Kelurahan Rambung dan Pemerintah Kota Tebing Tinggi, serta sebagai masukan bagi penyelenggaraan berbagai program kemiskinan kedepan.
3. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi
ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa dan dapat menjadi bahan referensi bagi terciptanya suatu karya ilmiah.
I. 5. Kerangka Teori I. 5. 1. Partisipasi
I. 5. 1. 1. Pengertian Partisipasi
Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation, take a part yang artinya peran serta atau ambil bagian atau kegiatan bersama-sama dengan orang
lain. Menurut Davis Sastroputro, 1998, mengemukakan bahwa partisipasi “as a mental and emotional involvement of a earson in a group situation which encourages
him a contribute to group goals and share responsibility in them”. Partisipasi merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi perasaan sumbangan dalam
usaha mencapai tujuan serta tanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan. Menurut Sastroputro 1998, mengemukakan defenisi partisipasi yang dikutip
beberapa ahli sebagai berikut: 1. Achmadi, menyatakan partisipasi dalam bentuk swadaya gotong royong
merupakan modal utama. Swadaya adalah kemampuan dari suatu kelompok masyarakat dengan kesadaran dan inisiatif sendiri mengadakan ikhtiar pemenuhan
kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
2. Alstaire White, menyatakan partisipasi adalah keterlibatan komuniti setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaanya terhadap proyek-
proyek pembangunan. 3. Santoso Sastroputro, menyatakan partisipasi adalah keterlibatan spontan dalam
kesadaran disertai dengan tanggungjawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
4. Daryono menyatakan partisipasi berarti keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan, menentukan kebutuhan, menentukan tujuan dari prioritas, dalam
rangka mengeksploitasi sumber-sumber potensial dalam pembangunan. Adapun Oakley, dalam Modul P2KP 2006 mengartikan partisipasi ke dalam 3
tiga bentuk yaitu : 1. Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu interpretasi dominan dari partisipasi
dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai suatu keterlibatan secara sukarela atau bentuk kontribusi lainnya dari masyarakat desa menetapkan
sebelumnya program dan proyek pembangunan. 2. Partisipasi sebagai organisasi, meskipun diwarnai dengan perdebatan yang
panjang diantara para praktisi dan teoritisi mengenai organisasi sebagai instrumen yang fundamental bagi partisipasi, namun dapat dikemukakan bahwa perbedaan
organisasi dan partisipasi terletak pada hakekat bentuk organisasional sebagai sarana bagi partisipasi, seperti organisasi-organisasi yang biasa dibentuk atau
organisasi yang muncul dan dibentuk sebagai hasil dari adanya proses partisipasi. Selanjutnya dalam melaksanakan partisipasi masyarakat dapat melakukannya
melalui beberapa dimensi, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Sumbangan pikiran ide atau gagasan b. Sumbangan materi dana, barang, alat
c. Sumbangan tenaga bekerja atau memberi kerja d. Memanfaatkanmelaksanakan pelayanan pembangunan
3. Partisipasi sebagai pemberdayaan, yaitu partisipasi merupakan latihan pemberdayaan bagi masyarakat desa, meskipun sulit untuk didefenisikan, akan
tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan masyarakat desa untuk memutuskan dan ikut terlibat dalam
pembangunan.. Secara umum ada 2 dua jenis defenisi partisipasi yang beredar di
masyarakat, menurut Loekman 1995, yaitu : 1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap
rencanaproyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam defenisi ini pun
diukur dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan pembangunan.
2. Partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan
mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan
kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan
dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah ada
Universitas Sumatera Utara
tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu.
Sebelumnya sangat penting diketahui defenisi dari masyarakat itu sendiri. Adapun menurut Sadeli Masyurdin, 1994:43, masyarakat adalah golongan besar
atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya. Sedangkan Ralph
Linton, menyatakan masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri sendiri, dan
mereka menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah
sekelompok manusia yang hidup dalam wilayah tertentu, dimana terdapat kesadaran bahwa mereka adalah satu kesatuan sosial dan memiliki sistem kesatuan serta sistem
kebudayaan sendiri yang selalu berubah. Diketahui bahwasanya pengertian dari partisipasi juga telah mengalami
berbagai penyimpangan sehingga lebih mendekati apa yang sering disebut sebagai “mobilisasi“ atau malah sering sekali diartikan sebagai “rekayasa sosial”, dimana
masyarakat tetap saja didudukkan sebagai objek pembangunan. Oleh karenanya terdapat beberapa pengertian partisipasi yang dapat dipakai
atau dirumuskan oleh Parwoto, dalam modul P2KP 2006 berjudul Pengorganisasian Masyarakat sebagai berikut :
a. Pelibatan diri pada suatu tekad yang telah menjadi kesepakatan bersama. b. “Voluntary involvement of people in making and implementing decisionis directly
affecting there lives…. Pelibatan secara sukarela oleh masyarakat dalam
Universitas Sumatera Utara
pengambilan dan pelaksanaan keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka.
c. “A voluntary process by which people including the disadvantaged income, gender, ethnicity, education influence or control the decisions that affect them .
Suatu proses yang wajar dimana masyarakat termasuk yang kurang beruntung penghasilan, gender, suku, pendidikan mempengaruhi atau mengendalikan
pengambilan keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka. Jadi, dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah bentuk keterlibatan dan
keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya, dalam keseluruhan proses kegiatan yang
berlangsung. Sehingga partisipasi masyarakat diartikan sebagai keterlibatan sekelompok masyarakat, baik secara aktif maupun sukarela dengan alasan intrinsik
maupun ekstrinsik dalam suatu proses kegiatan baik pemerintahan maupun pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga perkembangannya.
Partisipasi masyarakat selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini : a. Bersifat proaktif, dan bukan reaktif, yang artinya masyarakat ikut menalar baru
bertindak. b. Ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat.
c. Ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut. d. Ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan setara.
Terkait dengan uraian di atas, maka partisipasi masyarakat menjadi elemen yang penting dalam pembagian masyarakat. Menurut Adi 2001, partisipasi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat atau keterlibatan warga dalam pembangunan dapat dilihat dari dalam 4 empat tahap yaitu :
1. Tahap assesment.
Dilakukan dengan mengidentifikasikan masalah dan sumber daya yang dimiliki. Untuk itu masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan permasalahan yang
sedang terjadi merupakan pandangan mereka sendiri. 2. Tahap alternatif program atau kegiatan.
Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan beberapa alternatif program.
3. Tahap pelaksanaan implementasi program atau kegiatan. Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan dengan baik
agar tidak melenceng dalam pelaksanaanya di lapangan. 4. Tahap evaluasi termasuk evaluasi input, proses dan hasil.
Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan petugas terhadap program yang sedang berjalan.
I. 5. 1. 2. Bentuk Partisipasi Masyarakat .