d. Partisipasi yang nyata. Melalui basis kelompok, peluang setiap anggota untuk memberikan kontribusi
kepada kelompok atau anggota kelompok lainnya, sebagai wujud komitmen kebersamaan dapat berjalan. Dengan demikian, potensi untuk menumbuhkan
keswadayaannya dalam wujud partisipasi nyata terbuka luas.
I. 5. 3. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan P2KP. .
Partisipasi merupakan bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan dari dalam dirinya maupun dari luar
dirinya, dalam keseluruhan psoses kegiatan yang berlangsung. Partisipasi masyarakat sendiri, diartikan sebagai keterlibatan sekelompok masyarakat, baik secara aktif
maupun sukarela dengan alasan intrinsik maupun ekstrinsik dalam suatu proses kegiatan baik pemerintah maupun pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan
hingga perkembangannya. Gagasan tentang pelibatan warga atau masyarakat dalam kajian masalah
pembangunan, terutama melalui model pemberdayaan masyarakat guna peningkatan partisipasi masyarakat sesungguhnya bukanlah topik yang baru sama sekali.
Semenjak timbulnya kesadaran bahwa perspektif pertumbuhan ekonomi economic growth menimbulkan permasalahan kesenjangan, ketidakadilan dan kemerataan
dalam pembagian manfaat pembangunan, maka berkembanglah berbagai pandangan yang ingin memberikan alternatif kepada pandangan yang hanya mengandalkan
pertumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan pandangan tentang pendekatan pembangunan tersebut berlangsung cukup lama, yang mana tujuannya adalah mengakhiri era delivered development
dimana pembangunan direncanakan sepenuhnya dari atas, dan dengan era partisipatory development dimana pembangunan direncanakan dari bawah dengan
melibatkan warga dan menempatkan warga sebagai subyek dalam proses pembangunan Korten : 1986.
Di Indonesia pendekatan pembangunan dengan mengikutsertakan warga atau masyarakat mulai tumbuh pada awal Pelita VI, yang mana hal ini ditandai dengan
munculnya program-program penanggulangan kemiskinan yang menggunakan pola atau skema tindakan serangan langsung yang lebih substansial terhadap permasalahan
Molejarto : 1994. Diantaranya kegiatan-kegiatan seperti Pemetaan Kantong Kemiskinan, Inpres Desa Tertinggal dan lain-lain, hingga yang sedang berjalan saat
ini yakni Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan yang dikenal dengan P2KP.
Adapun P2KP ini dalam pelaksanaannya menggunakan pola pendekatan bertumpu kepada partisipasi aktif masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa
adanya partisipasi aktif masyarakat maka keberhasilan pelaksanaan P2KP tidak mungkin untuk dapat dicapai secara optimal.
Diketahui bahwa, suatu identifikasi kemiskinan yang dilakukan tanpa melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya lalu kemudian digulirkan sebuah
program “bantuan” kepada orang-orang yang tergolong miskin, acapkali yang terjadi adalah kecenderungan sosial. Hal ini disebabkan, karena dalam pandangan
masyarakat setempat, bahwa masyarakat yang memperoleh bantuan bukanlah
Universitas Sumatera Utara
tergolong warga yang miskin dilingkungan tempat tinggal mereka. Masyarakat setempat memiliki pandangan atau konsep tersendiri mengenai kemiskinan di wilayah
tinggal mereka. Inilah yang umum disebut sebagai “kearifan lokal”. Dalam mengidentifikasikan kemiskinan masyarakat, unsur kearifan lokal perlu dihargai,
masyarakat yang lebih mengetahui keadaan wilayahnya daripada orang luar yang datang ,membawa seperangkat alat untuk melihat kemiskinan di wilayah mereka
Santoso, 2005. Oleh karenanya P2KP sendiri merupakan sekaligus sebagai suatu program
penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui partisipasi aktif. Partisipasi dalam hal ini dilakukan secara
partisipatif dalam tiat-tiap langkah pelaksanaan P2KP, atau lebih dikenal dengan siklus P2KP, yakni dimulai dari siklustahap Rembuk Kesiapan Masyarakat hingga
Pemanfaatan Dana Bantuan Langsung Tunai. Adapun salah satu tahap yang paling mendominasi unsur partisipasi di dalamnya yakni tahap Pengembangan Kelompok
Swadaya Masyarakat KSM. Pada hakekatnya, Kelompok Swadaya Masyarakat KSM didefenisikan
sebagai kumpulan orang yang menyatukan diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu, yaitu adanya kepentingan dan kebutuhan yang
sama, sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin di capai bersama. Sedangkan KSM dalam rangka P2KP, keberadaan sekumpulan warga
tersebut harus memenuhi kriteria sebagai pemanfaat proyek, serta bertujuan mengatasi berbagai permasalahan kemiskinan yang menyangkut sarana dan prasarana
dasar pengembangan SDM serta pengembangan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan konsep diatas, P2KP yang mengedepankan pola pendekatan yang bertumpu pada aspirasi masyarakat ini dalam pelaksanaannya juga dijadikan
sebagai pengalaman baru bagi Kelurahan Rambung. Kelurahan Rambung yang terdiri dari sepuluh lingkungan ini, menyikapi program tersebut bukan semata-mata agar
dapat memperoleh dan memanfaatkan dana Bantuan Langsung Masyarakat BLM P2KP dalam rangka penanggulangan kemiskinan, namun kembali lagi sembari
ditekankan kepada proses pembelajaran kritis masyarakat dalam menentukan sendiri kebutuhan dan pemecahan masalahnya serta tumbuh kepercayaan diri bahwa
masyarakat mampu melaksanakan penyusunan suatu program. Terdapatnya berbagai kendala yang terjadi dalam pelaksanaan siklus P2KP itu
sendiri, menjadikan peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana sebenarnya keberlangsungan dari pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam P2KP Kelurahan
Rambung serta hasil akhirnya dan bagaimanakah bentuk partisipasi masyarakat didalamnya. Untuk itu peneliti dalam hal ini memfokuskan diri melihat lebih jauh
berlangsungnya tahap Kelompok Swadaya Masyarakat KSM pada P2KP Kelurahan Rambung sehubungan dengan berjalannya tahap tersebut berkenaan
dengan proses penelitian yang dilakukan.
I. 6. Defenisi Konsep