat lainnya. Tidak hanya itu, tindak tutur juga dapat terjadi di berbagai media yang dapat kita baca, lihat, dan dengarkan, seperti di buku cerita, novel, komik, dan film maupun dalam iklan di televisi dan radio.

Tindak tutur yang terjadi di berbagai tempat tersebut dapat kita teliti sesuai dengan pemahaman mengenai ilmu pragmatik. Levinson (dalam Tarigan, 1986: 33) berpendapat bahwa pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Untuk itu dalam meneliti tindak tutur kita harus dapat memahami kaitan antara tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tutur dengan konteks tuturannya.

Pembahasan mengenai tindak tutur yang digunakan dalam berbagai situasi telah banyak diteliti sebelumnya. Termasuk para alumni yang telah menyelesaikan studinya di Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara. Seperti halnya Maharani (2007) dalam skripsinya Tindak Tutur Percakapan pada

Komik Asterix seri ke-20, Farida (2009) dalam skripsinya Tindak Tutur dalam Novel


(12)

kajian tindak tutur yang terbaru yang dilakukan oleh Dina (2012) dalam skripsinya

Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya (Negeri

Ini) karya Deddy Mizwar. Penelitian mengenai tindak tutur yang telah dilakukan

sebelumnya juga membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti tindak tutur dengan objek yang belum pernah diteliti seperti halnya kajian mengenai tindak tutur dalam iklan di Radio Delta 105.8 FM Medan.

Peneliti menjadikan radio sebagai objek penelitian karena radio merupakan media komunikasi lisan yang memiliki sifat begitu terdengar langsung hilang tidak membekas. Oleh sebab itu bahasa yang digunakan harus menarik dan tidak mudah hilang dari ingatan pendengar atau penyimak. Hal ini dapat kita dengar seperti halnya dalam penyampaian pesan melalui iklan. Pada bahasa iklan, para produsen bebas menggunakan bahasa untuk menarik pemirsa atau pembaca agar produk yang diiklankan itu laris. Hal ini dapat memberi efek dan daya pengaruh yang berbeda antara manusia yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan bahasa iklan yang digunakan oleh produsen untuk memasarkan dagangannya. Kekuatan narasi atau pilihan kata pada sebuah iklan dapat membuat banyak orang terpengaruh untuk mengikuti apa isi pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut. Kekuatan bahasa pada iklan dapat memberi kesan mengajari, memerintah bahkan terkadang seperti memberi efek hipnotis pada konsumen sehingga konsumen mau mengikuti apa yang dipesankan dalam iklan yang didengar atau dilihatnya.

Pemanfaatan radio sebagai media periklanan sudah lama berlangsung hampir seusia dengan ditemukannya radio pertama kali. Banyak pihak swasta yang mengiklankan produknya di radio karena kekhasannya. Selain itu, dalam hal


(13)

periklanan radio lebih cepat, murah, serta memiliki efek psikologis dibandingkan dengan media lain seperti televisi.

Ciri khas radio dalam menyampaikan informasi kepada khalayak yaitu berupa penyampaian kata-kata yang berusaha menarik perhatian pendengar membuat pendengar radio memiliki jumlah yang tidak terbatas. Karena hal itu maka radio memiliki potensi yang besar untuk menunjang pembangunan khususnya menjadi sumber penghasilan bagi kalangan tertentu seperti kalangan swasta. Cara yang dapat dilakukan untuk menambah sumber penghasilan salah satunya dengan memasang iklan.

Iklan menurut Widyatama, Rendra (2007: 13) adalah bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh komunikator secara nonpersonal melalui media untuk ditujukan pada komunikan dengan cara membayar.

Radio 105.8 Delta FM Medan dijadikan objek penelitian iklan karena di Medan radio tersebut merupakan radio swasta dengan jangkauan yang luas dan pendengarnya pun cukup banyak sehingga banyak mengundang minat pemasang iklan dalam rangka mengenalkan produk-produknya. Jangkauan Radio 105.8 Delta FM tidak hanya tersebar di daerah kota Medan tetapi juga Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan kota besar lainnya. Namun dalam penelitian ini peneliti hanya terfokus pada Radio 105.8 Delta FM Medan yang terdapat di Jalan Imam Bonjol nomor 16D, Gedung Mandiri lantai tiga.

Program yang terdapat dalam Radio 105.8 Delta FM Medan secara umum

dibagi menjadi tiga bagiain the Morning


(14)

program yang ditawarkan oleh radio 105.8 Delta FM Medan dengan waktu siar senin – jumat pagi pukul 06.00 – 10.00 WIB. Radio 105.8 Delta FM Medan memberi suguhan format acara yang bersifat menemani dan membuat pagi hari menjadi menyenangkan dengan topik-topik segar dan relevan. Pendengar dibumbui komentar-komentar lucu dan nakal dari dua penyiar bintang yaitu Farhan dan Asri Welas di sela-sela lagu enak. Obrolan yang dekat dengan pendengar yang dibawakan dalam suasana yang menyenangkan.

Program yang kedua menemani pendengar setiap senin – jumat siang pukul 16.00 – 20.00 WIB berisi siaran yang menyuguhkan menu utama 100% lagu enak. Saat yang bersamaan mampu menjadi teman pendengar dengan melemparkan topik-topik sharing.

Program yang ketiga menemani pendengar setiap senin – jumat siang pukul 10.00 – 16.00 WIB dengan siaran yang menyuguhkan menu utama 100% lagu enak dengan segmen program yang dirancang khusus untuk memanjakan pendengar. Sehingga sebanyak empat kali 50 menit (selama kurun waktu enam jam), pendengar secara nonstop akan dapat menikmati lagu-lagu enak tanpa terpotong jeda iklan.

Program acara ini dibawakan oleh seorang penyiar yang memiliki pengetahuan luas tentang dunia musik beserta industrinya sehingga selalu dapat memberikan informasi-informasi menarik seputar musik dan lagu.

Program-program yang terdapat dalam Radio 105.8 Delta FM Medan mampu membuat pendengar semakin merasa tertarik untuk lebih sering mendengarkan siaran dari Radio 105.8 Delta FM Medan. Hal ini menjadi salah satu kelebihan yang dimiliki Radio 105.8 Delta FM Medan. Selain mampu mengikat pendengar dengan


(15)

suguhan lagu-lagu serta kata-kata yang menarik, obrolan yang diberikan juga mampu membuka wawasan pendengar.

Radio 105.8 Delta FM Medan dengan motto “100% Lagu Enak” merupakan radio yang banyak diminati pendengar khususnya pendengar remaja. Hal ini juga menjadi salah satu alasan sehingga iklan yang terdapat di Radio 105.8 Delta FM Medan tidak hanya terbatas pada iklan perniagaan barang saja tetapi justru lebih dominan ke iklan layanan masyarakat yang lebih cenderung berkenaan dengan kehidupan remaja saat ini. Penyuguhan iklan juga menggunakan tuturan-tuturan yang menarik agar pendengar semakin merasa akrab dengan kata-kata yang disampaikan dalam iklan. Seperti iklan mengenai penggunaan jalan raya, kebiasaan berolah raga, dan penghijauan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian dalam latar belakang masalah, dapatlah dirumuskan masalah penelitian yaitu :

1. Bagaimanakah jenis tindak tutur yang digunakan dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan?

2. Bagaimanakah tindak tutur yang dominan digunakan dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan?

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam menentukan apa saja yang akan dijadikan objek dalam penelitian. Batasan masalah


(16)

akan membantu peneliti untuk memberikan fokus pada objek yang ditelitinya agar tidak terlalu luas serta lebih terarah. Pada penelitian ini masalah dibatasi hanya pada jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Austin dan Searle serta tindak tutur yang dominan digunakan dalam iklan di Radio Delta 105.8 FM Medan. Dominan yang diartikan dalam hal ini yaitu tindak tutur yang paling banyak digunakan dalam iklan.

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini betujuan untuk:

1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan.

2. Mendeskripsikan tindak tutur yang dominan dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan perkembangan ilmu bahasa khususnya ilmu pragmatik.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pengguna bahasa, khususnya para penulis iklan radio dalam mengoptimalkan pemakaian bahasa. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman kepada para pendengar radio

mengenai tujuan penutur dalam iklan, khususnya iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan.


(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588).

2.1.1 Tindak Tutur

Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard pada tahun 1956, kemudian teori yang berasal dari mata kuliah itu dibukukan oleh J. O. Urmson (1962) dengan judul

How to do Thing with Word. Lalu teori tersebut menjadi terkenal setelah Searle

menerbitkan buku berjudul Speech Act: an Essay in the Philosophy of Language

(1969). Menurut Austin (1962) tindak tutur dilangsungkan dengan tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu (1) tindak lokusi (2) tindak ilokusi (3) tindak perlokusi. Sementara itu Searle (1975) membagi tindak tutur dalam lima kategori, yaitu respresentatif, direktif, ekspresif, komisif, deklaratif. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur lebih menekankan pada makna atau tindakan dalam tuturannya.


(18)

2.1.2 Iklan

Menurut pakar periklanan Amerika, S. William Pattis (dalam Copywriting,

2001: 7) iklan lebih sering disebut sebagai sebuah usaha agar barang yang diperjualbelikan laku keras. Padahal sesungguhnya iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli potensial; mempengaruhi dan memenangkan pendapat publik untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan keinginanan si pemasang iklan. Iklan adalah sebuah tanggung jawab dalam proses penjualan dan pemasaran yang bentuknya bisa tulisan, gambar, film, atau gabungan unsur-unsur tersebut.

2.1.3 Radio

Lee (dalam Moeryanto, 1996: 93) berpendapat bahwa radio adalah alat komunikasi massa yang menggunakan lambang komunikasi berbunyi.


(19)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pragmatik

Pragmatik merupakan kajian linguistik yang menelaah ucapan-ucapan tertentu dalam situasi-situasi tertentu dan terutama memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial. Bagaimana bahasa itu digunakan dalam bentuk ujaran atau tuturan dikaji dalam pragmatik.

Parker (dalam Chaer, 2010: 24) berpendapat bahwa pragmatik sebagai cabang ilmu linguistik merupakan ilmu kajian bahasa yang mengkaji makna-makna satuan bahasa secara eksternal. Secara eksternal artinya bahwa pragmatik mengkaji makna yang berada di luar satuan bahasa, atau yang disebut dengan maksud. Berbeda dengan cabang ilmu bahasa lain seperti semantik yang mempelajari makna-makna satuan bahasa secara internal, artinya mempelajari makna yang terdapat dalam satuan bahasa itu.

Menurut Levinson (dalam Tarigan, 1986: 33) pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain: telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat.

2.2.2 Aspek Situasi Ujar

Untuk memahami suatu situasi ujaran, waktu dan tempat merupakan unsur yang mutlak diketahui. Selain kedua unsur tersebut ada aspek-aspek lain yang perlu untuk dipahami. Pemahaman mengenai aspek situasi ujar dapat memudahkan kita


(20)

untuk memahami hal-hal yang menyangkut keterkaitan antara ujaran dengan situasi. Hal ini berhubungan dengan pragmatik yang menelaah makna dengan situasi ujaran. Aspek-aspek lain yang mendukung situasi ujaran:

a. Penutur dan lawan tutur di dalam beberapa literatur, khususnya dalam Searle (1983) lazim dilambangkan dengan S (Speaker) yang berarti pembicara atau

penutur dan H (Hearer) yang dapat diartikan pendengar atau mitra tutur.

Digunakannya lambang S dan H tidak dengan sendirinya membatasi cakupan pragmatik semata-mata hanya pada bahasa ragam lisan saja, melainkan juga dapat mencakup ragam bahasa tulis.

b. Konteks tuturan telah diartikan bermacam-macam oleh para linguis. Konteks dapat mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan, baik secara fisik maupun nonfisik. Konteks dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur serta yang mendukung interpretasi mitra tutur dan apa yang dimaksudkan penutur itu dalam proses bertutur. Berkenaan dengan hal itu Leech (1983) telah menyatakan “I shall

consider context to be any background knowledge assumed to be shared by S and

H and which contributes to H interpretation of what S means by a given

utterance.”

c. Tujuan tutur berkaitan erat dengan bentuk tuturan seseorang. Dikatakan demikian karena pada dasarnya tuturan itu terwujud karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tutur yang jelas dan tertentu sifatnya. Secara pragmatik satu bentuk tutur dapat memiliki maksud dan tujuan yang bermacam-macam. Demikian


(21)

sebaliknya satu maksud atau tujuan tutur dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan yang berbeda-beda.

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan bidang yang ditangani pragmatik. Karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang terdapat dalam situasi tutur tertentu, dapat dikatakan bahwa yang dibicarakan dalam pragmatik itu bersifat konkret karena jelas siapa peserta tuturnya, di mana tempat tuturnya, kapan waktu tuturnya dan seperti apa konteks situasi tuturnya keseluruhan.

e. Tuturan dapat dipandang sebagai sebuah produk tindak verbal. Dapat dikatakan demikian karena pada dasarnya tuturan yang ada dalam sebuah pertuturan itu adalah hasil tindakan para peserta tutur dengan segala pertimbangan konteks yang melingkupi dan mewadahinya.

2.2.3 Tindak Tutur

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1195) tindak diartikan sebagai langkah atau perbuatan, sedangkan tutur diartikan sebagai ucapan, kata, perkataan (2007: 1231). Dari dua pengertian tersebut tindak tutur dapat diartikan sebagai perbuatan memproduksi tuturan atau ucapan. Tarigan (1986: 36) menjelaskan bahwa tindak tutur atau tuturan yang dihasilkan oleh manusia dapat berupa ucapan. Berkenaan dengan hal itu Austin (1962) membagi tindak tutur atas tiga jenis, yaitu tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi.

a) Lokusi

Merupakan tindak tutur untuk menyatakan sesuatu sebagaimana adanya atau tindakan untuk mengatakan sesuatu.


(22)

Contoh :

Tahun 2004 gempa dan tsunami melanda Banda Aceh.

Kalimat di atas dituturkan oleh seorang penutur semata-mata hanya untuk memberi informasi sesuatu belaka, tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu. Apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Kalimat di atas memberi informasi mengenai gempa dan tsunami yang pada tahun 2004 melanda Banda Aceh. Tindak tutur lokusi hanya memberi makna secara harafiah seperti yang dinyatakan pada contoh di atas. b) Ilokusi

Merupakan tindak tutur yang menyatakan sesuatu juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu.

Contoh:

Sudah hampir pukul tujuh.

Kalimat di atas bila dituturkan oleh seorang suami kepada istrinya di pagi hari, selain memberi informasi tentang waktu, juga berisi tindakan yaitu mengingatkan si istri bahwa si suami harus segera berangkat ke kantor; jadi minta disediakan sarapan.

c) Perlokusi

Merupakan tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar tuturan itu.

Contoh:

Minggu lalu saya ada keperluan keluarga yang tidak dapat ditinggalkan.

Tuturan di atas bukan hanya memberi informasi bahwa si penutur pada minggu lalu ada kegiatan di keluarga; juga bila dituturkan pada lawan tutur yang pada


(23)

minggu lalu mengundang untuk hadir pada resepsi pernikahan, bermaksud juga meminta maaf. Lalu, efek yang diharapkan adalah memberi maaf kepada penutur.

Berkaitan dengan tindak tutur, Searle (dalam Abdul Chaer, 2010: 29 – 30) juga membagi tindak tutur berdasarkan lima kategori:

a. Representatif (disebut juga asertif)

Merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya. Misalnya mengatakan, melaporkan, dan menyebutkan.

b. Direktif

Merupakan tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Misalnya menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang.

c. Ekspresif

Merupakan tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan dalam tuturan itu. Misalnya memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan menyelak.

d. Komisif

Merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Misalnya berjanji, bersumpah, dan mengancam. e. Deklaratif

Merupakan tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dsb.) yang baru. Misalnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan memberi maaf.


(24)

2.2.4 Peristiwa Tutur

Dalam peristiwa tuturan baik penutur maupun lawan bicara harus memahami konteks agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Salah seorang pakar sosiolinguistik, Dell Hymnes (1972) berpendapat bahwa peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen yang huruf awalnya dapat dirangkai menjadi sebuah akronim SPEAKING:

S = Setting and scene P = Participants

E = Ends : purpose and goal A = Act sequences

K = Key : tone or spirit of act I = Instrumentalities

N = Norms of interaction and interpretation G = Genres

Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur

berlangsung, scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis

pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara keras-keras, tetapi di ruang perpustakaan harus sepelan mungkin.


(25)

Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan bisa pembicara

dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim atau penerima pesan. Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar, tetapi sebagai pengkotbah di mesjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya seorang anak akan menggunakan ragam bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orang tuanya atau gurunya bila dibandingkan kalau dia berbicara dengan teman-teman sebayanya.

Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi

di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan kasus perkara. Namun para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil. Dalam peristiwa tutur di ruang kuliah, dosen yang cantik itu berusaha untuk menjelaskan materi kuliah agar dapat dipahami mahasiswanya. Namun, barang kali di antara para mahasiswa itu ada yang datang hanya untuk memandang wajah dosen yang cantik itu.

Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini

berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam perkuliahan umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juga dengan isi yang dibicarakan.

Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan


(26)

dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.

Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur

lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada

kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek, atau register.

Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan

dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara.

Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,


(27)

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2007: 1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI, 2007: 912). Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan, ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

Maharani (2007) dalam skripsinya Tindak Tutur Percakapan pada Komik

Asterix seri ke-20. Ia mengemukakan tindak tutur berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Austin, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Ia juga menganalisis pasangan berdampingan yang terdapat dalam percakapan Komik Asterix seri ke-20.

Farida (2009) dalam skripsinya Tindak Tutur dalam Novel Seri Cerita

Kenangan Angenteuil Hidup Memisahkan Diri karya N. H. Dini. Ia menganalisis

tindak tutur berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Searle yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Ia menyimpulkan bahwa dalam novel yang dikajinya hanya terdapat empat jenis tindak tutur yaitu representatif, komisif, direktif, dan deklaratif.

Dina (2012) dalam skripsinya Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam

Dialog Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar. Ia menganalisis

tindak tutur berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Searle yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Dalam penelitian ini Ia hanya berfokus pada tindak tutur direktif dan ekspresif.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data dan Data 3.1.1 Sumber Data

Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu penulis memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan oleh alam yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Sudaryanto, 1993: 34). Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah iklan yang terdapat di Radio 105.8 Delta FM Medan.

3.1.2 Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 3). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan yang terdapat dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993: 9). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Maksudnya adalah peneliti menyimak tuturan yang terdapat dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan.


(29)

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Dalam teknik simak bebas libat cakap, peneliti tidak terlibat dalam tayangan melainkan peneliti hanya sebagai pemerhati. Untuk memperolah data yang akan dijadikan sampel penelitian, data terlebih dahulu direkam. Data yang direkam merupakan iklan yang ditayangkan di Radio Delta 104.5 FM Medan pada tanggal 22 April – 5 Mei 2013. Data kemudian diamati untuk ditetapkan sebagai data yang akan dianalisis sesuai dengan ketentuan. Ketentuan yang digunakan untuk menentukan data, yaitu berupa iklan layanan masyarakat yang berbentuk tuturan (tidak berupa lagu) dan menggunakan bahasa Indonesia.

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, maka dilakukan tahap analisis data. Menurut Lexi J. Moloeng (1998: 103) Pekerjaan analisis data mempunyai pengertian mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengategorikannya. Metode yang digunakan penulis dalam analisis data pada penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexi J. Moloeng, 1998: 3). Istilah deskriptif maksudnya adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Lexi J. Moloeng, 1998: 6).


(30)

Contoh:

Iklan Membuang Sampah

Teman Uli : Ayo pak, berangkat! (terdengar seperti suara pintu mobil ditutup) Supir : Lah, Mbak Uli-nya kan belum naik Bu.

Uli : Tunggu, tunggu, tunggu.

Terima kasih Pak. (terdengar seperti suara pintu mobil dibuka lalu ditutup)

Teman Uli : Uli, terlambat ni. Terus itu kenapa dibawa-bawa sih?

Aku tadi bilang jangan dibawa. Aduh, bisa kacau deh, malu-maluin deh.

Uli : Kan di sana belum tentu ada. Kalau pas mau buang sampah, gimana? Teman Uli : Ih, mau meeting sama klien bawa-bawa tempat sampah.

Uli : Kamu tau gak? Kalau ternyata dalam waktu dua hari aja udah bisa bangun satu candi Borobudur. Dan bayangkan jika setahun sampah kita bisa membangun 185 candi Borobudur. Nah, tenang, semuanya bisa diatasi kok dengan daur ulang. Pisahkan sampah organik dan nonorganik kayak ini. Tuh liat warnanya pink, cantik yah. Kamu

punya ngak? Konteks:

Tuturan berlangsung di dalam mobil pada pagi hari. Saat itu teman Uli dan supir sedang menunggu Uli mau berangkat ke tempat mereka akan meeting dengan klien


(31)

membuat teman Uli dan supir merasa jengkel karena sebelumnya teman Uli juga sudah mengatakan untuk tidak membawa keranjang sampah tersebut. Karena diprotes lalu Uli kembali menasihati temannya.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 1

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak Tutur Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Ayo pak, berangkat!

Mengajak

supir untuk berangkat ke kantor.

Meminta supir untuk

menjalankan mobil.

Supir

menyela dan tidak mau berangkat.

Direktif

2. Lah, Mbak Uli-nya kan belum naik Bu.

Menyatakan bahwa Uli belum naik.

Memberitahu bahwa Uli belum naik ke mobil jadi mereka masih harus

menunggu Uli.

Teman Uli mau

menunggu Uli.

Direktif


(32)

tunggu, tunggu. Terima kasih Pak. untuk menunggu dirinya kemudian dia mengucapkan terima kasih. agar supir jangan menjalankan mobil dulu. menunggu Uli dan tidak menjalankan mobil. 4. Uli, terlambat ni. Terus itu kenapa dibawa-bawa sih? Aku tadi bilang jangan dibawa. Aduh, bisa kacau deh, malu-maluin deh. Menyatakan bahwa mereka sudah terlambat kemudian bertanya kepada Uli mengapa keranjang sampah dibawa-bawa karena dia merasa itu memalukan. Teman Uli mengkritik Uli karena membuat mereka terlambat. Dia merasa perbuatan Uli akan membuat dirinya malu. Uli tetap membawa keranjang sampah lalu menasihati temannya. Ekspresif

5. Kan di sana

belum tentu Menyatakan bahwa di Uli memberitahu Teman Uli menyela Uli Representatif


(33)

ada. Kalau pas mau buang sampah, gimana? kantor mereka belum tentu ada keranjang sampah dan bertanya bagaimana kalau mereka mau membuang sampah. bahwa mereka perlu membawa keranjang sampah. dan merasa jengkel dengan perbuatan Uli.

6. Ih, mau

meeting sama

klien bawa-bawa tempat sampah.

Menyatakan bahwa mau

meeting sama

klien mengapa

membawa keranjang sampah. Teman Uli tidak suka karena Uli membawa keranjang sampah. Uli tetap membawa keranjang sampah lalu menasihati temannya. Ekspresif

7. Kamu tau

gak? Kalau ternyata

dalam waktu dua hari aja

Memberitahu mengenai banyaknya sampah dan akibatnya Uli memberitahu dampak membuang sampah secara


(34)

udah bisa bangun satu candi

Borobudur. Dan

bayangkan jika setahun sampah kita bisa

membangun 185 candi Borobudur. Nah, tenang, semuanya bisa diatasi kok dengan daur ulang. Pisahkan

sampah

organik dan nonorganik kayak ini.

serta

memberitahu cara

mengatasinya. Uli juga menunjukkan

keranjang sampah yang dimilikinya.


(35)

Tuh liat warnanya

pink, cantik

yah. Kamu punya ngak?


(36)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1Jenis Tindak Tutur yang Digunakan dalam Iklan di Radio Delta 104.5 FM Medan

Austin (1962) membagi tindak tutur atas tiga jenis, yaitu (a) lokusi, yaitu tindak tutur untuk menyatakan sesuatu sebagaimana adanya atau tindakan untuk mengatakan sesuatu, (b) ilokusi, yaitu tindak tutur yang menyatakan sesuatu juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu, dan (c) perlokusi, yaitu tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar tuturan itu.

Berkaitan dengan tindak tutur, Searle (dalam Chaer, 2010: 29 – 30) membagi tindak tutur berdasarkan lima kategori, yaitu (a) Representatif (disebut juga asertif), yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya, (b) Direktif, yaitu tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu, (c) Ekspresif, yaitu tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan dalam tuturan itu, (d) Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya unutuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya, (e) Deklaratif, yaitu tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dsb.) yang baru.


(37)

4.1.1 Iklan Penyalaan Lampu di Siang Hari

Istri : Pa, lampu depan motor kita, rusak tuh. Harus segera diperbaiki. Lampu kendaraan itukan penting kalau berpergian di siang hari.

Suami : Loh, nyalain lampu sepeda motor kok di siang hari? Gimana sih mama ini?

Istri : Ah, Papa, nayalain lampu sepeda motor di siang hari itu penting, agar keberadaan kita diketahui oleh pengguna jalan lain. Lagian nih kewajiban menyalakan lampu bagi pengendara sepeda motor di siang hari itu sudah diatur dalam pasal 107:2 UU no. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan pengguna jalan. Melanggar aturan itu bisa didenda Rp 100.000,00 atau dipidana dengan kurungan paling lama 15 hari sebagaimana tertuang dalam ketentuan denda.

Audio : Menyalakan lampu bagi pengendara sepeda motor di siang hari bukan hanya soal mematuhi peraturan lalu lintas tapi juga dapat mengurangi resiko terjadinya kecelakaan.

Konteks:

Tuturan berlangsung di rumah pada siang hari. Saat itu si istri sedang menuang teh ke dalam gelas sambil mengajak suaminya berbincang-bincang. Si istri menyinggung masalah lampu depan sepeda motor mereka yang sudah rusak. Si istri berharap suami akan memperbaiki lampu sepeda motor mereka karena lampu sepeda motor penting digunakan pada siang hari. Lalu suami menyela si istri karena merasa bahwa lampu


(38)

sepeda motor tidak penting digunakan pada siang hari. Si istri menyela suami lalu menjelaskan mengenai UU serta arti pentingnya menyalakan lampu pada siang hari.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Table 2

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak Tutur Menurut Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Pa, lampu

depan motor kita, rusak tuh. Harus segera diperbaiki.

Lampu kendaraan itukan penting kalau

berpergian di siang hari.

Memberitahu bahwa lampu depan motor mereka rusak dan harus segera

diperbaiki.

Meminta suaminya untuk

memperbaiki lampu depan motor mereka agar dapat digunakan

pada siang hari.

Suami menyela

istri dan tidak setuju dengan pendapat istri.


(39)

2. Loh,

nyalain lampu sepeda motor kok di siang hari? Gimana sih mama ini? Menanyakan mengapa menyalakan lampu di siang hari? Mengkritik pendapat istri dan merasa tidak setuju.. Istri menjelaskan kepada suami arti pentingnya menyalakan lampu sepeda motor di siang hari. Ekspresif

3. Ah, Papa, nyalain lampu sepeda motor di siang hari itu penting, agar keberadaan kita diketahui oleh pengguna jalan lain. Lagian nih kewajiban menyalakan lampu bagi Menyatakan bahwa menyalakan lampu sepeda motor di siang hari itu penting dan sudah diatur dalam UU.

Meminta agar suaminya menyalakan lampu sepeda motor pada siang hari.


(40)

pengendara sepeda motor di siang hari itu sudah diatur dalam pasal 107:2 UU no. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan pengguna jalan. Melanggar

aturan itu bisa didenda Rp 100.000,00 atau dipidana dengan kurungan paling lama 15 hari sebagaimana

tertuang dalam ketentuan denda.

4. Menyalak

an lampu bagi

Menyatakan bahwa

Menyarankan pengendara


(41)

pengendara sepeda motor di siang hari bukan hanya soal mematuhi

peraturan lalu lintas tapi juga dapat

mengurangi resiko terjadinya kecelakaan.

menyalakan lampu sepeda motor pada siang hari juga dapat mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.

sepeda motor agar

menyalakan lampu sepeda motornya

pada siang hari.

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu: Tindak Tutur Direktif = 3 kali

Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa permintaan dan saran.


(42)

7.1.2 Iklan Penghijauan

Suami : Agak merapat sampai pinggir jalan ini yah! Tukang : Baik Pa, baik Pa.

Suami : Pokoknya saya minta semua lahan di sini dimaksimalkan untuk bangunan rumah kami yang baru.

Istri : Loh Pa, jadi 300 meter persegi ini kita tutup dengan bangunan semua?

Suami : Iya, semua lahan ini kita manfaatkan buat bangunan.

Istri : Tapi paling ngak Pa, kita harus usahain loh buat taman, tanaman pohon, dan resapan air Pa.

Suami : Sayang, Ma, tanah di sinikan mahal.

Istri : Pa, kita itu butuh oksigen, cadangan air, rasa nyaman, dan asri. Itu lebih mahal harganya Pa.

Tukang : Betul tuh Pak.

Suami : Ah, kamu lagi, ya sudah ayo rombak lagi. Sisahkan 30% untuk taman dan lahan hijau.

Istri : Ini baru suamiku. Konteks :

Suami dan istri sedang memantau proses pembangunan rumah mereka. Suami menyuruh tukang untuk memaksimalkan pembangunan rumah mereka dengan bangunan rumah tanpa memperhitungkan adanya taman, pohon, serta resapan air. Karena tidak setuju lalu istri mengkritik suami dan memprotes pendapat suami.


(43)

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 3

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak Tutur Menurut Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Agak

merapat sampai pinggir jalan ini yah!

Mengatakan kepada tukang agar bangunannya dibuat agak merapat sampai pinggir jalan. Menyuruh tukang agar membangun rumahnya merapat sampai ke pinggir jalan.

Tukang mengikuti

perkataan si suami.

Direktif

2. Baik Pa,

baik Pa. Mengatakan baik kepada suami. Mematuhi perkataan si suami. Menambahkan pernyataannya. Ekspresif 3. Pokoknya

saya minta semua lahan di sini

Meminta semua lahan dimaksimalk Menyuruh tukang untuk memaksimalkan

Istri menyelak pernyataan si suami.


(44)

dimaksimalkan untuk bangunan rumah kami yang baru. an untuk bangunan rumah. pembangunan rumah mereka.

4. Loh Pa,

jadi 300 meter persegi ini kita tutup dengan bangunan semua? Menanyakan apakah lahan mereka akan ditutup dengan bangunan semua. Meminta suaminya untuk mempertimbang kan pernyataannya karena dia merasa tidak setuju dengan pendapat suaminya. Suami tetap mempertahan kan pernyataannya . Ekspresif

5. Iya, semua lahan ini kita manfaatkan buat bangunan. Menyatakan bahwa semua lahan mereka manfaatkan untuk bangunan. Meminta istrinya agar setuju dengan pendapatnya. Istri tidak setuju. Direktif


(45)

6. Tapi

paling ngak Pa, kita harus usahain loh buat taman, tanaman pohon, dan resapan air Pa. Menyatakan bahwa mereka harus membuat taman, tanaman pohon, dan resapan air.

Meminta suami agar membuat taman, tanaman pohon, dan resapan air. Merasa tidak setuju dengan pendapat istrinya. Direktif 7. Sayang,

Ma, tanah di sinikan mahal.

Menyatakan bahwa tanah di sini mahal.

Meminta agar

istrinya setuju dengan pendapatnya. Istri tetap tidak setuju lalu memberi penjelasan kepada suaminya. Direktif

8. Pa, kita itu butuh oksigen, cadangan air, rasa nyaman, dan asri. Itu lebih mahal harganya Pa. Menyatakan bahwa mereka butuh oksigen, cadangan air, rasa nyaman, dan asri. Itu juga

Meminta agar

suaminya membuat taman, tanaman pohon, dan resapan air. Si tukang setuju dengan pendapat si istri. Direktif


(46)

harganya lebih mahal.

9. Betul tuh

Pak.

Menyatakan bahwa

pendapat si istri itu benar.

Menyetujui pendapat si istri.

Menyela tukang.

Ekspresif

10. Ah, kamu

lagi, ya sudah ayo rombak lagi. Sisahkan 30% untuk taman dan lahan hijau.

Menyuruh tukang untuk merombak

lagi dan menyisahkan 30% untuk taman dan lahan hijau.

Menyetujui pendapat si istri.

- Ekspresif

11. Ini baru

suamiku.

Mengatakan bahwa itu adalah

suaminya.

Memuji suaminya.


(47)

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu: Tindak Tutur Direktif = 6 kali

Tindak Tutur Ekspresif = 5 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa perintah dan saran.

4.1.3 Iklan Pembiasaan Diri untuk Tidur dengan Waktu yang Cukup Perempuan : Gitu, ya ampun..

Laki-laki : Yang, udah malam nih, tidur dong. Perempuan : Ah, belum ngantuk yang.

Laki-laki : Kamu tau gak kalau..

Perempuan : Kalau kurang tidur itu gak baik buat kesehatan.

Audio : Sobat Delta, orang yang tidurnya sedikit biasanya lebih rentan mengalami obesitas. Apabila kita mengalami obesitas, akan banyak penyakit yang bersarang di tubuh kita. Biasakan tidur cukup setiap hari. Ayo, hidup sehat dari sekarang!

Konteks:

Perempuan dan laki-laki tersebut adalah sepasang kekasih. Tuturan terjadi pada malam hari menjelang waktu tidur. Mereka berbicara lewat telepon. Saat itu laki-laki tersebut memotong pembicaraan si perempuan dan menyuruhnya untuk segera tidur karena sudah malam. Saat laki-laki tersebut menasihatinya, lalu perempuan tersebut memotong pembicaraan si laki-laki.


(48)

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 4

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak

Tutur Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Gitu, ya

ampun.. Melanjutkan pembicaraan. Meminta si laki-laki mendengarkan ceritanya. Memotong pembicaraan si perempuan. Direktif

2. Yang, udah malam nih, tidur dong. Menyatakan bahwa sudah malam dan menyuruh tidur.

Menyuruh agar si perempuan tidur Si perempuan menyela dan tidak menuruti perkataan si laki-laki. Direktif

3. Ah, belum

ngantuk yang.

Menyatakan bahwa dirinya belum

Meminta agar si laki-laki tetap mau berbicara

Mencoba menasihati si


(49)

mengantuk. dengannya. perempuan.

4. Kamu tau

gak kalau. Menanyakan apakah kekasihnya tahu. Mencoba menasihati si perempuan. Memotong pembicaraan si laki-laki. Ekspresif 5. Kalau

kurang tidur itu gak baik buat kesehatan.

Menyatakan bahwa kurang tidur itu tidak baik bagi kesehatan.

Meminta si perempuan agar segera tidur.

- Direktif

6. Sobat Delta, orang yang tidurnya sedikit biasanya lebih rentan mengalami obesitas. Apabila kita mengalami obesitas, akan banyak penyakit yang bersarang di tubuh kita. Biasakan tidur cukup setiap hari.

1.Menyatakan bahwa orang yang kurang tidur lebih rentan mengalami obesitas dan penyakit lain. 2. Mengajak untuk hidup sehat. Menyarankan agar masyarakat tidur cukup setiap hari serta mengajak untuk membiasakan diri dengan hidup sehat.


(50)

Ayo hidup sehat dari sekarang.

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu: Tindak Tutur Direktif = 5 kali

Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa permintaan, saran dan perintah.

4.1.4 Iklan Pembiasaan Diri untuk Berjalan Kaki

Perempuan : Gak ada yang celana jeans kamu. Duh, cari di mana lagi ya?

Laki-laki : Coba di mall seberang aja yoyang..

Perempuan : Boleh, kita jalan kaki aja yo!

Laki-laki : Hah? Jalan kaki? Yakin kamu mau jalan kaki?

Audio : Kebiasaan jalan kaki sudah lazim kita dengar di beberapa negara maju, seperti Jepang, Korea, Inggris, bahkan Amerika. Kalau di Indonesia sendiri, jalan kaki masih belum menjadi kebiasaan banyak orang. Padahal jalan kaki memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, seperti mencegah serangan jantung, struk, menurunkan berat badan, mencegah kencing manis, mencegah osteoporosis, dan masih banyak lagi. Ayo, biasakan hidup sehat dari sekarang .


(51)

Konteks:

Perempuan dan laki-laki tersebut sedang berada di suatu pusat perbelanjaan. Mereka ingin mencari celana jeans untuk si laki-laki. Namun mereka tidak menemukannya.

Lalu si perempuan mengajak si laki-laki untuk mencarinya di salah satu pusat perbelanjaan yang berada di seberang tempat mereka berada. Karena merasa dekat, maka si perempuan mengajak si laki-laki pergi ke sana dengan berjalan kaki. Karena merasa tidak biasa, lalu si laki-laki merasa heran dengan ajakan si perempuan.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 5

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak

Tutur Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Gak ada

yang celana

jeans kamu.

Duh, cari di mana lagi ya?

1.Menyatakan bahwa

celana jeans yang mereka cari tidak ada.

2.Bertanya

Memberitahu bahwa celana yang mereka cari tidak ada.

Mengajak si perempuan

mencari ke

mall seberang.

Representat if


(52)

mereka harus mencari kemana.

2. Coba di

mall seberang aja

yoyang.. Mengajak untuk ke mall seberang. Mengajak si perempuan untuk ikut dengannya mencari ke mall seberang. Si perempuan mengikuti saran si laki-laki.

Direktif

3. Boleh, kita jalan kaki aja yo! Menyetujui dan mengajak jalan kaki. Mengajak si laki-laki untuk berjalan kaki. Heran dan menyanggah pernyataan si perempuan. Direktif 4. Hah? Jalan kaki? Yakin kamu mau jalan kaki?

Bertanya

kepada si perempuan.

Merasa tidak setuju dan meminta si perempuan mempertimban gkan pernyataannya.

- Ekspresif


(53)

n jalan kaki sudah lazim kita

dengar di beberapa negara maju, seperti Jepang, Korea, Inggris, bahkan Amerika. Kalau di Indonesia sendiri, jalan kaki masih belum menjadi kebiasaan banyak orang. Padahal jalan kaki memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, seperti mencegah serangan jantung, struk, menurunkan bahwa kebiasaan berjalan kaki sudah lazim di negara-negara maju tetapi di Indonesia belum. 2.Menyatakan bahwa berjalan kaki dapat mencegah banyak penyakit. 3.Mengajak kita untuk hidup sehat dari sekarang. masyarakat untuk membiasakan diri berjalan kaki agar terhindar dari berbagai penyakit.


(54)

berat badan, mencegah

kencing manis, mencegah

osteoporosis, dan masih banyak lagi. Ayo, biasakan hidup sehat dari sekarang!

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu: Tindak Tutur Representatif = 1 kali

Tindak Tutur Direktif = 3 kali Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa ajakan.

4.1.5 Iklan Penghematan Tisue

Perempuan : Yah, yah tumpah, mau tisue-nya dong!

Lali-laki : Eh, banyak banget tisue-nya, pake lap aja dong! Perempuan : Ih, kenapa sih?

Audio : Sobat Delta, menghemat sehelai tisue dapat menyelamatkan bumi,


(55)

konsumsi tisue yang besar berakibat akan semakin banyak pohon dan

hutan yang ditebangi. Wah, bisa gundul bumi kita. Yuk, mulai gaya hidup hijau dari sekarang!

Konteks:

Si perempuan dan si laki-laki sedang berada di rumah makan. Saat mereka makan, tiba-tiba makanan si perempuan tumpah. Karena merasa kotor, jadi si perempuan meminta tisue kepada pelayan di tempat itu. Si laki-laki memprotes si perempuan

karena dia menggunakan tisue terlalu banyak.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 6

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak

Tutur Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1.Yah, yah

tumpah, mau

tisue-nya dong!

Menyatakan bahwa makanannya

tumpah dan meminta tisue.

Meminta pelayan

memberikan dia

tisue.

Memberikan

tisue yang

dia minta.


(56)

2.Eh, banyak banget tisue

-nya, pake lap aja dong!

Menyatakan bahwa tisue yang

digunakan si perempuan terlalu banyak dan dia menyuruh si perempuan menggunakan kain lap. Melarang si perempuan menggunakan tisue terlalu banyak dan menyarankannya agar menggunakan kain lap saja.

Si perempuan heran dan bertanya. Deklaratif 3. Ih, kenapa sih? Menanyakan kenapa. Mengkritik pernyataan si laki-laki.

- Ekspresif

4. Sobat

Delta, menghemat sehelai tisue

dapat menyelamatkan bumi, karena tisue adalah kertas yang berasal dari 1. Menyataka n bahwa menghemat

sehelai tisue

dapat

menyelamatkan bumi karena akan mengurangi penebangan pohon.

Mengajak kita untuk

menghemat penggunaan

tisue karena itu

salah satu dari gaya hidup hijau.


(57)

pohon.

Meningkatnya konsumsi tisue

yang besar berakibat akan semakin banyak pohon dan hutan yang ditebangi. Wah, bisa gundul bumi kita. Yuk, mulai gaya hidup hijau dari sekarang!

2.Mengajak untuk memulai gaya hidup hijau dari sekarang.

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu: Tindak Tutur Direktif = 2 kali

Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali Tindak Tutur Deklaratif = 1 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa permintaan dan ajakan.


(58)

4.1.6 Iklan Pencegahan Banjir

Laki-laki : Wah, sudah mau musim penghujan ya ternyata. Harus membeli dan mempersiapkan perahu karet nih.

Perempuan : Hah? Perahu karet? Untuk apaan Pa?

Lali-laki : Lah, jadi kalau nanti banjir besar datang di lingkungan kita, mama gak perlu repot-repot lagi nyari pertolongan Ma.

Perempuan : Serius?

Audio : Daripada repot mempersiapkan perahu karet untuk menyambut datangnya banjir, lebih baik mulai sekarang membiasakan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan. Apalagi membuang sampah ke saluran pembuangan air. Dengan tidak membuang sampah sembarangan resiko terjadinya banjir besar pasti akan dapat diminimalisir. Selain itu dengan tidak membuang sampah sembarangan resiko terjadinya penyakit, seperti malaria, demam berdarah, serta berbagai jenis penyakit kulit dapat ditekan sekecil mungkin.

Laki-laki : Oh, jadi lebih baik untuk tidak membuang sampah sembarangan ya? Perempuan : Pastinya. Cara yang lebih efisien tapi jelas jauh lebih efektif.

Konteks:

Si laki-laki dan si perempuan adalah sepasang suami-istri. Mereka sedang berbincang-bincang. Tiba-tiba si laki-laki sedang teringat akan musim penghujan yang waktunya sudah mulai dekat. Lalu dia mengingatkan istrinya bahwa mereka


(59)

akan segera membuat perahu karet. Di akhir pembicaraan akhirnya si laki-laki sadar bahwa cara yang tepat untuk menghadapi banjir bukan dengan membuat perahu karet tetapi dengan mencegah banjir terjadi. Cara yang dapat dotempuh yaitu dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 7

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak

Tutur Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Wah, sudah

mau musim penghujan ya ternyata. Harus membeli dan mempersiapkan perahu karet nih!

Menyatakan bahwa musim penghujan

sudah dekat dan harus membeli serta

mempersiapkan perahu karet.

Menyarankan

agar si perempuan

juga membuat perahu karet.

Heran dan bertanya

kepada si laki-laki.

Direktif

2. Hah? Perahu karet? Untuk

Menanyakan kegunanaan

Heran dan ingin

Menjelaska n alasan


(60)

apaan Pa? perahu karet. menyelak pernyataan si laki-laki. mengapa si laki-laki menyatakan demikian. 3. Lah, jadi kalau

nanti banjir besar datang di lingkungan kita, mama gak perlu repot-repot lagi nyari pertolongan Ma. Mengatakan apa kegunaan perahu karet saat datang hujan. Memberitahu kegunaan perahu karet saat musim penghujan. Meyakinkan pernyataan si laki-laki. Representatif

4. Serius? Menyatakan serius.

Menegaskan apakah si laki-laki yakin dengan

pernyataannya.

- Ekspresif

5. Daripada repot mempersiapkan perahu karet untuk menyambut Menyatakan bahwa kita lebih baik membiasakan

diri untuk tidak

Menyarankan kita untuk tidak membuang sampah Si laki-laki sadar akan hal yang lebih baik dilakukan. Direktif


(61)

datangnya

banjir, lebih baik mulai sekarang

membiasakan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan. Apalagi membuang

sampah ke saluran

pembuangan air. Dengan tidak membuang

sampah sembarangan resiko

terjadinya banjir besar pasti akan dapat

membuang sampah sembarangan daripada

mempersiapkan perahu karet. Selain

mencegah

banjir, hal itu dapat mencegah berbagai

penyakit.

sembarangan karena hal itu dapat

meminimalisir terjadinya

banjir dan berbagai


(62)

diminimalisir,

selain itu dengan tidak membuang

sampah sembarangan resiko

terjadinya penyakit, seperti malaria, demam berdarah, serta berbagai jenis penyakit kulit dapat ditekan sekecil

mungkin.

6. Oh, jadi lebih baik untuk tidak membuang sampah sembarangan ya?

Menanyakan

apakah lebih baik untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Memutuskan bahwa dirinya ternyata lebih baik untuk tidak

membuang

Menyetujui pendapat si laki-laki.


(63)

sampah sembarangan daripada membuat perahu karet. 7. Pastinya. Cara

yang lebih efisien tapi jelas jauh lebih efektif.

Menyatakan

bahwa itu merupakan cara yang lebih efisien dan efektif.

Menyatakan persetujuan terhadap

pernyataan si laki-laki.

- Ekspresif

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu: Tindak Tutur Representatif = 1 kali

Tindak Tutur Direktif = 2 kali Tindak Tutur Ekspresif = 3 kali Tindak Tutur Deklaratif = 1 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur ekspresif berupa kritikan, penegasan, dan persetujuan.


(64)

4.1.7Iklan Pendidikan untuk Kaum Perempuan

Bapak : Sudahlah, cukup pendidikanmu itu sampai SMA saja. Sudah cocok kamu menikah. Biar abang-abangmu saja yang kuliah.

Anak : Tapi Pa, Rianti mau lanjut ke kuliah. Rianti mau jadi dokter.

Ibu : Sudahlah Ran, turuti saja perkataan ayahmu. Lagian si Juna itu keturunan keluarga berada, hidupmu pasti lebih bahagia.

Anak : Tapi Bu..

Ayah : Ah, sudah. Pokoknya begitu tamat SMA, bapak mau kamu menikah dengan Juna. Setinggi apa pun pendidikan perempuan. Toh jatuhnya ke dapur juga. Gak perlulah kamu ngabisin waktu dan uang kamu untuk kuliah.

Audio : Udah bukan zamannya lagi pendidikan untuk kaum perempuan dibatasi. Seperti kaum pria, perempuan berhak memperoleh pendidikan setinggi yang bisa ia capai. Perempuan adalah salah satu tonggak pemikiran pembangun bangsa. Sudah sepantasnya Kartini-kartini baru Indonesia dibentuk dengan dasar pendidikan yang kuat. Pendidikan merata untuk kaum perempuan, demi bangsa Indonesia yang lebih baik.

Konteks:

Ayah, Ibu, dan anaknya sedang makan bersama. Sambil makan mereka berbincang-bincang mengenai anaknya yang akan lulus SMA. Si ayah menyarankan agar setelah tamat SMA si anak lansung menikah dengan lelaki yang dipilih ayahnya. Begitu juga


(65)

dengan si ibu, dia menyetujui pendapat suaminya. Sedangkan si anak tidak setuju karena dia ingin melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah dan berharap kelak akan menjadi seorang dokter.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 8

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak

Tutur Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Sudahlah, cukup pendidikanmu itu sampai SMA saja. Sudah cocok kamu menikah. Biar abang-abangmu saja yang kuliah.

Menyatakan bahwa pendidikan anaknya cukup sampai SMA saja dan anaknya

sudah cocok untuk

menikah.

Tidak setuju dengan

keinginan

anaknya dan menyarankan agar anaknya menikah saja.

Tidak setuju dan

menyelak pendapat ayahnya.

Ekspresif dan Deklaratif


(66)

mau lanjut ke kuliah. Rianti mau jadi dokter. bahwa dirinya ingin lanjut kuliah dan ingin menjadi dokter. pendapat ayahnya agar dia diberi izin untuk melanjutkan kuliah. menyelak anaknya dan setuju dengan pendapat suaminya. 3. Sudahlah Ran,

turuti saja perkataan

ayahmu. Lagian si Juna itu keturunan keluarga berada, hidupmu pasti lebih bahagia. Menyatakan bahwa anaknya sebaiknya menuruti perkataan suaminya untuk menikah dengan Juna. Meminta anaknya untuk menikah saja dengan si Juna. Memotong pembicaraan ibunya. Direktif

4. Tapi Bu… Memotong

pembicaraan ibunya. Mencoba meyakinkan ibunya. Si ayah memotong pembicaraan anaknya dan tetap tidak setuju. Ekpresif


(67)

5.Ah, sudah. Pokoknya begitu tamat SMA, bapak mau kamu menikah dengan Juna. Setinggi apa pun pendidikan perempuan. Toh jatuhnya ke dapur juga. Gak perlulah kamu ngabisin waktu dan uang kamu untuk kuliah. Menyatakan bahwa begitu tamat SMA, ayahnya ingin agar anaknya menikah dengan Juna dan tidak perlu menghabiskan uang dan waktu untuk kuliah. Menegaskan kepada anaknya bahwa ayahnya tidak setuju anaknya kuliah dan meminta anaknya menuruti permintaan ayahnya agar dia segera menikah.

- Direktif

6. Udah bukan

zamannya lagi pendidikan untuk kaum perempuan dibatasi. Seperti kaum pria, perempuan berhak memperoleh Menyatakan bahwa sudah bukan zamannya lagi pendidikan untuk kaum perempuan dibatasi Menyarankan kepada masyarakat agar tidak membatasi pendidikan untuk kaum perempuan


(68)

pendidikan

setinggi yang bisa

ia capai. Perempuan adalah

salah satu tonggak pemikiran

pembangun

bangsa. Sudah sepantasnya

Kartini-kartini

baru Indonesia dibentuk dengan dasar pendidikan yang kuat. Pendidikan

merata untuk kaum perempuan, demi bangsa Indonesia yang lebih baik.

karena perempuan juga berhak mendapat

pendidikan yang tinggi.

demi kemajuan bangsa ke arah yang lebih baik.


(69)

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu: Tindak Tutur Direktif = 2 kali

Tindak Tutur Ekspresif = 3 kali Tindak Tutur Deklaratif = 2 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur ekspresif berupa kritikan dan rasa tidak setuju..

4.1.8 Iklan Perilaku Berkendara

Laki-laki : Hei, hallo bro, apa kabar bro? lagi di mana ni?

Perempuan : Yang, udah dimatiin dulu, lagi nyetir, gak boleh nelpon tau. Laki-laki : Bentar yah sayang yah.

Hei, trus, trus gimana? Sibuk apa sekarang bro?

Perempuan : Duh, kamu dibilangi bandel banget sih. Nanti ditilang polisi baru tau rasa loh.

(terdengar seperti suara mobil polisi)

Tuh, kan selesai. Yah, bakalan ditilang deh. Polisi : Selamat siang Pak.

Laki-laki : Eh.. (sambil gugup) yah siang juga Pak. Salah saya apa yah? Polisi : Bapak tadi menelepon sambil nyetir. Itu bahaya Pak.

Laki-laki : Tapi tadi teleponnya penting Pak.

Polisi : Tetap saja berbahaya. Itu cara berkendara yang tidak bertanggung jawab.


(70)

Audio : Perilaku berkendara, cermin kepribadian Anda.

Konteks:

Tuturan terjadi pada pagi hari di dalam mobil. Tiba-tiba telepon si laki-laki berdering. Lalu si laki-laki mengangkat teleponnya sambil menyetir. Karena merasa berbahaya si perempuan menegur si laki-laki dan menyuruhnya untuk mematikan telepon saat sedang menyetir. Tapi si laki-laki menghiraukan si perempuan dan tetap berbincang-bincang dengan temannya lewat telepon. Selang beberapa waktu suara mobil polisi terdengar lalu mengampiri mobil mereka. Pak polisi menghampiri si laki-laki lalu menilang mobil mereka.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 9

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak Tutur Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Hei, hallo

bro, apa

kabar bro?

lagi di mana ni?

Mengucapkan

hallo, apa kabar, serta bertanya lagi di mana.

Menyapa serta ingin

mengetahui di mana

keberadaan

Menyelak perbuatan si laki-laki.


(71)

temannya. 2. Yang, udah

dimatiin dulu, lagi nyetir, gak boleh nelpon tau. Menyuruh teleponnya dimatikan karena sedang menyetir.

Merasa tidak suka dengan perbuatan si laki-laki. Mencoba membuat si perempuan sabar dan tidak melarangnya. Ekspresif

3. Bentar yah sayang yah. Hei, trus, trus gimana? Sibuk apa sekarang bro? Menyuruh wanita menunggu lalu melanjutkan pembicaraan dengan temannya. Menyuruh si perempuan untuk berhenti menasihati serta membiarkan dirinya berbicara dengan temannya lewat telepon. Tetap marah dan tidak suka terhadap perbuatan si laki-laki. Direktif

4. Duh, kamu dibilangi bandel banget sih. Nanti ditilang polisi Memberitahu efek perbuatan si laki-laki.

Menasihati si laki-laki agar menghentikan perbuatannya.


(72)

baru tau rasa loh. Tuh, kan selesai. Yah, bakalan ditilang deh. 5. Selamat siang Pak. Menyapa si laki-laki. Menegur si laki-laki. Membalas sapaan polisi. Ekspresif

6. Eh.. (sambil gugup) yah siang juga Pak. Salah saya apa yah?

Membalas

sapaan polisi sambil

menanyakan kesalahannya.

Berpura-pura tidak mengetahui kesalahan dirinya. Memberitahu kesalahan si laki-laki. Ekspresif

7. Bapak tadi menelepon sambil nyetir. Itu bahaya Pak Memberitahu kesalahan si laki-laki. Memberi penjelasan agar si laki-laki mengetahui kesalahannya. Mencoba mencari alasan. Representatif

8. Tapi tadi teleponnya penting Pak. Mengatakan bahwa telepon yang diangkatnya Mencoba memberi alasan yang tepat kepada Tetap menyalahkan si laki-laki. Representatif


(73)

tadi itu penting.

polisi.

9. Tetap saja berbahaya. Itu cara berkendara yang tidak bertanggung jawab. Mengatakan bahwa yang dilakukakan si laki-laki tetap saja berbahaya dan tidak bertanggung jawab. Menyalahkan tindakan si

laki-laki serta menasihatinya. Mencoba memberi alasan. Ekspresif

10. Tapi Pak.. Memotong pembicaraan polisi.

Mencoba membenarkan diri.

- Ekspresif

11. Perilaku berkendara, cermin kepribadian Anda. Mengatakan bahwa perilaku berkendara merupakan cermin kepribadiaan Anda. Menyarankan agar masyarakat menunjukkan kepedulian terhadap perilaku berkendara yang baik.


(74)

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu: Tindak Tutur Representatif = 2 kali

Tindak Tutur Direktif = 2 kali Tindak Tutur Ekspresif = 7 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur ekspresif berupa sapaan, kritikan, nasihat, teguran dan pembelaan diri.

4.1.9Iklan Pemeriksaan Gigi Dera : Loh, kenapa Nan? Sakit?

Nan : Iya Dera, gigiku lagi berlubang dan lagi kumat sakitnya.

Dera : Wah, harus buruan ke dokter gigi tu. Sakit gigi bisa berkaitan juga loh dengan kesehatan jantung, pembuluh darah, dan menyebabkan struk juga. Nan : Hah? Kok bisa?

Audio : Jangan remehkan berbagai bentuk radang yang terjadi pada gigi maupun gusi Anda. Radang yang terjadi pada jaringan pendukung gigi dapat menimbulkan penyumbatan pembuluh darah yang berpengaruh ke kesehatan jantung. Untuk itu jaga kesehatan rongga mulut dengan menyikat gigi minimal dua kali sehari serta konsultasi dengan dokter gigi setiap enam bulan sekali.

Konteks:

Tuturan terjadi di kantor pada pagi hari. Saat itu Nan baru saja sampai si kantor sambil mengeluhkan kondisi giginya yang sedang sakit. Lalu Dera menanyakan


(75)

kondisi Nan dan mencoba menyarankan Nan untuk memeriksakan kondisi giginya ke dokter gigi.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 10

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak

Tutur Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Loh, kenapa Nan? Sakit? Bertanya apakah Nan sakit? Menanyakan keadaan Nan. Menjawab pertanyaan Dera. Ekspresif

2. Iya Dera,

gigiku lagi berlubang dan lagi kumat sakitnya. Mengatakan bahwa giginya sedang berlubang dan sakit. Memberitahu kondisinya kepada Dera. Turut prihatin dan memberi saran. Representatif

3. Wah, harus

buruan ke dokter gigi tu. Sakit

Memberitahu penyebab sakit gigi Menyarankan agar Nan segera Merasa heran. Direktif


(76)

gigi bisa berkaitan juga loh dengan kesehatan jantung, pembuluh darah, dan menyebabkan struk juga. terhadap kesehatan bagian tubuh yang lain. memeriksakan kondisi kesehatan giginya ke dokter gigi.

4. Hah? Kok

bisa? Bertanya dan merasa heran. Berusaha meyakinkan diri terhadap pernyataan Dera.

- Ekspresif

5. Jangan remehkan

berbagai bentuk radang yang terjadi pada gigi maupun gusi Anda. Radang yang terjadi Memberitahu masyarakat agar jangan meremehkan berbagai bentuk radang yang terjadi pada Menyarankan masyarakat agar menjaga kondisi kesehatan rongga mulut dan gigi dengan cara


(77)

pada jaringan pendukung gigi dapat

menimbulkan penyumbatan pembuluh darah yang

berpengaruh ke kesehatan

jantung. Untuk

itu jaga kesehatan

rongga mulut dengan

menyikat gigi minimal dua kali sehari serta konsultasi

dengan dokter gigi setiap enam bulan sekali.

gigi maupun gusi.

menyikat gigi dua kali sehari serta

konsultasi minimal sekali dalam enam bulan.


(78)

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu: Tindak Tutur Representatif = 1 kali

Tindak Tutur Direktif = 2 kali Tindak Tutur Ekspresif = 2 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa saran dan tindak tutur ekspresif berupa pertanyaan.

4.1.10 Iklan Kebiasaan Berolahraga

Roni : Eh, Ja ini data-datanya, ada di flashdisk yah!

Ja : Oke makasi Ron.

Roni : Oke.

Ja : Ron, laporan bulan lalu udah selesai belum? Roni : Kiri, kiri, kanan.

Ja : Jadwal meeting kemarin mana?

Roni : Kiri, kanan, kiri.

Ja : Woi, Roni. Ditanya malah geleng-geleng kepala. Jawab dong!

Roni : Oh, siapa yang geleng-geleng? Ini namanya olah raga leher. Untuk merenggangkan otot-otot leher biar gak nyeri.

Audio : Olah raga bisa Anda lakukan kapan saja dan di mana saja, termasuk di tempat Anda bekerja. Ayo, biasakan hidup sehat dari sekarang! Ja dan Roni : Kiri, kiri, kanan, kanan..


(79)

Konteks:

Tuturan terjadi pada pagi hari di kantor tempat mereka bekerja. Ja dan Roni merupakan karyawan di kantor itu. Saat itu Roni memberikan flashdisk kepada Ja

sambil menggeleng-gelengkan kepala. Begitu juga halnya saat Ja bertanya kepada Roni, Roni tetap menggeleng-gelengkan kepala. Karena pertanyaan Ja tidak dijawab oleh Roni, maka Ja mempertegas pertanyaannya dan mengkritik Roni karena dia hanya menggeleng-gelengkan kepala. Ternyata Roni pada saat itu sedang bekerja sambil berolah raga untuk merenggangkan otot-otot leher. Setelah Ja mengetahui manfaat olah raga leher, akhirnya dia pun ikut melakukan hal yang sama yaitu menggeleng-gelengkan kepala sambil bekerja di kantor.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 11

Tuturan

Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak Tutur Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1.Eh, Ja ini data-datanya,

ada di

flashdisk yah!

Mengatakan bahwa yang diberikan itu adalah

flashdisk.

Memberitahu bahwa data-data yang

dibutuhkan Ja ada di flashdisk

Mengucapkan terima kasih.


(80)

yang

diberikannya. 2.Oke makasi

Ron

Mengucapkan terima kasih.

Mengucapkan terima kasih.

Membalas pernyataan Ja.

Ekspresif

3.Oke. Mengatakan

oke.

Mematuhi pernyataan Ja.

Merasa heran. Ekspresif

4.Ron, laporan bulan lalu udah selesai belum? Menanyakan apakah laporan bulan lalu sudah selesai. Ingin mengetahui apakah Roni telah selesai mengerjakan laporan bulan lalu. Tidak menjawab pertanyaan Ja. Ekspresif

5.Kiri, kiri, kanan Mengatakan kiri, kiri, kanan. Menghiraukan pertanyaan Ja. Ja kembali bertanya. Ekspresif 6.Jadwal meeting kemarin mana? Menanyakan mana jadwal meeting kemarin. Merasa kesal dan ingin mengetahui di mana Roni membuat

jadwal meeting

Tidak menjawab pertanyaan Ja.


(1)

10. Olah raga bisa Anda lakukan

kapan saja dan di mana saja, termasuk di tempat Anda bekerja. Ayo, biasakan hidup sehat dari sekarang! Menyatakan bahwa olah raga bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja serta

mengajak hidup sehat dari sekarang. Mengajak masyarakat untuk membiasakan diri dengan hidup sehat. Salah satunya dengan melakukan olah raga leher di tempat kita bekerja.

- Direktif

11. Kiri, kiri, kanan, kanan.. Menyatakan kiri, kiri, kanan, kanan. Mengikuti saran yang disampaikan oleh Roni.

- Ekspresif

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu: Tindak Tutur Representatif = 2 kali

Tindak Tutur Direktif = 2 kali Tindak Tutur Ekspresif = 7 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa rasa ingin tahu, rasa kesal, ucapan terima kasih, pengabaian, dan pematuhan.


(2)

4.2 Tindak Tutur Dominan yang Terdapat di Radio 105.8 Delta FM Medan

No Judul Iklan Jumlah Tindak Tutur

Representatif Direktif Ekspresif Komisif Deklaratif 1

Penyalaan Lampu di Siang Hari

- 3 1 - -

2 Penghijauan - 6 5 - -

3

Pembiasaan Diri untuk Tidur dengan Waktu yang Cukup

- 5 1 - -

4

Pembiasaan Diri untuk Berjalan Kaki

1 3 1 - -

5 Penghematan

Tisue - 2 1 - 1

6 Pencegahan

Banjir 1 2 3 - 1

7

Pendidikan untuk Kaum Perempuan

- 2 3 - 2

8 Perilaku

Berkendara 2 2 7 - -

9 Pemeriksaan

Gigi 1 2 2 - -

10 Kebiasaan

Berolahraga 2 2 7 - -

Jumlah 7 15 24 - 4

Dari tabel di atas terlihat bahwa tindak tutur yang dominan digunakan di Radio 105.8 Delta FM Medan adalah tindak tutur ekspresif berupa memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, menghiraukan, bertanya, menasihati dan menyelak. Sedangkan tindak tutur komisif tidak ada ditemukan.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan penulis, maka dapat diambil simpulan: 1. Radio 105.8 Delta FM Medan merupakan radio yang memiliki kelebihan

dibandingkan dengan radio swasta lain yang terdapat di kota Medan. Kelebihan itu berupa penyampaian iklan yang dominan kepada iklan layanan masyarakat.

2. Jenis tindak tutur yang terdapat di Radio 105.8 Delta FM Medan dapat dilihat dalam table berikut:

No Judul Iklan

Jenis Tindak Tutur menurut Austin

Jenis Tindak Tutur Menurut Searle 1. Penyalaan Lampu di Siang

Hari

Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi

Representatif,

Direktif, dan Ekspresif

2. Penghijauan Lokusi, Ilokusi,

dan Perlokusi

Direktif dan Ekspresif

3. Pembiasaan Diri untuk Tidur dengan Waktu yang Cukup

Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi

Direktif dan Ekspresif

4. Pembiasaan Diri untuk Berjalan Kaki

Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi

Representatif, Direktif, dan Ekspresif


(4)

5. Penghematan Tisue Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi

Direktif, Ekspresif, dan Deklaratif 6. Pencegahan Banjir Lokusi, Ilokusi,

dan Perlokusi

Representatif, Direktif, Ekspresif, dan Deklaratif 7. Pendidikan untuk Kaum

Perempuan

Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi

Direktif, Ekspresif, dan Deklaratif 8. Perilaku Berkendara Lokusi, Ilokusi,

dan Perlokusi

Representatif,

Direktif, dan Ekspresif

9. Pemeriksaan Gigi Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi

Representatif,

Direktif, dan Ekspresif

10. Kebiasaan Berolahraga Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi

Representatif,

Direktif, dan Ekspresif

3. Tindak tutur dominan yang terdapat dalam Radio 105.8 Delta FM Medan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Searle yaitu tindak tutur ekspresif berupa ucapan terima kasih, kritikan dan nasihat.


(5)

5.2Saran

Penulis berharap kepada peneliti-peneliti mengenai tindak tutur selanjutnya dapat lebih memaksimalkan penelitian yang dilakukan serta dapat mencari objek penelitian yang lebih bervariasi. Hal ini juga dapat dijadikan untuk membandingkan tindak tutur antara objek yang satu dengan yang lain serta menambah pemahaman peneliti serta pembaca untuk lebih memahami maksud lawan tutur. Selain itu hal ini juga dapat membantu pemahaman penulis serta pembaca untuk mengetahui bagaimana cara bertutur yang baik agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

Penulis juga berharap agar penyusun atau penulis iklan di radio berusaha menggunakan kata-kata yang bervariasi serta lebih menarik perhatian pendengar khususnya pendengar remaja karena pendengar radio lebih dominan adalah kaum remaja. Selain itu, untuk penyajian pesan dalam iklan layanan masyarakat di radio, terkhusus Radio 105.8 Delta FM Medan, penulis berharap agar tindak tutur yang digunakan tidak hanya terpaku pada tindak tutur ekspresif berupa ucapan terima kasih, kritikan dan nasihat saja, tetapi juga tindak tutur yang lain agar penyajian kata-kata lebih bervariasi serta lebih dominan kepada tuturan yang sering terjadi dalam kehidupan di masyarakat. Selain itu diharapkan juga agar masyarakat tidak hanya bertindak sebagai pendengar iklan layanan masyarakat saja tetapi juga sebagai pelaku.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Agustrijanto. 2002. Copywriting: Seni mengasah Kreativitas dan Memahami Bahasa Iklan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 1995. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Munthe, Moeryanto Ginting. 1995. Media Komunikasi Radio. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia.

Moleong, Lexi J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1989. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik. Jakarta: Erlangga.

Siregar, Asrul. 2012. ”Pragmatik dalam Linguistik”. Diktat. Fakultas Sastra USU . Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana

University Press.

Suhandang, Kustadi. 2010. Periklanan. Bandung: Nuansa.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Des

2012 pukul 14.46 WIB)