Kehandalan anak dari dimensi pertumbuhan dapat ditunjukkan diantaranya adalah status gizi dan kesehatannya. Status gizi merupakan tanda-tanda atau
penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi sunarti, 2004.
Menurut penelitian Hafrida 2004, terdapat kecendrungan pola asuh dengan status gizi. Semakin baik pola asuh anak maka proporsi gizi baik pada anak juga
akan semakin besar. Dengan kata lain, jika pola asuh anak di dalam keluarga semakin baik tentunya tingkat konsumsi pangan anak juga akan semakin baik dan
akhirnya akan mempengaruhi keadaan gizi anak. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa 40 responden terdapat 30 orang 75 dengan pola asuh baik
mempunyai status gizi yang baik pula. Dan 10 orang 25 dengan pola asuh buruk mempunyai status gizi yang kurang.
2.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Berikut dari gambar diterangkan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.Kerangka Konsep Faktor Masalah Gizi menurut UNICEF 1998.
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa akar permasalahan gizi adalah krisis ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya
permasalahan kekurangan pangan, kemiskinan dan tingginya angka inflasi dan pengangguran. Sedangkan pokok masalahnya di masyarakat adalah kurangnya
pemberdayaan wanita sumber daya manusia, rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan. Adapun faktor tidak langsung menyebabkan
kurang gizi adalah tidak cukup persediaan pangan akibat krisis ekonomi dan rendahnya daya beli masyarakat, pola asuh anak yang tidak memadai akibat dari
rendahnya pengetahuan, pendidikan orang tua dan buruknya sanitasi lingkungan dan akses kepelayanan kesehatan dasar masih sulit sehingga berdampak terhadap
pola konsumsi dan terjadi penyakit infeksi yang secara langsung menyebabkan gizi kurang.
2.2.2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan :
1 Antropometri
a. BBU Berat Badan menurut Umur
Universitas Sumatera Utara
Indeks antropometri dengan BBU mempunyai kelebihan diantaranya lebih mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakat umum, baik untuk mengukur status
gizi akut atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan Supariasa, 2001. Untuk
pengkategorian status gizi berdasarkan BBU dapat dilihat di bawah ini.
1. Gizi Normal : jika skor simpangan baku -2,0
≤ Z 2,0 2. Gizi Kurang
: jika skor simpangan baku -3,0 ≤ Z -2,0
3. Gizi Sangat Kurang : jika nilai Z-Skor -3,0 b. TBU Tinggi Badan menurut Umur
Tinggi badan merupakan antropometri yang mengambarkan keadaan pertumbuhan skletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Keuntungan indeks TBU diantaranya adalah baik untuk menilai status gizi masa lampau, pengukur panjang badan dapat dibuat sendiri,
murah dan mudah dibawa Supariasa, 2001. Untuk pengkategorian status gizi berdasarkan TBU dapat dilihat di bawah ini.
1. Tinggi : jika skor simpangan baku 3,0 SD
2. Normal : jika skor simpangan baku -2,0
≤ Z ≤ 3,0 3. Pendek
: jika skor simpangan baku -3,0 ≤ Z -2,0
4. Sangat Pendek : jika nilai Z-Skor -3,0 SD
Universitas Sumatera Utara
c. BBTB Berat Badan menurut Tinggi Badan
Dalam keadaan normal berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu, keuntungan dari indeks BBTB adalah tidak
memerlukan data umur dan dapat membedakan proporsi badan gemuk, normal dan kurus Supariasa, 2001. Untuk pengkategorian status gizi berdasarkan
BBTB dapat dilihat di bawah ini.
1. Sangat Gemuk : jika skor simpangan baku 3,0 SD 2. Gemuk
: jika skor simpangan baku 2,0 Z ≤ 3,0
3. Risiko Gemuk : jika skor simpangan baku 1,0 ≤ Z 2,0
4. Normal : jika skor simpangan baku -2,0
≤ Z 1,0 5. Kurus
: jika skor simpangan baku -3,0 ≤ Z -2,0
6. Sangat Kurus : jika nilai Z-Skor -3,0 SD 2 Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang didasarkan atas perubahan- perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringna epitel supervicial epithelial tissues seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid Supariasa, 2001
3 Biokimia
Universitas Sumatera Utara
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan anatara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi Supariasa, 2001.
4 Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi khususnya jaringan dan melihat perubahan
struktur dari jaringan Supariasa, 2001.
2.3. Kerangka Konsep Penelitian