19 yang diukur dengan CGPI semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan
dan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Penerapan konsep CG umumnya masih didorong oleh kepatuhan
terhadap aturan atau regulasi, sehingga sektor keuangan masih menjadi sektor yang dominan dalam setiap pelaksanaan CGPI dari segi kepesertaan. Hal ini
diduga oleh ketatnya peraturan tentang GCG yang wajib diimplementasikan. Sebagian besar perusahaan peserta CGPI yang diselenggarakan oleh IICG
telah memiliki sistem dan organ yang diwajibkan dalam penerapan GCG, antara lain manual GCG, komite fungsional, komisaris independent, dan
sekretaris perusahaan. Penerapan prinsip-prinsip GCG pada perusahaan yang telah memiliki budaya kerja yang baik, tercermin telah melekat dalam budaya
dan sistem kerja yang telah terbangun dengan baik Suprayitno, 2006:40.
2.1.4.1 Pengaruh Corporate governance terhadap Profitabilitas
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar
operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan stakeholders. Harapan yang dimaksud di sini tentunya adalah
laba atau return yang besar bagi perusahaan dan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tersebut digunakan rasio
profitabilitas. Menurut Simamora 2000:528, “profitabilitas merupakan suatu
ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan”. Profitabilitas
20 merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan keputusan, dimana
rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian, pengukuran profitabilitas
suatu perusahaan menunjukkan keefektifan manajemen secara menyeluruh dan secara tidak langsung para investor jangka panjang akan sangat
berkepentingan dengan analisis ini. Selain itu, keuntungan profitabilitas sangat penting bagi perusahaan bukan saja untuk terus mempertahankan
pertumbuhan bisnisnya, namun juga memperkokoh kondisi keuangan perusahaan. Menurut M. Zafar Iqbal 2002:260 rasio profitabilitas dapat
dihitung dengan Return on Assets ROA, Return on Equity ROE, dan Net Profit Margin NPM.
Return on assets ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on assets merupakan
perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak Earning Before Interest and Tax dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets
ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan.
Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika
suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi, maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Tetapi
jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka
21 perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan
modal sendiri. Return on equity ROE menggambarkan kemampuan modal sendiri
untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. ROE merupakan salah satu indikator penting yang sering digunakan oleh investor untuk
menilai tingkat profitabilitas perusahaan sebelum melakukan investasi. A
Net Profit Margin NPM adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
bersih setelah dipotong pajak. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Nilai NPM ini juga berada diantara 0 dan satu. Nilai NPM semakin
besar mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan juga berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih.
ngka ROE merupakan gambaran berapa yang bisa perusahaan hasilkan untuk setiap Rp 100 milik Anda di perusahaan tersebut.
2.1.4.2 Hubungan Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance