Latar Belakang Sahabat-sahabatku di FKM Andriyani, Survia, Mey Corry, Lisnawaty,, yang membantu

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia SDM yang dilakukan secara berkelanjutan. Dalam menciptakan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas tidak lepas dari peran gizi. Gizi yang baik sangat diperlukan dalam hal perkembangan otak yang dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berkualitas perlu ditata sejak usia dini yaitu mulai dari dalam kandungan sampai masa pertumbuhan dan perkembangan terutama pada masa golden period dengan memperhatikan keseimbangan gizi dan kebutuhan yang diperlukan. Ini akan mempengaruhi status gizi balita apakah baik atau tidak. The United Nation Children Fund UNICEF, 1998 menggambarkan kerangka yang mempengaruhi status gizi secara langsung adalah asupan gizi dan keadaan penyakit infeksi. Apabila asupan gizi baik maka semakin baik jugalah status gizi serta imunitas akan semakin kuat sehingga tidak gampang terkena penyakit. Dan apabila dalam keadaan asupan gizi tidak baik atau kurang makan akan sangat rentan terkena penyakit terutama penyakit infeksi sehingga akan Universitas Sumatera Utara berujung ke masalah gizi, dalam gambar juga diterangkan masalah gizi atau status gizi dipengaruhi secara tidak langsung ketersedian pangan, pola asuh, sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan. Ketersediaan pangan, sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan mempengaruhi asupan gizi dan infeksi penyakit berbeda dengan pola asuh yang langsung mempengaruhi status gizi. Sehingga pola asuh itu lebih diperhatikan dan tidak bisa diabaikan untuk menaikkan status gizi yang terutama bagi balita. Pola asuh yang tidak baik merupakan salah satu penyebab timbulnya masalah gizi. Menurut Engle et al 1997, pola asuh adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental,dan sosial dari anak yang sedang tumbuh dalam anggota keluarga lainnya. Lebih lanjut pola asuh dimanifestasikan dalam beberapa hal yaitu perhatian atau dukungan untuk wanita seperti pemberian waktu istirahat yang tepat atau peningkatan asuhan makanan selama hamil, pemberian ASI dan makanan pendamping anak, rangsangan psikososial terhadap anak dan dukungan untuk perkembangan mereka, persiapan dan penyimpanan makanan, praktek kebersihanhigiene dan sanitasi lingkungan, perawatan anak dalam keadaan sakit meliputi praktek kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan. Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa balita Universitas Sumatera Utara adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial daan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak, dan dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi Santoso, 2005. Pada masa ini juga, anak masih benar-benar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya. Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Ritayani Lubis 2008 di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu yang meliputi praktek pemberian makan dan praktek kesehatan dengan status gizi. Sedangkan rangsangan psikososial dengan status gizi tidak berhubungan. Hasil penelitian Masdiarti 2000 di Hamparan Perak juga memperlihatkan hasil anak yang berstatus gizi baik banyak ditemukan pada ibu bukan pekerja 43,24 dibandingkan dengan anak pada kelompok ibu pekerja 40,54 dan ibu bukan pekerja mempunyai kuantitas waktu yang lebih banyak dalam hal mengasuh anaknya seperti memandikan, bermain, menidurkan, memberi makan, dan menyusui. Universitas Sumatera Utara Masalah gizi kurang di Indonesia menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2005 berjumlah 76.178, tahun 2006 berjumlah 50.106 kasus dan tahun 2007 berjumlah 39.080 kasus Depkes RI, 2008. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, Sumatera Utara 13,5 mengalami kasus gizi kurang dan 7,8 gizi buruk dan menjadi peringkat ke-8 dari 33 provinsi di Indonesia dengan status gizi buruk Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan 2010. Dari data di atas menunjukkan bahwa masalah gizi kurang di Indonesia masih tinggi dan belum dapat diatasi dengan baik. Masalah gizi kurang ini sudah diatasi setiap tahunnya tetapi tidak menunjukkan penurunan yang drastis. Pollung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil survei pendahuluan, dari 2020 jumlah bayi yang datang dan ditimbang ditemukan 186 balita 9,2 yang dikategorikan gizi kurang dan 86 balita 4,25 dikategorikan gizi buruk Data Puskesmas Hutapaung Kecamatan Pollung 2010. Infant Mortality Rate atau angka kematian bayi AKB juga menunjukkan terjadinya peningkatan angka kematian di Humbang Hasundutan yaitu dari 15 Bayi yang meninggal tahun 2008 menjadi 22 Bayi yang meninggal di tahun 2009. Data Dinas Kesehatan Kab. HumbangHasundutan, 2009. Universitas Sumatera Utara Survei pendahuluan yang dilakukan juga di Kantor Camat Pollumg 2010 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kecamatan Pollung memiliki jenis pekerjaan sebagai petani. Pada umumnya ibu-ibu di Kecamatan Pollung ikut membantu suami bekerja di ladang. Hasil wawancara ditemukan juga kebiasaan ibu-ibu menitipkan anak mereka diasuh orang lain nenek ketika bekerja, dan ada sebahagian yang membawa ke tempat kerja ladang. Wawancara yang dilakukan kepada ibu yang membawa anaknya ke tempat kerja menceritakan bahwa anaknya diberi makan bersama dengan ayah dan ibu, jenis makanan anak sama dengan jenis makanan ayah dan ibu, tidak ada makanan tambahan lainnya, anak makan sendiri tidak disuap oleh ibunya, apabila anak belum selesai makan, maka ibu akan meninggalkan anak makan sendiri dan ibu kembali bekerja. Ibu juga menambahkan bahwa anaknya jarang menghabiskan porsi yang disediakan. Hal ini memungkinkan cara pemberian makanan seperti pemilihan menu dan porsi makanan tidak sesuai dengan kebutuhan anak, rangsangan psikososial antara ibu dan anak kurang baik karena ibu lebih banyak menggunakan waktu untuk bekerja daripada mengasuh anaknya, demikian juga sanitasi lingkungan anak seperti tempat bermain dan tempat istirahattidur kurang baik. Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik melihat pola asuh ibu dan status gizi anak balita di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah