masyarakat. Tujuan penerapan otonomi daerah pada prinsipnya adalah untuk memberdayakan peran serta pemerintah dan masyarakat di daerah dalam
pembangunan wilayah. Diterangkan oleh Masdiasmo 2002 bahwa tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik
publik service dan memajukan perekonomian daerah.
2.1.2. Kemampuan Keuangan Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 sudah tentu berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Devas
et.al, 1989 : 279 menjelaskan bahwa tujuan utama pengelolaan keuangan pemerintahan daerah adalah sebagai berikut :
1. Pertanggungjawaban Accountability. Pemerintah daerah harus
mempertanggungjawabkan tugas keuangan kepada lembaga atau orang yang berkepentingan. Unsur tanggung jawab ini adalah meliputi keabsahan dengan
berpangkal pada ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pengawasan merupakan tata cara yang efektif untuk menjaga
kekayaan uang dan barang, mencegah penghamburan dan penyelewengan, dan memastikan bahwa semua sumber pendapatan dan penggunaannya adalah
tepat dan sah.
2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah harus dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua ikatan keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Kejujuran. Urusan keuangan harus diserahkan kepada pegawai yang jujur dan
kesempatan untuk berbuat curang dipersempit. 4.
Efisiensi dan efektivitas. Tata cara mengurus keuangan daerah harus menggunakan manajemen pengawasan yang baik. Sehingga memungkinkan
program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah dengan biaya seefisien mungkin dan memerlukan jangka
waktu pelaksanaan yang seefektif mungkin. 5.
Pengendalian. Petugas keuangan daerah, DPRD, dan petugas pengawas harus melakukan pengendalian agar semua tujuan yang direncanakan bisa tercapai.
Untuk itu semua pihak yang berkepentingan dalam pengawasan ini harus mengusahakan agar selalu mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah sesuai dengan rencana dan sasaran.
Hal ini berkaitan erat dengan konsep otonomi dan desentralisasi yang pada hakekatnya memberikan kekuasaan, kewenangan dan keleluasaan kepada pemerintah
daerah untuk mengatur dan menentukan penggunaan dana untuk melaksanakan urusan daerahnya. Mardiasmo 2002 memberikan penjelasan bahwa salah satu
dampak otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah perlunya dilakukan reformasi manajemen keuangan daerah.
Di dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, unsur penting yang selalu menjadi perhatian pemerintah adalah dalam hal pengadaan sumber
pembiayaan. Salah satu kritetia penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan keuangan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah
kemampuan self supporting dalam bidang keuangan. Dengan kata lain, faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah
dalam melaksanakan otonominya. Faktor keuangan daerah menjadi begitu penting karena tanpa ada biaya yang
cukup, pemerintah tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya
dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan.
Secara umum keberhasilan keuangan daerah ditunjukkan oleh kemampuan daerah meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan seiring dengan
perkembangan perekonomian tanpa memperburuk faktor-faktor produksi dan keadilan. Musgrave 1993 menyebutkan bahwa asal usul prinsip kemampuan
keuangan adalah muncul dari prinsip manfaat. Dengan demikian prinsip kemampuan keuangan berorientasi pada penerimaan dan masalah pendistribusian kembali
penerimaan pajak dan retribusi. Pada Pasal 1 ayat 6 Permendagri No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di
daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya semua bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
2.1.3. Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah